Cara Baru Belajar Catur

esrtprinz

Mohamad Mufid Ramdani terlihat tengah asyik memindahkan bidak-bidak catur yang ada di hadapannya. Sesekali dia mengerutkan dahi, seolah berpikir strategi apa yang harus dipakai nya untuk membuat lawan mati langkah. Begitu juga halnya dengan Dhea Khairunnisa Az-Zahra, lawan main Mufid, tampaknya berpikir keras untuk memainkan bidak-bidak catur berwarna putih miliknya agar tidak �dimakan� lawan. Meski masih berusia kisaran 8 tahun, Mufi d dan Dhea cukup piawai memainkan permainan catur yang tergolong olah raga otak itu. Kedua anak itu pun tampaknya cukup menikmati permainan tersebut. Ya, catur memang bisa dibilang sebagai salah satu jenis permainan sekaligus olah raga yang tidak pandang usia. Semua orang dari beragam tingkatan umur, baik anak-anak maupun orang dewasa, dapat memainkannya.

Catur juga bisa dikatakan bukan permainan biasa, pasalnya, banyak orang yang meyakini permainan itu dapat meningkatkan kecerdasan para pemainnya. Sebelum berkembangnya era digitalisasi dan komputerisasi, catur dimainkan dengan menggunakan papan kayu yang kerap diwarnai hitam dan putih. Begitu juga halnya dengan bidak-bidak caturnya, berwarna sama. Cara bermainnya pun masih dilakukan secara manual, para pemain akan memindahkan �raja�, �ratu�, �kuda�, atau �pion� dengan tangan. Namun, berbarengan dengan pesatnya teknologi komputer, bentuk permainan catur juga mulai berkembang. Catur bisa pula dilakukan secara virtual, pemain tinggal menggeser-geser tetikus untuk memindahkan bidak-bidak catur yang terpampang di layar komputer.

Bagi sebagian orang mempelajari catur bukanlah perkara sulit, namun bagi sebagian lainnya bisa jadi permainan itu tidak mudah dimengerti. Untuk memudahkan orang mempelajari catur, banyak media yang kerap digunakan sebagai sarana pembelajaran, mulai dari buku-buku panduan hingga situs-situs di Internet. Namun, kini, ada inovasi baru untuk mempelajari catur yang mengombinasikan antara pelihatan komputer dan kecerdasan artifi sial. Inovasi tersebut dikembangkan oleh Ivan Paquico dan Cristina Palmero, keduanya berstatus pelajar di Terrasa School of Engineering (EET), Barcelona, Spanyol.

Ketertarikan kedua pelajar itu untuk membuat sistem pembelajaran baru catur tidak terlepas dari latar belakang mereka yang memang lihai bermain catur. Lihat saja, Paquico pernah memenangi kejuaraan catur Internet di Spanyol pada 2001, sementara Palmero merupakan anggota federasi catur, sebuah lembaga yang kerap membantu pengajaran pada anggota klub-klub catur dan asosiasi, terutama para pecatur muda. Perancanganan sistem pembelajaran catur yang dilakukan Paquico dan Palmero tersebut mendapat arahan pula dari Profesor Jordi Voltas. Seperti dilansir laman Science daily.com, dalam membuat sistem pembelajaran baru tersebut kedua pelajar itu menggunakan sebuah home webcam bertipe high defi nition, papan catur standar, 32 bidak catur, dan peranti lunak. Tidak ketinggalan pula satu set kertas karton yang berukuran sama dengan kotak-kotak pada papan catur.

Masing-masing kertas itu ditandai dengan huruf awal tiap-tiap bidak. Sebagai contoh, R dari kata rei dalam bahasa Catalan untuk menandai raja, D (dama) untuk ratu, T (torres) untuk benteng, A (alfi ls) untuk menteri, C (cavalls) untuk kuda, dan P (peons) untuk pion. Pada sistem yang dikembangkan Paquico dan Palmero, para pemain sebelumnya bermain dengan papan catur biasa, tetapi memindahkan kertas karton yang telah ditandai dengan cara yang berkebalikan dari permainan catur umumnya.

Tiga Dimensi

Daftar huruf terlihat dari atas dan webcam difokuskan pada papan catur. Setiap kali pemain memindahkan satu penanda, maka sistem dapat memastikan bidak catur apa yang dipindahkan itu kemudian mereproduksi perpindahan tersebut ke dalam bentuk tiga dimensi pada layar komputer. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai representasi dari sebuah permainan virtual. Sebagai contoh, ketika seorang pemain memindahkan karton bertanda P, maka bidak yang sesuai dengan tanda itu akan langsung terpampang di layar dalam bentuk tiga dimensi.

Bukan hanya itu, pada layar juga akan ditampilkan beberapa alternatif langkah untuk memindahkan bidak tersebut. Bisa dikatakan cara itu cukup simpel dan menarik bagi mereka yang baru mengenal catur, termasuk juga bagi anak-anak yang ingin mempelajari dasar-dasar pemainan catur. Melihat cara kerjanya, perangkat tersebut dianggap dapat menyajikan panduan pembelajaran catur secara terpadu. Dikatakan demikian karena, di dalamnya terdapat sistem penangkapan citra melalui webcam, pengenalan sistem secara instan, dan penganalisisan setiap perpindahan dari setiap bidak.

Sistem itu memungkinkan pula pemain bertindak sebagai wasit karena dapat mengidentifi kasi langkah-langkah bidak mana saja yang dinilai melanggar aturan serta menyediakan deskripsi status permainan yang dapat diketahui oleh para pemain. �Fitur-fi tur yang ada di dalam sistem sangat bermanfaat bagi para pemain yang memiliki kemampuan visual lemah. Namun, tidak hanya itu, sistem tersebut juga dapat diterapkan di klub-klub atau federasi catur, penyelenggara turnamen, bahkan semua kalangan,� ujar Paquico. Sistem yang disebut juga dengan Program Pengenalan Catur itu dijual dengan harga berkisar 400 hingga 500 euro atau setara dengan 4,6 juta rupiah. Harga program tersebut dinilai murah jika dibandingkan dengan sejumlah keuntungan yang bisa diperoleh pembeli.

Beberapa keuntungan itu, antara lain permainan dapat disebarkan, termasuk melalui media online dan pemain dapat melihat kembali rekaman permainanpermainan sebelumnya yang berguna untuk proses penganalisisan. Program itu secara otomatis dapat pula menampilkan daftar skor para pemain yang bisa dilihat langsung atau melalui print out. Adanya Program Pengenalan Catur itu bisa dikatakan sebagai jawaban bagi para pemain yang menginginkan perangkat permainan yang memuaskan, termasuk terintegrasi pada chip dan perangkat koneksi elektronik lainnya, yakni USB.

Terkait:

Menu