FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Janji sekadar janji. Janji itu pun menguap pergi bersama SMS yang datang dari Bupati Garut Aceng Fikri untuk Fany Octora (18). SMS talak itu mengakhiri mimpi Fany, ketika menerima pinangan Aceng. "Beliau bilang ingin ada yang menemani umrah, jadi dihalalkan dulu secara agama. Beliau bilang pulang dari umrah mau mengadakan resepsi," kata Fany bertutur seperti dari dikutip majalah detik, Senin (3/12/2012). Fany dinikahi Aceng pada 14 Juli 2012 lalu di rumah pribadi sang bupati di Copong, Garut. Awalnya, beberapa hari sebelumnya keduanya sudah bertemu di sebuah rumah makan. Aceng ingin melihat langsung calonnya. Mereka pun sempat pergi bersama ke Kota Garut membeli perlengkapan baju nikah. Saat berkenalan kepada keluarga Fany, Aceng mengaku duda dan sudah berpisah dengan istrinya. Soal alasan duda menjadi pertimbangan Fany menerima lamaran ACeng. "Saya berpikirnya positif-positif saja. Pengakuan beliau kan sudah nggak mempunyai istri, makanya saya mau," terang Fany. Aceng memberi mas kawin emas seharga Rp 2 juta dan uang Rp 100 juta. Orang tua Fany dan Aceng hadir di acara itu. Ketua MUI Garut yang menikahkan secara siri pasangan itu. Tapi kemudian, 4 hari setelah pernikahan Aceng mengirim SMS kepada Fany. Isinya talak pemberitahuan cerai. Fany dianggap tak sesuai harapan Aceng. Tak perawan dan ada penyakit, Aceng tak ada lagi rasa. Fany bersumpah dirinya tak pernah disentuh pria lain. Tapi Aceng tetap meninggalkan Fany. "Ya cuma mau beliau minta maaf saja, sama mengakui. Kan nggak mengakui adanya pernikahan ini. Mengakui sama minta maaf karena sudah menyebar isu-isu dan tuduhan-tuduhan yang nggak enak di keluarga juga. Minta maaf sama keluarga, sama keluarga besar pesantren Al-Fadlilah juga," jelas Fany. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Jakarta - Aceng Fikri, Bupati Garut akhirnya mengambil jalan perceraian. Pernikahannya dengan Fany Octora (18) di malam 14 Juli 2012 dia akhiri, setelah 4 hari menikah. Lewat SMS talak dia berikan pada Fany. Aceng mengaku kecewa sejak malam pertama.
"Padahal kalau memang betul sesuai kriteria, muka tidak saya persoalkan. Yang penting jangan membohongi saya dengan apa kondisinya, dan juga soal kesehatan, insya Allah saya tidak akan mencederai yang namanya pernikahan," kata Aceng seperti dikutip dari majalah detik, Senin (3/12/2012). Aceng juga risau ketika persoalan pernikahan singkatnya ini mencuat ke publik. Padahal dia sudah mewanti-wanti, juga lewat perjanjian surat dengan keluarga Fany, untuk tidak membawanya ke publik. "Masalah ini sebetulnya masalah keluarga yang sudah berjalan lima bulan, dan ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Sudah ketemu dengan orang tua Fany, sudah menerima keputusannya apa pun juga. Saya sudah keluar uang hampir Rp 250 juta, hanya nidurin satu malam. Nidurin artis saja tidak harga segitu," jelas Aceng dalam wawancara dengan majalah detik di Jakarta beberapa waktu lalu. Aceng menceraikan Fany karena kecewa, soal keperawanan dan soal penyakit yang ditudingnya diidap Fany. Kemudian, kasus ini mencuat ke publik setelah Fany menceritakan kisah pilunya ke sebuah lembaga pemberdayaan perempuan. "Tadinya saya menganggap persoalan ini sudah selesai. Dia juga sudah tanda tangani di atas materai Rp 6.000, disaksikan saudaranya tidak akan mengganggu saya lagi. Saya tidak mau suuzan ada pihak-pihak yang membesar-besarkan persoalan ini menjadi persoalan publik dan persoalan politik," jelas Aceng. Pernikahan Aceng dan Fany digelar pada malam 14 Juli 2012 itu. Pernikahan digelar tepat pukul 19.30 WIB, digelar di rumah pribadi Aceng di wilayah Copong. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Limbangan, K.H. Abdurrozaq, S.Ag. yang menikahkan kedua mempelai secara siri atau secara agama tanpa catatan resmi negara. Namun 4 hari setelah pernikahan melalui SMS Aceng mengirimkan talak perceraian. Aceng mengaku sudah tidak ada rasa pada Fany, dengan menyertakan sejumlah alasan. |
#3
|
||||
|
||||
![]()
Jakarta - Pernikahan singkat Bupati Garut Aceng Fikri dengan Fany Octora (18) secara siri menjadi catatan penting bagi setiap kepala daerah. Walau tak ada hukum yang dilanggar, tapi persoalan etika sebagai pemimpin harus diperhatikan.
"Soal bupati itu, menjadi problem kepemimpinan daerah. Selain masalah korupsi, masalah etika dan moral pemimpin kepala daerah sering dilanggar," terang aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) yang membidangi divisi korupsi politik, Apung Widadi, Senin (3/12/2012). Selaku kepala daerah, Aceng seharusnya bisa bersikap selayaknya pemimpin. Bupati, dalam hal ini, menjadi panutan rakyatnya. Tentu akan menjadi cela jika ada perbuatan yang tak pantas dipandang publik. "Aceng sebagai kepala daerah telah lupa akan jabatan publik itu," tambah Apung. Aceng, saat melakukan nikah siri dan kemudian menceraikan istrinya 4 hari kemudian, tidak melihat sisi etika dan moralitas. Sebagai seorang pemimpin kepala daerah, tentu tak wajar bersikap seperti itu. "Tapi dia bertindak sebagai individu untuk memuaskan nafsu saja, tak selayaknya seperti pemimpin," tuturnya. Pernikahan Aceng dan Fany digelar pada malam 14 Juli 2012 itu. Pernikahan digelar tepat pukul 19.30 WIB di rumah pribadi Aceng di wilayah Copong, Garut. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Limbangan, K.H. Abdurrozaq, S.Ag yang menikahkan kedua mempelai secara siri atau secara agama tanpa catatan resmi negara. |
#4
|
||||
|
||||
![]()
untuk menepati janji dengan satu orang aja susah,apalagi menepati janji untuk warga garut..
|
![]() |
|
|