
Lanny Ramli (dok. facebook lanny ramli)
Jakarta - Kekayaan dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH Unair) Lanny Marlina yang mencapai Rp 6 miliar, tidak membuatnya hidup bermewah-mewah. Seperti tidak hobi belanja dan memakai sepatu hingga jebol baru beli sepatu baru.
"Sehari-hari seperti itu. Kalau nggak sederhana itu, mau apa ya mbak?" kata Lanny ramah saat berbincang dengan detikcom, Selasa (26/5/2015).
Lanny menghabiskan pendidikan dasar hingga menengah di Santa Maria Surabaya. Usai menyelesaikan pendidikan SMA, ia masuk FH Unair pada 1989 dan dilanjutkan menjadi asisten dosen. Setelah itu ia menyelesaikan S2 dan S3 di kampus tersebut dengan mengabdi sebagai dosen.
"Saya sebagai pegawai negeri dulu pernah jual kacang goreng dijual-jual ke warung-warung. Terima rantangan untuk teman-teman di kampus. Jual bakso dari rumah ke rumah. Sudah jadi dosen waktu itu," ujar Lanny.
Dalam daftar kekayaannya, Lanny memiliki sebuah rumah yang ia beli mencicil dan sudah lunas. Ia juga memiliki 2 unit apartemen yang disewakan. Dia juga memiliki sebuah kos-kosan 8 pintu dengan tarif Rp 200 ribu per kamar. Adapun rumah di Situbondo merupakan warisan dari mertua. Ia juga mempunyai sebidang tanah yang dibelikan suaminya atas nama anaknya. Tabungannya sendiri terdapat saldo Rp 617 juta. Total kekayaan Rp 6 miliar adalah akumulasi dari harta warisan dan cara dia mengelola kekayaan keluarganya itu.
"Jadi kalau ada orang bilang, kok bisa dosen punya uang banyak? Iya karena itu semua. Saya juga bikin kembang kertas untuk orang mati, kalau orang China meninggal kan biasa pakai kembang kertas. Saya jual di toko bunga Herwati, saya titipin, sambil nyiapin power poin untuk mengajar saya juga bikin kembang kertas," cerita Lanny.
Kesederhanaan dan kemampuan dalam bidang hukum inilah yang mengantarkan ia menjadi calon hakim agung. Ia bersama 17 calon lainnya akan disaring oleh Komisi Yudisial (KY) untuk diserahkan ke DPR, apakah layak jadi hakim agung atau tidak.