Siswa SD Nayu Nusukan Solo meletakkan bunga saat mengikuti acara doa bersama bertajuk RIP Angeline di Nusukan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, 12 Juni 2015 (Antara/Maulana Surya)
Jakarta-Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memberikan perhatian khusus pada kasus pembunuhan yang menimpa Angeline 8, yang sebelumnya dikabarkan hilang dan ternyata dikubur di rumah ibu angkatnya di Denpasar, Bali.
Badrodin berpendapat, kecanggihan
lie detector sangat bergantung. Pasalnya, orang yang sering berbohong bisa mengelabui
lie detector. Untuk mengantisipasi hal itu, Polri melengkapi dengan keterangan ahli. "Ahli bisa membaca orang ini mengatakan tidak, tapi ada gerakan tertentu yang mengartikan lain," kata Kapolri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Jakarta Rabu (17/6).
Badrodin mengatakan, pihaknya juga meminta ahli psiko antropologi untuk terlibat dalam penyidikan kasus ini. "Tadi saya bicara pada Profesor Niti Baskara (ahli psiko antropologi). Saya bilang supaya beliau besok ke Bali dalam rangka membantu mengungkap kasus ini. Karena sekarang pakai
lie detector dan ahli bisa mendeteksi apa keterangan yang diberikan tersangka benar atau tidak," kata Badrodin
Menurut Badrodin, keterlibatan psiko antropologi untuk meyakinkan penyidik menyusul keterangan dua tersangka dalam kasus ini Agustinus Tai dan Margriet (sebelumnya ditulis Margareth) sering berubah-ubah. "Maka ini memerlukan keterangan ahli untuk bisa menyimpulkan, mana keterangan yang betul, mana yang tidak. Dari situ lalu kita bisa dalami lagi untuk bisa kita korek kemungkinan pelaku lain atau dia sendiri pelakunya," beber Badrodin.
Angeline adalah anak kandung pasangan Halimah dan Ahmad Rosyidi. Akibat keterbatasan ekonomi, Angeline diadopsi oleh Margriet. Angeline ditemukan telah dikubur di belakang rumah ibu angkatnya, Rabu (10/6) setelah sebelumnya dilaporkan hilang selama tiga minggu.