
22nd March 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Pemimpin Dunia Kutuk Serangan ke Libya
Vladimir Putin. AP/RIA Novosti, Alexei Druzhinin
Quote:
TEMPO Interaktif, Tripoli - Serangan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke Libya menuai kecaman dari sejumlah pemimpin dunia. Mereka khawatir serbuan udara dengan target pangkalan udara tentara pendukung Presiden Libya Muammar Qadhafi justru akan memakan banyak korban dari kalangan sipil.
"Itu resolusi rusak dan cacat," kata Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin kemarin mengomentari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberi wewenang Amerika melakukan invasi ke Libya.
Menurut Putin, resolusi yang diterapkan Dewan Keamanan PBB, Kamis pekan lalu, itu memungkinkan terjadinya segala hal. "Itu menyerupai panggilan abad pertengahan untuk Perang Salib," kata Putin.
Meski Putin mengecam resolusi, Rusia tidak menggunakan kekuatannya untuk memveto resolusi yang memberlakukan zona larangan terbang untuk pasukan udara Libya itu.
Kecaman juga datang dari pemerintah Cina. Koran resmi pemerintah Cina, People's Daily, jelas-jelas menunjukkan penentangan Beijing atas intervensi Amerika dan sekutunya. Tajuk rencana koran itu menyatakan negara-negara yang mendukung serangan ke Libya melanggar peraturan internasional dan menebarkan gejolak baru di Timur Tengah. Tapi, sama halnya dengan Rusia, Cina pun tak memveto resolusi PBB.
Di Havana, pemerintah Kuba juga mengutuk keras dua gelombang pengeboman oleh pasukan sekutu itu. Kementerian Luar Negeri Kuba menuduh negara Barat bertanggung jawab atas terciptanya kondisi yang mendukung agresi militer tersebut. "Itu manipulasi bersama atas Piagam PBB dan kewenangan Dewan Keamanan PBB," kata juru bicara pemerintah Kuba, seperti dikutip kantor berita Cina, Xinhua.
Pemerintah Jerman juga menentang keras gempuran udara ke Libya. Jerman tidak percaya bahwa serangan udara akan berhasil menyelamatkan warga sipil dan melumpuhkan tentara Qadhafi. "Kami menghitung risikonya," kata Guido Westerwelle mewakili Jerman dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa.
Dalam pemungutan suara atas resolusi PBB soal larangan terbang di Libya pekan lalu, Jerman memilih abstain bersama Cina, Rusia, India, dan Brasil. Berbeda dengan Inggris dan Prancis yang aktif menggempur Libya, Jerman memilih bergabung dengan negara Uni Eropa lain yang menginginkan sanksi lebih berat untuk pemerintah Libya.
Menurut Jerman, hukuman buat pemerintah Qadhafi lebih baik dijatuhkan melalui sanksi yang lebih luas di bidang ekonomi dan keuangan. Selain itu, semua sanksi harus berfokus pada upaya mengakhiri pemerintahan tiran di Libya yang telah berumur 41 tahun.
Akhir pekan lalu, Liga Arab pun mempertanyakan aksi pengeboman udara Libya yang bisa membunuh banyak warga sipil itu. Namun pemimpin Liga Arab, Amr Moussa, kemarin mengatakan Liga menghormati resolusi PBB, sepanjang tujuannya untuk melindungi warga sipil.
REUTERS |GUARDIAN | ANTARA | JAJANG JAMALUDIN
|
|