- LempSingapura merupakan negara paling maju di Asia Tenggara, baik dari segi ekonomi, kualitas hidup, pendidikan, sampai penegakan hukum. Begitu banyak laporan yang bisa didapatkan mengenai kondisi jalanan dan sungai yang bersih, warga taat aturan, serta kualitas sumber daya yang bikin Singapura kompetitif sebagai pusat perdagangan maupun jasa.
Di balik kesuksesan itu, terutama status penduduknya yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi ketiga dunia, negara kota seluas cuma 718 kilometer persegi ini punya sisi 'kelam' yang jarang disadari. Yakni soal kebebasan pers dan pemberangusan semua hal yang dianggap oposisi atas pemerintah yang dikuasai Partai Aksi Rakyat (PAP).
Contohnya, di Singapura ada satu kata amat tabu. Jangan sampai media menulis tentang 'nepotisme' melibatkan keluarga mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yeuw. Hal ini diungkap salah satu jurnalis magang di kantor
berita asing cabang Singapura kepada merdeka.com beberapa hari lalu.
Kasus semacam ini pernah menimpa Bloomberg pada 2002 akibat melaporkan aroma nepotisme dari pergantian direksi BUMN Singapura, Temasek. Media asal Amerika Serikat itu digugat, kalah, membayar ganti rugi jutaan dollar, lalu terpaksa enyah ke Hong Kong. Negara kota itu masih menggunaan pasal karet 'niat jahat' atau malice.