FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
BINATANG anjing dan kucing ialah jenis yang kerap dijadikan peliharaan rumah keluarga Indonesia. Selain burung, dua jenis itu paling sering berinteraksi dengan manusia.
Namun pola interaksinya belum ada aturan yang jelas. Akibatnya, banyak binatang telantar yang kemudian justru membahayakan manusia. Menurut penyayang binatang Susana Somali, sebaiknya pemelihara menabung Rpl50 ribu per bulan untuk berjaga-jaga jika hewan peliharaan mereka sakit. Biaya itu di luar ongkos makan, vitamin, obat cacing, dan vaksin rutin. Kira-kira, anggaran sekitar Rp300 ribu sebetulnya sudah cukup untuk memelihara kucing atau anjing dengan baik. "Harusnya, calon pemelihara diaudit dulu, apa betul sanggup memelihara. Kalau tidak sanggup secara ekonomi, lebih baik jangan memaksakan diri," ujar Susan. Bagian itu, lanjut Susan, mestinya menjadi pekerjaan pemerintah. "Harusnya mereka bisa bikin aturan, misalnya anjing yang keluar rumah akan dimatikan. Mereka yang menelantarkan bisa kena hukuman. Yang penting jangan lagi ada anjing keliaran di jalan." Aturan itu diharapkan Susan bisa mengayomi binatang lain seperti monyet yang kerap dieksploitasi, juga kuda. "Bukannya saya bilang kuda enggak boleh dinaiki. Enggak apa-apa asal kuda sehat, terawat, dan happy. Lingkungan kita juga jadi sehat," jelasnya. Domestikasi hewan harusnya disertai dengan pengetahuan pemelihara. Namun justru hal itu yang luput dari perhatian. Setiap orang bebas memelihara apa saja, sekaligus bebas menelantarkan ketika bosan, tanpa diawasi undang-undang. "Karena enggak ada aturannya, siapa pun bisa saja menyiksa binatang. Ini kan pemandangan buruk unYuk anak-anak, mendidik generasi yang dapat menerima tindakan sadis," ujarnya. Lantaran itu setiap hari Susan tak keberatan menolong hewan telantar yang kini tertampung di lahannya. Ia perhatikan betul jadwal makan dan bermain anak-anak-nya itu. "Untuk vitamin, saya taruh di kantong, lengkap dengfm i.idwal pembeliannya," kata Susan lagi. Setiap akhir pekan, penampungan Susan terbuka untuk umum, utamanya para relawan yang mau berbagi waktu dengan mengajak anjing bermain. Juga untuk para calon pengadopsi. "Untuk adopsi, sayamemang kasih banyak syarat. Misalnya, rumah harus ada pacar, ada halaman, dan anjing tidak ditinggal sendirian dalam waktu lama," jelasnya. Biasanya, proses mengadopsi anjing atau kucing bisa makan waktvi sebulan sampai dua bulan. Tergantung waktu relawan juga, kapan mereka bisa survei dan sebagainya. Kalau semua beres, dan hewan sudah saya steril, silakan saja," kata Susan.. Sejauh ini, jumlah pengadopsi kalah banyak jika dibandingkan dengan mereka yang membuang peliharaannya. "Perbandingannya 110. Mungkin karena kebanyakan orang lebih suka memelihara anjing ras, bukan campuran (kampung) seperti di sini. Biasanya pemula memang suka ras," ujarnya. Perjalanan Susan menyelamatkan anjing dan kucing telantar kadang mempertemukan dirinya dengan banyak pemulung. Kata Susan, beberapa pemulung menjual anjing temuan mereka untuk dikonsumsi masyarakat etnik tertentu. Tapi ada juga yang memelihara. Saya bantu kasih vitamin dan steril. Cuma susahnya buat saya, mereka kan enggak bisa dikontak, mudah sekali hilang begitu saja," tutur ibu dua anak itu. Code:
sumber |
![]() |
|
|