FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Ilustrasi Pengungsi Rohingya (Istimewa) Canberra-Para imigran yang berada di perahu dengan tujuan Australia mengatakan kepada PBB bahwa awak perahu yang mereka tumpangi tersebut dibayar oleh Angkatan Laut Australia agar mereka memutar haluan untuk kembali. James Lynch, juru bicara Dewan HAM PBB (UNHCR) kepada BBC mengatakan para penumpang itu melihat penyelundup dibayar setelah perahu mereka dihadang. Perdana Menteri Australia Tony Abbott, Jumat (12/6) mengatakan, pihaknya menggunakan strategi "kreatif" untuk menghentikan perahu-perahu para imigran, namun ia menolak untuk menjelaskan lebih detail. Kementerian Luar Negeri dan Imigrasi Australi sendiri membantah soal pembayaran tersebut. "Perahu yang diselamatkan oleh Angkatan Laut Indonesia pada 31 Mei lalu, kami telah mewawancarai 65 penumpang dan mereka mengatakan, awak perahu menerima pembayaran," papar Lynch. Ia mengatakan, para penumpang, 54 orang dari Sri Lanka, 10 orang Bangladesh, dan seorang warga Myanmar, dipindahkan ke kapal bea dan cukai selama empat hari sebelum mereka diangkut oleh dua kapal dan dikirim kembali ke Indonesia. Ia menambahkan, "Abbott mengatakan alasannya adalah untuk menyelamatkan nyawa karena orang-orang tersebut membuat nyawa mereka berisiko dalam kapal dan saya setuju, namun saya tidak yakin mengembalikan mereka ke kapal dan mengirimkan mereka kembali adalah jawabannya." Lynch mengatakan, Australia memiliki tanggung jawab di bawah perjanjian PBB yang telah ditandatanganinya untuk melihat apakah setiap imigran tersebut membutuhkan perlindungan internasional. Ia menuduh Australia mengirimkan sinyal yang salah kepada negara lain di kawasan, termasuk Myanmar, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, bahwa PBB mencoba untuk membujuk guna mengizinkan para imigram dikembalikan. Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebutkan pihaknya sangat prihatin soal dugaan pembayaran tersebut. Angkatan Laut Indonesia menyebutkan, saat menghadang kapal-kapal yang kembali tersebut dan menahan awak kapal, masing-masing mereka dibayar sebesar 5.000 dolar Australia untuk memutar arah kembali. Komandan polisi setempat, Hidayat kepada AFP menyebutkan, dirinya melihat uang tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Berbicara kepada radio 3AW, Jumat pagi, Abbott membantah telah terjadi pembayaran. Ia mengatakan, strategi "kreatif telah dikembangkan untuk menghentikan manusia perahu. "Kita harus menghentikan perdagangan dan kita akan melakukan apa yang harus kita kerjakan guna memastikan bahwa hal tersebut benar-benar berhenti," tuturnya. Di bawah kebijakan Australia yang kontroversial, tidak ada imigran dan pencari suaka yang diizinkan untuk mencapai wilayah Australia dengan kapal. Mereka akan dicegat di laut dan mengembalikan mereka atau menahan mereka di fasilitas penahanan yang ada di Kepulauan Nauru dan Pulau Manus di Papua Nugini. |
![]() |
|
|