FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Dari kepartaian saja keduanya sudah berjalan diatas payung yang berbeda. Mega memulai karir politiknya bersama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang tak lain merupakan pecahan dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Bung Karno. Kendati akhirnya Mega memisahkan diri dan mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan duduk sebagai Ketua Umum. Sementara Rachmawati memilih untuk mendirikan Partai Pelopor. Sayangnya Partai yang didirikan anak ketiga Bung Karno itu tak semulus Mega dengan partai berlambang kepala banteng moncong putihnya. Keberhasilan Mega ditenggarai publik sebagai salah satu penyebab keluarnya kritik pedas Rachma terhadap kakaknya itu. Sebut saja Rachma pernah mengkritik Mega mulai dari tudingan telah mengubah UUD 1945 dan menilai telah memasukan Pancasila sebagai sebagai dasar negara ke dalam empat pilar. Hingga ia mengajukan gugatan ke MK terkait sosialisasi program empat pilar kebangsaan karena dinilai berpotensi terjadi pelanggaran hukum menyangkut penggunaan APBN hingga memiliki potensi konflik. Namun, MK menolak gugatannya. Tak hanya itu, di musim pemilihan presiden (pilpres) 2014. Mega kembali menuai kritik pedas Rachma terkait dukungannya terhadap Joko Widodo (Jokowi). Padahal, sebelumnya Rachma bersama partai barunya NasDem memberikan dukungan bersama PDIP kepada Jokowi. Tetapi ditengah jalan atau pasca-penetapan rekapitulasi suara nasional oleh KPU, Rachma mendadak membelokkan dukungannya kepada lawan Jokowi, Prabowo Subianto dan harus keluar dari NasDem. Rachma menilai Prabowo memiliki visi misi yang jelas ketimbang Jokowi. Bahkan ia menyebut dukungan terhadap Jokowi merupakan kesalahan terlebih Jokowi disebut terkait dengan kasus dugaan korupsi dan jika Jokowi menjadi Presiden, ia juga tidak yakin akan ada penegakkan hukum atas skandal BLBI yang ikut menyeret nama Megawati. Direktur Political Communication (Polcomm) Institute, Heri Budianto mengatakan didalam pandangan secara biologis, Mega dan Rachma memang sama-sama anak Bung Karno dan memperjuangkan ideologi ayahnya itu. "Ini fakta politik tapi memang Mega lebih menonjol daripada Rachma dengan keaktifannya di PDIP dan bahkan ia menjadi ketua umumnya," katanya kepada Okezone, Kamis (7/8/2014). Ia menilai perbedaan pandangan politik dalam keluarga merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, tak jarang dalam hubungan keluarga ada hal yang tak segaris dalam perjuangan politik. Mega dan Rachma memang berbeda dalam melihat soal kebangsaan walau sama-sama anak Bung Karno. "Saya kira Mega dalam hal ini kelihatan dominan, ini kan kelihatan ada rasa terkait kurang senang itu bisa saja muncul dalam keluarga. Intinya jangan salahkan publik kalau menilai keduanya seperti memiliki persaingan politik karena sering tidak sejalan dalam sikap politik," terangnya. Menurut Heri, perbedaan pandangan politik dalam keluarga Bung Karno bukan hanya terjadi pada Mega dan Rachma. Bahkan, Guruh Soekarnoputra juga sempat bertolak belakang atas dukungan PDIP terhadap Jokowi kendati akhirnya ia harus mengikuti keputusan partai. Begitu juga dengan Sukmawati Soekarnoputri yang meragukan Mega menolak akhirnya menolak rezim Orde Baru. "Jadi secara politik kan tidak bersatu bisa jadi hubungan keduanya secara personal bersatu tapi tidak begitu mengemuka di publik. Tapi apakah keduanya memiliki semacam persaingan politik bisa saja muncul. Jadi secara biologis bersaudara tapi secara politik berbeda, dan kalau publik menilai persaingan politik tidak bisa disalahkan," pungkasnya. |
![]() |
|
|