| FAQ |
| Calendar |
|
|
|||||||
| Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
 |
|
|
Thread Tools |
|
#1
18th June 2011
|
||||
|
||||
Welcoming [hot] new radical design skyscraper jakarta
 [JAKARTA] Pembangunan Kota Jakarta yang tanpa fokus dan terkesan semrawut saat ini harus segera diakhiri. Pembangunan seperti itu tidak bisa diteruskan karena akan melahirkan kota yang berantakan, tidak tertata rapi, dan tanpa perencanaan. Cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menata ulang (redefinisi) tata kota. Dalam penataan itu harus dipikirkan wilayah mana saja yang dipakai untuk kegiatan bisnis, mana wilayah merupakan perumahaan, tempat untuk wisata, untuk pembangunan mal, rumah toko (ruko), dan sebagainya. Demikian benang merah pemikiran sejumlah tokoh masyarakat dan pengamat Ibukota yang dihimpun SP terkait dengan HUT ke-481 Jakarta, Minggu (22/6). Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 1982-1987, R Soeprapto menegaskan, tata kota itu perlu. �Dari situ, kita bisa bangun kota ini, mau diapakan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan. Sudah saatnya untuk dipikirkan kembali penataan kota ini sehingga tidak tambah padat dan tak tertata,� tegas Soeprapto. Ia mengatakan, wilayah DKI Jakarta memang sudah semakin padat. Bangunan bertingkat berdiri di mana-mana. Rumah penduduk terus bertambah. Tetapi bukan berarti tidak bisa ditata kembali. Pembangunan gedung yang tidak sesuai aturan dan peruntukan harus ditertibkan. �Dulu pada saya menjabat gubernur, ada Perda Nomor 5 Tahun 1984 yang mengatur tata ruang Ibukota Jakarta. Di dalamnya adalah mengatur pembangunan mal atau pusat bisnis yang harus berjarak satu kilometer dari pasar tradisional. Itu bertujuan supaya tidak mematikan pasar tradisional. Tetapi yang saya lihat sekarang misalnya, di pasar tradisional Cikini, Jakarta Pusat, bangunan Alfa tepat di samping tembok pasar tersebut. Saya tidak tahu itu kenapa. Mungkin ada amplopnya,� tegas Soeprapto. Soal kepadatan penduduk dan kemacetan, Soeprapto mengatakan, hal itu terjadi karena semua pusat perkantoran, baik pemerintah dan swasta berada di Jakarta. Akibatnya, semua orang dari seluruh Indonesia memasuki Jakarta mencari kerja. Kondisi ini yang kemudian menimbulkan penumpukan penduduk dan menyebabkan kemacetan. Untuk mengatasinya, pemerintah pusat harus ikut memikirkan Jakarta. Caranya dengan tidak menumpuk atau menjadikan Jakarta sebagai pusat utama dari semua kegiatan di negara ini. MT Haryono Office Tower The Icon � Chase Complex South ExpoHotel & Office TowerTB Simatupang, Jakarta IIFTIHAR,int�l islamic forum Office at Pondok Indah Sudirman CrossingOffice, Hotel, Apartment, Retail & Freshmarket Area : � 141,000 sq.mLocation : Bendungan Hilir Jakarta Spoiler for Sudirman Crossing Office:
Cempaka Putih Apartment Spoiler for Cempaka Putih Apartement:
Spoiler for Cempaka Putih Apartement:
Spoiler for Cempaka Putih Apartement:
JAKARTA HEART CENTER Spoiler for Jakarta Heart Center:
Rehabitat: Green Housing Tower Recycles Jakarta�s Waste Spoiler for Rehabita:
Desain Menara Jakarta Spoiler for Desain Menara Jakarta:
Spoiler for Desain Menara Jakarta:
Jamsostek Tower Spoiler for Jamsostek Tower:
Djarum Headquarter Spoiler for Djarum:
Ancol Ecopark Spoiler for ecopark ancol:
New proposal in East Jakarta: PUBLIC LIBRARY Spoiler for public library:
Spoiler for public library:
Water Purification Skyscraper in Jakarta    Jakarta Garden City � The Preferred Choice  ANOTHER SKYSCRAPER JAKARTA GREATER CAPITAL CITY Redefinisi Tata Kota Ketua Institut for Economic, Social, and Culture (Ecosoc) Right, Sri Palupi meminta agar konsep redefenisi tata kota tidak dilandasi untuk kepentingan pengusaha atau birokrat. Konsep itu mestinya benar-benar memperhatikan kepentingan publik, khususnya masyarakat menengah dan miskin. �Saya tidak setuju kalau niatnya karena pengaruh pengusaha. Jika memang untuk kepentingan rakyat banyak yaitu tercipta kesempatan yang sama bagi warga maka saya bisa menyetujuinya,� katanya. Ia mengusulkan supaya dalam konsep redefinisi itu, setiap mal, ruko, dan gedung bertingkat yang melanggar peruntukan harus digusur. Selain itu, bangunan bertingkat yang berdiri di atas ruang terbuka hijau (RTH), juga harus digusur. �Jangan cuma permukiman masyarakat miskin dong yang digusur. Katanya ingin memperluas RTH. Gedung bertingkat yang berdiri di atas RTH juga harus berani untuk digusur,� tegasnya. Sementara itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengakui, beban yang dihadapi Jakarta sangat besar sehingga sulit diatasi cepat. Namun beban tersebut bisa ditangani bersama daerah-daerah di sekitarnya melalui konsep megapolitan. Ia mengambil contoh permasalahan transportasi, banjir, sampah dan urbanisasi tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Jakarta. Untuk tranportasi, hampir setiap harinya sebanyak 650 ribu kendaraan yang berasal dari daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang, masuk ke Jakarta. �Bisa dibayangkan, Jakarta saja sudah padat kendaraannya ditambah lagi dengan daerah,� ujarnya. Masalah banjir, tambahnya, juga harus diatasi dengan daerah lain, seperi kawasan Puncak, Bogor, yakni dengan membangun situ-situ, serta pembatasan pembangunan vila-vila. Masalah sampah pun juga begitu. Jakarta sangat kesulitan untuk membuang sampah, sementara di daerah penyangga masih banyak lahab yang bisa digunakan untuk tempat pembuangan akhir (TPA). �Tetapi sayangnya rencana tersebut gagal karena ditentang. Padahal saya sangat yakin jika diterapkan, Jakarta tidak lagi seruwet sekarang,� tandas Sutiyoso. Spoiler for Skyscrapper:
Taman Ismail Marzuki Spoiler for Taman Ismail Marzuki:
SUDIRMAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT Spoiler for Skyscrapper:
Last edited by ekorkuda; 22nd June 2011 at 01:05 PM. 
|
|
#4
18th June 2011
|
||||
|
||||
|
baru rencana doanx ndan,tapi kalo emanx bnr bs kaya gitu,hbt
|
|
#6
22nd June 2011
|
||||
|
||||
|
Tambah betah ane di jakarta tuh dan..
we wish oneday .. just oneday..
|
|
#8
22nd June 2011
|
||||
|
||||
|
Quote:
Quote:
 ngeri ane kira jebakan
|
|
|
|
