Proyek tato ini didekasikan untuk orang yang sedang melawan depresi dan gangguan mental.
- Pernahkah kamu bertanya-tanya makna di balik tato seseorang? Beberapa orang mungkin memiliki makna tersendiri terhadap tato yang menghiasi tubuhnya.
Nah, beberapa waktu belakangan telah muncul tren tato 'Titik Koma' atau semicolon. Ya, bentuknya tanda baca titik koma (

, guys. Proyek tato ini diprakarsai oleh Project Semicolon (The Semicolon Project), sebuah gerakan non-profit berbasis agama yang mendedikasikan diri untuk menumbuhkan harapan dan cinta kepada orang-orang yang tengah berjuang melawan depresi, bunuh diri, kecanduan, dan melukai diri sendiri, seperti dilansir
brilio.net dari Huffington Post, Jumat (10/7).
Alasan organisasi bersangkutan memilih simbol 'titik koma' adalah simbol itu digunakan ketika penulis seperti memilih untuk mengakhiri sebuah kalimat, namun ternyata tidak jadi. Ibaratnya penulisnya adalah dirimu sendiri dan kalimatnya adalah hidupmu. Begitu pula maksud tato 'titik koma' ini. Dia menjadi sebuah representasi fisik dari kekuatan seseorang dalam perjuangan batinnya.
Walaupun organisasi ini berbasis agama Kristen, Project Semicolon tidak mengeksklusifkan pada agama tertentu saja. Pendirinya, Amy Bleuel, mengizinkan penganut agama lain mengikuti gerakan ini.
Amy sendiri membidani gerakan tato ini sebagai penghormatan kepada ayahnya, yang meninggal akibat bunuh diri ketika dia masih 18 tahun. Kejadian ini benar-benar menyakitkan bagi Amy dan keluarga. Tak pelak membuatnya ingin memberikan dukungan dan bimbingan kepada orang lain yang berurusan dengan masalah yang sama.
Sekarang, setelah dua tahun gerakan Project Semicolon resmi dimulai, tato 'titik koma' sudah menyebar ke mana-mana. Sebut saja seperti seorang gadis bernama Heather Parrie yang merasa tertolong dengan gerakan ini. Dia menulis di blognya bahwa dia juga sedang berjuang untuk melawan depresi dan kecemasan. Dua hal tersebut membuatnya harus meninggalkan pekerjaan yang dicintainya, karena sangat menghambat pekerjaannya.
Wah, jadi merinding ya, guys. Kesehatan mental memang persoalan yang tak main-main. Mengingat di negara kita belum sepenuhnya terbuka terhadap masalah kesehatan mental. Sekarang mari mulai dari diri kita sendiri, jangan menunggu orang-orang di sekitar kita, atau bahkan diri kita sendiri, terkungkung dengan pikiran negatif yang bisa menjerumuskan kit