FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Business Segala topik apapun tentang bisnis di bahas di dalam sini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Innovasi atau Imitasi Dalam banyak percakapan bisnis, pujian lebih sering ditujukan pada inovasi, daripada imitasi. Padahal dari banyak produk yang ada saat ini sebagian besar adalah imitasi. Imitasi tidaklah selamanya buruk, apalagi untuk negara berkembang yang masih minim sentuhan tehnologi. Pada pertemuan Frontier Marketing Club (FMC) 17 Juni 2010 lalu, Prof Ignas G Sidik mengajak para member untuk memahami terlebih dahulu dasar perbedaan spektrum dalam invention, inovasi dan imitasi. Invention (Penemuan / penciptaan) Adalah sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya di suatu bidang. Biasanya invention ini sifatnya belum bisa dikomersilkan, bahkan jauh dari tahap komersial. Invention juga biasanya didanai oleh pihak-pihak yang memiliki dana besar yang mau menunggu datanganya masa komersial, seperti yang dilakukan pusat-pusat penelitian, universitas, maupun perusahaan-perusahaan raksasa. Beberapa contoh invensi: Manusia sudah mampu menciptakan manusia buatan yang bisa beranak pinak, berikut pembawaan DNA nya, selain itu ada lagi gas beku, yang seringan gas, tahan api, bahkan tahan ledakan dinamit hingga 1 ton dan tidak membuatnya pecah. Innovation (pembaruan / perubahan baru) Berbeda dengan invention yang bertujuan lebih ke jangka panjang, inovasi didesain untuk memecahkan suatu masalah dan hal-hal yang memang segera dibutuhkan. Salah satu sifat inovasi biasanya adalah gabungan dari beberapa inovasi lain dan didesign untuk komersialisasi. Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Professor of Marketing, and Professor of Finance dari Prasetiya Mulya Graduate School of Management, Ignas Sidik, inovasi tidak bisa berdiri sendiri dan inovasi adalah jaringan nilai. Ibarat mendirikan rumah, maka inovasi terdiri dari bata, semen, pasir dll, dimana rumah tidak akan terwujud tanpa bahan baku penunjangnya. Seperti yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan di Amerika (yang memiliki kegiatan membongkar barang-barang baru) pada 6 April 2010 lalu, mereka mengungkap, bahwa Ipad bisa lahir karena memiliki beberapa tehnologi yang mendasarinya. Contoh lain dari inovasi misalnya mobil listrik. Dan yang kini lagi hangat adalah Kindle, buku digital yang dijajakan oleh amazon.com. Buku digital tersebut mampu menampung 1000 buku lebih termasuk koran di dalamnya. Kindle akan mengubah cara orang membaca buku. Saat ini buku digital Kindle tersebut sudah ditiru oleh Panasonic dan Sony. Sekali lagi, Inovasi tidak bisa lahir tanpa keterlibatan komponen pembaruan yang lain. Imitation (peniruan / tiruan) Imitasi adalah membuat tiruan dari sesuatu yang bertujuan memanfaatkan keberhasilan inovator, mampu memberi keuntungan cepat, dan meningkatkan kompetensi. Imitasi sesungguhnya meniru secara legal. Immitation / imitasi, bukanlah berarti merampas hak cipta orang lain seperti tas Louis Vuitton yang dibajak habis-habisan merek maupun desainnya. Salah satu kasus inovasi dan imitasi yang baru-baru ini diributkan adalah sandal Crocks. Sandal Crocks lahir dari inovasi sederhana yang mempertemukan plastik yang diberi silikon. Saking larisnya, sandal “buaya” tersebut sampai ditiru dimana-mana. Bahkan kabar terakhir perusahaan peniru Crocks, malah dituntut oleh peniru yang lainnya. "Kalau cuma nge-bajak, anda tidak akan punya kemampuan membuat lebih baik", tegas Prof Sidik. Tidak masalah anda ingin memulai sebagai invention, innovator atau imitator. Sejarah perekonomian mencatat, negara-negara berbasis kanji, seperti Jepang, Korea Selatan dan Chaina, telah belajar dengan cepat. Contohnya, dulu mobil Jepang kerap disebut sebagai “mobil kaleng kerupuk”, namun kini produk otomotif Jepang menjadi “raja jalanan”. Meskipun waktu belajar yang mereka lewati juga cukup panjang . Saat ini waktu yang dibutuhkan untuk menghadirkan produk hasil “contekan” makin cepat. Dulu untuk menghadirkan tiruan alat pemutar piringan hitam saja membutuhkan waktu sampai 30 tahun. Kemudian pemutar CD sudah bisa ditiru hanya dalam waktu 3 tahun sejak pertama kali kemunculannya. Dan sekarang iPad, hanya 2 bulan sejak kemunculannya di pasar, tablet PC tersebut sudah bisa ditiru dengan kemunculan produk sejenis bernama aPad. Inovasi bukan hanya menangani produk dan teknologi semata, ia bahkan bisa bergerak kemana-mana. Misalnya, melihat perusahaan lain dalam menangani permasalahan financial. Ada juga yang melihat business model bagaimana sebuah perusahaan mendapatkan revenue, lalu bagaimana costnya keluar, kemudian pasokan logistik, IT, marketing, sampai bagaimana HR nya merekrut dan mengembangkan karyawan. Pada satu kesempatan, Prof Sidik melemparkan pertanyaan pada member FMC yang hadir: “Mengapa imitasi lebih menarik dari pada inovasi? bukankah inovasi lebih gagah? jawabanya karena imtasi lebih menguntungkan, terutama untuk negara-negara berkembang”. Menurut Prof Sidik, pada jurnal terbaru terbitan Harvard, mereka mengungkapkan hasil sebuah riset, bahwa 97,8% value suatu inovasi, justru diambil oleh penirunya. Dulu memang pioneer / atau yang pertama adalah yang menang. Namun kini, imitator yang pandai memanfaatkan pertumbuhan pasar yang dibuka oleh innovator lah, yang berpeluang besar menyalip sang pioneer. Perusahaan yang berhasil menjalankan strategy imitasi tidak semata hanya berkutat di laboratorim R&D. Mereka bahkan sudah mempersiapkan diri secara terintegerasi. Mulai dari supporting bahan baku, proses, financial, human reseource dll. Saat akan melaksanakan penjiplakan, mereka bahkan sudah menjalin kerjasama dengan suplier, distributor dan rantai produksi lainnya. Tujuannya adalah untuk mencari cara agar barang yang diimitasikan tadi bisa dibuat dengan harga lebih murah namun tetap bagus, setidaknya dalam persepsi konsumen. Contoh: White Castle adalah perusahaan fast food pertama, yang kini sudah tiada. Sementara imitatornya McDonalds hingga sekarang masih tetap terus berkibar. Diners Club, adalah innovator, namun yang terus berkembang adalah VISA, Master Cards dan Amex selaku imitator, sementara Dinners Club sendiri kian meredup. Meski demikian, bukan berarti kita berhenti melakukan inovasi, tapi sebagian besar dari kita akan lebih cocok menjalankan strategy imitasi. Hal yang perlu diingat adalah menghindari imitasi yang hanya mentok di situ saja tanpa ada perbaikan sama sekali. Imitator Cerdas Imitator cerdas mencari aspek yang bisa ditiru tanpa melupakan hak cipta, legal dll. Tidak jarang untuk menemukan ide imitator ini perusahaan sampai mencarinya diluar lingkup industri. Imitator cerdas tidak sekadar meniru, tapi sanggup membuat tiruan yang makin lama makin baik dan murah. Ia juga mengungguli sang inovator dengan memanfaatkan reaksi pasar pada inovasi asli di saat biayanya 1/3 kali masih lebih tinggi, sementara investasinya masih belum kembali. 7 Langkah Imitasi Cerdas 1. Sadari Imitasi adalah sarana / alat untuk mencapai sesuatu, bukan tujuan. Jangan sampai kita mendirikan perusahaan hanya untuk meniru. 2. Lakukan Analisalah setiap peluang, dan cari celah bisnis yang menarik. Temukan pihak-pihak yang berkaitan dengan bisnis untuk diajak bekerjasama. Misalnya: Suplier anda, suipliernya suplier, distributor dll. 3. Perhatikan legal dan hak cipta Kita tentu ingin menjadi businessmen yang berhasil, bukan masuk penjara atau disita hartanya karena melanggar hukum . 4. Jangan menjadi peniru untuk hal yang bukan kompetensi anda. 5. Lakukan tes pasar sebelum produksi massal. 6. Kaitkan imitasi dengan tujuan jangka panjang untuk membuat produk yang lebih baik sembari membangun kekuatan. 7. Membentuk kompetensi inti untuk inovasi selanjutnya. Strategy imitasi yang berhasil dijalankan semata-mata untuk memperkuat daya saing perusahaan. sumber http://www.frontiermarketingclub.com/ |
#2
|
||||
|
||||
![]()
dapat tambahan strategi mengimitasi.. kapan2 dicoba ah.. Ctrl +d dulu
|
#3
|
|||
|
|||
![]()
lebih enak imitasi keknya ndan...
![]() |
![]() |
|
|