i Klik
"Next" untuk membaca artikel selanjutnya 1 dari 5
Next »

foto: ilustrasi
Jakarta - Pelaksanaan eksekusi mati memunculkan polemik hubungan pemerintah Indonesia dengan negara-negara sahabat. Tak lain lantaran para terpidana mati sebagian besar merupakan warga negara asing.
Mulai dari Brazil, Perancis hingga Australia berupaya melakukan manuver terkait pelaksanaan eksekusi gelombang kedua terhadap para terpidana mati. Australia melalui Perdana Menteri (PM) Tony Abbott tak hentinya mengeluarkan pernyataan menolak eksekusi mati pada 2 gembong narkoba Bali Nine asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Tak hanya itu, Tony Abbott juga sempat mengaitkan bantuan Tsunami Aceh 2004 dengan eksekusi mati meski telah diklarifikasi. Sampai-sampai masyarakat Indonesia melakukan gerakan 'Koin untuk Australia' untuk mengganti dana bantuan tersebut.
Perancis juga menarik Duta Besar (Dubes)-nya di Indonesia untuk menegaskan penolakan mereka atas pelaksanaan hukuman mati. Dan yang terakhir dan sangat disayangkan, Brazil yang menunda upacara penyerahan surat kepercayaan diplomatik Dubes RI untuk Brazil, Toto Riyanto tanpa alasan yang jelas.
Hal itu tentunya menunjukkan sikap kurang baik para negara tersebut dalam menghormati kedaulatan hukum yang ada di Indonesia. Para tokoh negeri dari Presiden Jokowi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, hingga Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun tak tinggal diam. Mereka menegaskan bahwa negara-negara sahabat harus menghargai dan menghormati pelaksanaan eksekusi terpidana mati di Indonesia. Bagaimana reaksi mereka? Berikut seperti dirangkum oleh detikcom, Selasa (24/2/2015):
Next page :
Presiden Jokowi: Tekanan Tak Berpengaruh, Eksekusi Mati Jalan Terus
Index Artikel Ini 1 dari 5
Next »