SIDAK MAKANAN: Petugas Disperindag melakukan sidak jajanan anak di salah satu SD di Kota Bogor, beberapa waktu lalu.
BOGOR � Anak-anak biasanya menyukai makanan ringan ketimbang jajanan rumah atau pasar. Rasa yang lezat dan gurih menyebabkan mereka lebih menyukai makanan ringan itu.
Rasa lezat dan gurih tersebut, sebagian besar berasal dari monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa yang ditambahkan ke dalam masakan atau makanan ringan. Jika ditelaah lebih jauh, bahan tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia dan bisa menurunkan kecerdasan anak.
Hal ini diungkapkan Indonesia Initiative for Social Ecology Bogor (IISES), saat melakukan diskusi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang didukung oleh Yayasan Gibbon Indonesia di OASE, kawasan CICO Resort, kemarin.
Salah satu pengurus Yayasan Gibbon Indonesia, Dudung mengatakan, acara ini sengaja dibuat agar masyarakat mengetahui bahaya yang ada dalam makanan.
�Efek mengerikannya adalah jangka panjang. Bila dibiarkan akan terjadi kerusakan saraf yang tentunya mengganggu perkembangan anak,� Kata Dudung, usai acara, kemarin.
Ia menilai, saat ini masyarakat masih mengutamakan kenikmatan suatu masakan dan melupakan bahaya yang mengintai.
Karena, jika dikaji lebih dalam, bukan hanya MSG yang berbahaya, bahan-bahan lain seperti pemanis, garam dan cuka adalah contoh bahan aditif yang masih sering dikonsumsi masyarakat.
�Memang sekarang masak tanpa bumbu-bumbu itu terasa hambar. Tapi, kita juga harus perhatikan segala macam efek yang mengekor di belakang-nya,� tandas Dudung.
Penggunaan bahan-bahan aditif ini memang lebih praktis dan mudah. Karena rasa apa pun yang diinginkan bisa diciptakan. Sebab itu, Dudung berharap masyarakat bisa mencoba menggunakan BTP alami, sehingga bisa mengurangi dampak dari produk-produk yang diproses secara kimiawi.
�Semua proses alamiah masih bisa dilakukan. Bahkan masyarakat bisa menggunakan berbagai macam bahan dasar dari tumbuhan maupun bahan alam. Itu akan lebih aman,� tegasnya.