Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 12th April 2011
dsmilingface's Avatar
dsmilingface dsmilingface is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2011
Location: perkebunan cabe
Posts: 410
Rep Power: 0
dsmilingface hobinya dikasih cabe!dsmilingface hobinya dikasih cabe!dsmilingface hobinya dikasih cabe!
Thumbs up Zero Waste, Say No To Waste

Kalau ditantang untuk tidak menghasilkan sampah dalam sehari, sanggupkah Anda? Mestinya setiap orang sanggup menerima tantangan ini, asal menerapkan prinsip 3M: mengurangi, memakai kembali dan mendaur ulang. Tujuan utamanya adalah zero waste atau tidak menghasilkan sampah sama sekali.


Quote:
�Anak-anak dengerin eyang. Presiden kita kemarin pidato. Katanya presiden, anak-anak sejak dini harus peduli sampah. Harus cinta lingkungan..kamu-kamu harus cinta lingkungan, yah. Presiden SBY pidato seperti itu. Jadi kamu harus mulai hari ini yah,� ujar Harini Bambang Wahono, warga Cilandak, Jakarta. Dia sedang mengajarkan pada anak-anak sekolah dasar di sekitar rumahnya untuk peduli pada sampah.
�Sekarang eyang tanya, kalau kamu dibagi permen sama eyang, kulitnya dibuang kemana? Tong sampah. Kenapa tidak dibuang di ruangan ini saja? Karena membuat lingkungan kotor. Kalau kotor pemandangan tidak baik dan mendatangkan penyakit,� tambah Harini Bambang Wahono.

Nenek berusia 78 tahun itu memanfaatkan ruang tamu di rumahnya sebagai tempat pertemuan dengan anak-anak SD ini. Puluhan kursi plastik dan beragam alat peraga disiapkan. Salah satunya foto sampah yang menggunung di tepi pantai. Ini adalah tempat pelatihan untuk pengolahan sampah. Kata Harini, tujuannya supaya setiap orang tidak lagi menghasilkan sampah, alias �zero waste�.

Susah? Ah tidak, kata Harini. Begini cara melakoni prinsip 3M: mengurangi, memakai kembali dan mendaur ulang.

�Bagimana penerapan reduce? kita harus mulai mengurangi produksi sampah dari rumah masing-masing. Umpamanya, kalo belanja ke pasar jangan bawa kantung plastik, bawalah kantung dari rumah yang bisa dicuci. Karena plastik ini baru 200 tahun baru hancur. Kemudian yang plastik jangan dibiarkan berserakan, kita kan mau membuat tak ada sampah, Zero Waste yah..kita terapkan reuse, kita pakai kembali. Misalnya botol aqua dijadikan lampu, hiasan meja, tempat buah itu dibawah ada.�

Prinsip inilah yang kemudian ditularkan Harini kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya.

Veronica dan Dwi Rahma Dini, siswa kelas 3 dan 2 SD, mulai mengurangi sampah mereka sehari-hari. Sisca, yang bertetangga dengan Harini, juga mulai menerapkan prinsip nol sampah alias zero waste.

�Sampah saya sudah dipilah-pilah, karena kebetulan saya masak sendiri. Jadi otomatis sampah sehabis masak langsung saya masukkan ke tong pembuatan pupuk,� kata Siska.

Siska bertambah senang, karena dari sampah rumah tangganya, ia bisa mendapatkan pupuk gratis untuk menyuburkan tanaman di rumahnya.


Quote:
Mengurangi, memakai kembali dan mendaur ulang sampah bisa dilakukan oleh siapa pun. Semangat ini pun menyebar tak hanya kepada tetangga di sekitar rumah Harini, tapi juga jauh ke Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Dwi Heri Abdullah punya cara unik memperlakukan sampah, yang ditularkan kepada anak-anaknya.
�Kalau anak-anakku membeli permen, dengan terpaksa kita buka di warung itu, kita taruh di warung itu. Biar warung itu yang terima sampahnya. Aku akan melarang anak-anak atau keluargaku untuk membawa bungkusan ke rumah ku. Menuh-menuhin tempat aja, jadi buka di situ. Karena ini sebagai akibat dia menjual itu.�

Dwi Heri menimba pengetahuan soal nol sampah atau zero waste dari Komunitas Zero Waste yang berpusat di Bandung.

Sementara anggota komunitas lainnya, Iman Basuki menerapkan prinsip nol sampah di Pasar Cijantung, Jakarta. Ia jadi aktivis sampah seperti sekarang setelah mengikuti pelatihan soal Zero Waste di Bandung, Jawa Barat. Ilmu barunya lantas diterapkan di Pasar Cijantung. Dia membantu pemulung dalam memilah sampah-sampah yang ada di pasar.

�Selama ini ini kita baru mengumpulkan kardus-kardus, styrofoam, seperti pemulung lah istilahnya. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Produksi masal Takakura belum karena kendala tehnis dan butuh dana,� papar Iman Basuki.

Keranjang Takakura adalah alat untuk membuat kompos. Nama Takakura diambil dari nama penemunya yaitu Takakura, seorang Jepang. Bentuknya berupa keranjang persegi dari plastik. Di dalamnya diberi kardus untuk menampung bahan yang akan dikomposkan. Keranjang ini mengubah sampah jadi kompos karena di dalamnya diberi mikroba pengurai.

Di Serang, Banten, penerapan prinsip nol sampah telah menghasilkan pupuk gratis. Isa Rahmat mengajak tetangga-tetangganya untuk melakukan pengolahan massal sampah organik. Dengan biaya kebersihan 10 ribu rupiah perbulan setiap keluarga, sampah kembali ke warga dalam bentuk pupuk.

�Yang organik kita taruh di TPS, kita olah, dan kita kembalikan ke warga. keluarga kami untuk sampah saja 10 ribu. 10 ribu dengan estimasi, 5 ribu untuk petugas, 5 ribu dinas PU. Dengan adanya go green ini, 10 ribu tetap kita masukkan, 5 ribu untuk tukang sampah, 5 ribu untuk pembiayaan kita untuk menggaji tenaga kerja. Akan tetapi di akhir bulan warga dikasih pupuk seharga 10 ribu,� kata Isa panjang lebar.


Quote:
Prinsip nol sampah atau zero waste, selain menghilangkan produksi sampah setiap orang, juga dimaksudkan untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna. Heri, Iman dan Isa mempelajari prinsip ini dari penggagas Komunitas Zero Waste di Bandung, yaitu Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YBB).
�Kita ingin bagaimana supaya jumlah sampah bisa ditekan sampai nol. Ini bukan berarti kita tidak melakukan aktifitas apapun. Tapi kita perlu meyakinkan, setiap sampah yang dihasilkan bisa diolah. Baik oleh alam maupun proses lainnya misalnya daur ulang. Kita perlu pilih yang bisa didaur ulang, diproses kembali. Itu prinsip utamanya supaya tujuannya bisa jadi nol sampah,� kata Ketua Yayasan, Anilawati.

Ia meyakinkan, hampir separuh jumlah sampah rumah tangga bisa diolah kembali.

�Kalau kita mau mengkompos organiknya itu minimal 50 persen sampah yang kita hasilkan sudah bisa kita tangani sendiri karena sudah dikompos di rumah. Sisanya baru yang keluar. Sekitar 20 persen dari sampah kita bisa didaur ulang. Caranya bukan kita daur ulang sendiri, walau bisa kita lakukan. Cek saja ke pemulung ini bisa diterima apa tidak. Tandanya itu bisa didaur ulang bisa plastik, kaca, logam. Sisanya 30 persen itu yang biasanya benda-benda yang didaur ulang susah dan berbahaya bagi kesehatan. Nah, seperti itu yang harus kita kurangi.�

Jarak Bandung-Jakarta tak jadi penghalang Komunitas Zero Waste untuk saling berkomunikasi, kata Iman Basuki, anggota komunitas di Jakarta.

Komunitas Zero Waste di Bandung berdiri sejak setahun lalu. Setiap bulan mereka rutin bertemu, berbagai pengetahuan baru cara menerapkan prinsip nol sampah. Kini anggota komunitas mencapai 100 orang, kebanyakan adalah mahasiswa, pekerja muda serta ibu rumah tangga.

Namun komunitas ini tak bisa berdiri sendiri. Bagaimana pun, butuh dukungan dari pemerintah, juga kalangan industri sebagai sesama penghasil sampah.

Pegiat Zero Waste Dwi Mahavianny mengusulkan kepada Pemda untuk membuat komposter di setiap tempat pembuangan sementara, TPS. Misalnya, di TPS Perumahan Mustika Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Pengomposan dan daur ulang di TPS berhasil menurunkan volume sampah yang dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir, TPA.

Sementara kalangan industri didorong untuk menghasilkan sampah yang bernilai ekonomis alias sampah yang bisa dijual kembali.

Semua yang besar harus dimulai dari langkah kecil. Setiap orang bisa menerima tantangan untuk tidak menghasilkan sampah. Jadi, berani terima tantangan?


sumber


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 01:02 PM.


no new posts