Selama hampir 40 hari menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, Jokowi terus berusaha untuk mengenali daerah yang dipimpinnya ini. Mulai dari berdialog, menemui tokoh budaya Betawi, hingga blusukan ke kampung-kampung kumuh.
Selama masa perkenalannya, Jokowi sempat menyampaikan beberapa hal di Jakarta yang sempat membuatnya heran. Berikut adalah empat hal yang membuat heran Jokowi:
Spoiler for Jokowi: Kenapa Sih Masyarakat Mengelukan Jokowi yang Kurus & Jelek?:
Jokowi selalu dielu-elukan warga di setiap aksi blusukannya. Kemanapun Jokowi melangkah, seolah semua perhatian tertuju padanya. Rupanya, Jokowi heran mengapa masyarakat selalu menyambutnya dengan begitu hebohnya.
"Saya sih biasa saja, tapi tanya ke masyarakat kenapa sih kamu mengelukan Jokowi yang kurus jelek itu. Tanyain kenapa, kalau kita ganteng ya nggak apa-apa," ujar Jokowi santai.
Hal ini diungkapkan Jokowi saat berbincang dengan 3 wartawan termasuk detikcom, di mobil Innova dalam perjalanan usai blusukan di Waduk Riario, Jakarta Timur, Rabu (21/11) lalu.
Pria asal Solo berusia 51 tahun ini mengaku blusukan adalah kebiasaannya. Dia selalu mengingat semua tempat yang didatanginya.
"Semuanya berkesan," kata Jokowi yang mengenakan kemeja putih.
"Ya saya tiap hari jalannya ke tempat seperti itu. Blusukan terus, apa adanya," lanjut Jokowi.
Spoiler for Jokowi Heran Wartawan Selalu Mengikutinya:
Jokowi mengatakan dirinya heran terhadap wartawan yang selalu mengikuti ke mana pun dirinya pergi. Mulai dari menghadiri undangan hingga blusukan ke kampung-kanpung kumuh.
Bahkan ketika Jokowi akhirnya memilih libur di akhir pekan kemarin, wartawan masih saja berjaga di depan rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati, Jakarta Pusat.
"Saya bilang libur, nggak percaya. Saya bilang tidur, nggak percaya. Malah masih pada nungguin di depan rumah," kata Jokowi.
Mantan Wali Kota Solo ini memang terkenal dekat dengan wartawan. Dia selalu berusaha menjawab rentetan pertanyaan dari wartawan.
Seperti yang terjadi ketika wartawan diberondong pertanyaan tentang kartu Jakarta Sehatnya, Jumat (9/11) lalu. Untuk mengekspresikan kebingungannya, Jokowi menyandarkan dahinya ke kusen pintu ruangannya.
Melihat bahasa tubuh Jokowi itu, seorang wartawan bertanya, "Pusing ya, Pak?"
"Lha semua (pertanyaannya) beda, ini-ini. Lha gimana, tanya kartu sehat lalu Pademanangan. Ya gimana ini," jawab Jokowi, kali ini sudah tidak bersandar lagi. Wartawan lalu tertawa. Setelah itu, wartawan memberondong pertanyaan lagi, termasuk tentang konser grup musik cadas Sepultura.
Spoiler for Jokowi: Enjoy Jakarta, yang Di-enjoy Itu Apa Sebenarnya?:
Tagline berbunyi 'Enjoy Jakarta' yang dipakai untuk menarik wisatawan datang ke Jakarta rupanya membuat heran Jokowi. Jokowi pun mengaku bingung dengan tagline tersebut.
Menurutnya, tagline 'Enjoy Jakarta' terlalu abstrak dan tidak menunjukkan secara spesifik keunikan atau identitas Jakarta dibanding kota-kota lain di dunia.
"Brand yang sekarang itu 'Enjoy Jakarta', tapi yang di-enjoy itu apa sebenarnya? Saya juga nggak ngerti. Hahaha....," ujar pria yang akrab dipanggil Jokowi itu disambung tawa.
Hal ini disampaikan Jokowi di dalam acara diskusi Pekan Produk Kreatif Indonesia 2012 "Indonesia Creative Power", Kamis (22/11).
Selama menjabat menjadi gubernur DKI, Jokowi selalu berupaya merumuskan positioning Jakarta. Jokowi ingin keunikan dan keunggulan yang mampu menjadi daya tarik dibandingkan megapolitan lain di dunia.
"Saya memang mencari apa yang mau diangkat dari kota ini. Kalau dengar Paris, orang langsung mikirnya mode, itu positioning. Kalau ke Jakarta, orang mikirnya apa?" tanya Jokowi kepada peserta diskusi.
Menurutnya sebenarnya produk kreatif dapat didorong menjadi keunggulan unik Jakarta di tataran dunia. Di antaranya produk busana muslimah yang melahirkan banyak desainer muda dan industri berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir.
"Misalnya fashion, supaya berbeda dengan Paris maka dorong fashion muslim. Itu misalnya. Terserah masyarakat maunya apa, baru dibangun positioningnya. Saya maunya begitu," ujar Jokowi.
Bersamaan dengan itu, Jakarta perlu menambah jumlah ruang publik bagi warga. Di ruang-ruang publik itu nanti para pekerja industri kreatif memperkenalkan dan menjual karya-karya mereka langsung kepada masyarakat.
"Pemerintah harus bisa memberikan ruang yang bisa memamerkan produk kreatif langsung ke masyarakat. Saya sudah ngobrol sama Bu Mari Elka (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), yaitu harus adanya public area space. Dengan adanya ruang seperti ini, menjadi menarik sekali," paparnya.
Spoiler for Para Pengusaha Angkutan Umum Tolak Peremajaan 1.000 Metromini:
Sopir angkutan kota menolak rencana Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) yang akan meremajakan 1.000 bus tua Kopaja dan Metromini. Jokowi pun heran dan gusar.
"Kita ingin meremajakan, memperbaiki. Mau diremajakan kok menolak. Kita mau ganti 1.000 Kopaja/Metromini," ujar Jokowi di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (20/11/2012).
Jokowi berharap, peremajaan Kopaja/Metro Mini sudah dilakukan dalam 3 tahun. "Kalau kita maunya mempercepat, maksimal 3 tahun sudah tertangani," kata sarjana Kehutanan UGM ini.
Organda DKI keberatan karena Pemprov hanya meremajakan 1.000 unit bus. Tak seimbang dengan anggota Organda yang beberapa kali lipatnya.
"Bukan tidak setuju 1.000 unit, bukan tidak setuju. Anggota kami 5 ribu unit, itu yang menimbulkan rasa tidak adil. Kita setuju, sangat bagus Gubernur DKI seperti itu, cuma mekanismenya yang bijaksanalah," kata Ketua Organda DKI Sudirman ketika dikonfirmasi apakah betul Organda DKI menolak rencana peremajaan bus hibah Pemprov DKI.
Hal itu disampaikan dia saat dihubungi detikcom, Selasa (20/11).
"Anggota kami 5 ribu yang diremajakan 1.000 unit," imbuh Sudirman menegaskan jumlah yang tak proporsional itu.
Padahal Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan pernah mengatakan bahwa upaya peremajaan armada angkutan umum terkendala oleh bank yang takut memberi pinjaman kepada pengusaha angkutan umum.
"Peremajaan kendaraan menjadi terkendala dengan keterbatasan modal pemilik mobil," kata Tigor dalam acara dialog di Hotel Millennium, Jl Fachrudin No 40, Jakarta Pusat, Kamis (31/5) lalu.