berbagai teleskop di boscha ITB
1. Refraktor Bamberg 37 cm
Quote:
Teropong Bamberg juga termasuk jenis refraktor yang ada di Observatorium Bosscha, dengan diameter lensa 37 cm dan panjang fokus 7 m. Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup. Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop ini hanya terbatas untuk pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat, atau untuk benda langit yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut dalam sektor Timur-Selatan-Barat. Untuk obyek langit yang berada di langit utara atau azimut sektor Timur-Utara-Barat praktis tak dapat dijangkau oleh teleskop ini. Teleskop ini selesai diinstalasi awal tahun 1929 dan digerakkan dengan sistem bandul gravitasi, yang secara otomatis mengatur kecepatan teleskop bergerak ke arah barat mengikuti bintang yang ada di medan teleskop sesuai dengan kecepatan rotasi bumi. Teleskop ini juga telah dilengkapi dengan detektor moderen, menggunakan kamera CCD.
Teropong Bamberg digunakan untuk pengamatan kurva cahaya bintang-bintang variabel, serta fotometri gerhana bintang, misalnya pengamatan kurva cahaya bintang ganda delta-Capricorni. Teropong ini juga digunakan untuk pengamatan matahari dan permukaan bulan. Teropong Bamberg juga sering digunakan untuk pendidikan publik, misalnya pada Malam Umum, untuk melihat kawah bulan, bintang ganda visual, gugus bintang, planet-planet, dan benda langit lainnya secara langsung melalui okuler teropong.
Spesifikasi
Nama Teleskop : Bamberg
Diameter lensa : 37 cm
Panjang Fokus : 700 cm
Fokus Rasio : f/18,9
Alat Tambahan : filter matahari
Lain - Lain
|
2. Reflektor GAO-ITB
Quote:
Reflektor GAO-ITB merupakan teleskop generasi baru di Observatorium Bosscha yang diinstalasi tahun 2005 dan sepenuhnya digerakkan dengan kontrol komputer. Teleskop ini berjenis Schmidt-Cassegrain bermerek Celestron dengan diameter cermin 8 inchi (sekitar 20 cm). Teleskop ini berada dalam ruangan dengan atap geser.
Menilik namanya, teleskop ini merupakan hasil kerjasama antara ITB dengan Gunma Astronomical Observatory (GAO), Jepang, dan telah beberapa kali digunakan sebagai teleskop robotik, yaitu pengamatan dari dua tempat jauh (Lembang-Gunma). Teleskop ini dapat digerakkan dari Jepang, dan hasilnya disaksikan secara langsung oleh pengamat di Jepang, yang sebagian besar adalah pengunjung umum atau siswa dan guru. Dan demikian pula sebaliknya. Teleskop di Gunma digerakkan dari Bosscha dan hasilnya disaksikan di Lembang, atau di kampus ITB, didukung oleh fasilitas teleconference. Karena itu, nama lengkap teleskop ini sebenarnya adalah GAO-ITB-RTS (dengan RTS = Remote Telescope System).
Teleskop ini juga banyak digunakan untuk penelitian mahasiswa pascasarjana astronomi.
Spesifikasi
Nama Teleskop : GAO-ITB-RTS
Diameter cermin : 20 cm
Panjang Fokus : 200 cm
Fokus Rasio : f/10
Alat Tambahan :
Lain - Lain
|
3. Teleskop Hilal
Quote:
Teleskop Hilal yang dimaksudkan di sini adalah teleskop kecil yang biasa digunakan untuk pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap mengirimkan data berupa video tayang-langsung.
Terdapat 6 teleskop seperti ini di Observatorium Bosscha dan siap membantu pemerintah untuk melakukan pengamatan hilal pada tanggal-tanggal penting keagamaan tersebut.
|
4. Teleskop Radio 2.3m
Quote:
Saat ini Observatorium Bosscha telah memasuki era multiwavelength. Gelombang radio mulai dapat ditangkap dan dianalisis di Observatorium Bosscha.
Teleskop radio Bosscha 2.3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio Telescope) yang didesain oleh Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi Corporation. Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam rentang frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi garis hidrogen netral, sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral, misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar. Matahari juga merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang radio ini. Obyek eksotik, seperti pulsar, juga akan menjadi taget pengamatan dengan teleskop radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk pengamatan dalam mode spektral dengan resolusi 7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz, atau dengan resolusi sangat tinggi 1,8 kHz namun dengan bandwidth yang jauh lebih pendek. Mapping juga dapat dilakukan, namun dengan resolusi beam hanya sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode kontinum memberikan bandwidth selebar 40 MHz dengan bin sebesar 1 MHz. Teleskop ini diinstalasi pada puncak bekas menara meteorologi di Observatorium Bosscha untuk mendapatkan coverage langit yang maksimal (tanpa terhalang pepohonan). Ruang kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first light pada bulan Desember 2008, menginisiasi pengembangan astronomi radio di Indonesia dan akan terus dikembangkan menjadi interferometer radio multi-elemen.
|
5. Teleskop Radio JOVE
Quote:
Teleskop radio JOVE tidak lain adalah teleskop radio hasil rancangan NASA Radio JOVE Project yang ditujukan untuk mengamati semburan radio dari Jupiter (Jupiter noise storm) serta semburan matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz. Teleskop ini menggunakan antena array berupa dual-dipole. Receiver dibuat bekerjasama dengan Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro, STEI, ITB. Sebanyak dua receiver telah selesai dikerjakan. Sebuah interferometer JOVE saat ini sedang dalam tahap penyelesaian di Observatorium Bosscha.
Dengan teleskop radio ini, Observatorium Bosscha dapat turut mengikuti jaringan pengamatan semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus untuk pengamatan Matahari, teleskop ini menjadi pendamping pengamatan radio untuk pengamatan optik dari Teropong Surya di Observatorium Bosscha.
Spesifikasi
Nama Teleskop : Radio Jove
Frekuensi : 20,1 MHz
Jenis Antena : Dipole
Panjang : ~ 7 meter
Alat Tambahan : Receiver
Lain - Lain : Untuk Pengamatan Solar Burst dan Jupiter
|
6. Teropong Surya
Quote:
Observatorium Bosscha telah selesai membangun teropong matahari, yaitu set teleskop dijital, yang terdiri dari 3 buah telekop Coronado dengan 3 filter yang berbeda, serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya dibuat sendiri. Fasilitas ini dapat terealisasi berkat sumbangan dari Kementerian Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan, Negeri Belanda, Leids Kerkhoven-Bosscha Fonds, Departemen Pendidikan Nasional, serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Fasilitas baru ini dapat digunakan untuk penelitian, pendidikan, maupun untuk pengabdian kepada masyarakat. Dari sisi layanan publik, fasilitas ini akan menjadi bagian penting dari pendidikan informal yang dapat diberikan oleh Observatorium Bosscha kepada publik. Semua ini merupakan wujud dari upaya Observatorium Bosscha memodernisasi dirinya sambil tetap menjaga sejarahnya. Fasilitas teropong surya ini berdiri pada lahan bekas teropong transit yang sudah tidak digunakan lagi, dan pernah digunakan sebagai titik pengamatan topografi. Bekas titik tersebut masih dipertahankan di dalam interior gedung teropong. Gedung ini dirancang oleh Dr. Wijaya Martokusumo dari SAPPK-ITB.
Berbagai komponen teleskop dibuat sendiri kecuali teleskop Coronado yang merupakan teleskop didesain khusus untuk keperluan pengamatan Matahari. Fasilitas ini terdiri dari dua buah sistem teleskop, yang pertama merupakan teleskop dijital bekerja pada 3 panjang gelombang, yaitu H-alpha, Kalsium II, dan cahaya putih yang ditujukan untuk mengamati bintik matahari. Teleskop kedua adalah sebuah coleostat yang ditujukan untuk membuat proyeksi citra dan spektrum matahari secara analog. Dengan demikian keduanya dapat berfungsi sebagai teleskop tayang-langsung (real-time), dan dapat dilihat melalui jaringan internet. Dengan sistem ini, fasilitas ini dapat berfungsi sebagai kolektor data ilmiah maupun sebagai sarana pendidikan publik yang cukup efektif. Variasi kenampakan matahari dapat dimonitor dan publik diharapkan dapat mengesani fenomena cuaca antariksa.
Fasilitas Teropong Surya ini juga dilengkapi dengan poster-poster berisi informasi tentang matahari serta perangkat lunak World Wide Telescope yang disumbangkan oleh Microsoft Indonesia kepada Observatorium Bosscha.
|
7. Teleskop Pelatihan
Quote:
Sejak tahun 2003, Observatorium Bosscha merupakan sentra pelatihan Tim Olimpiade Astronomi Indonesia di tingkat internasional. Sejak saat itu pula, tim yang dibina oleh para staf Program Studi dan KK Astronomi ITB ini selalu berprestasi. Secara berkala anggota tim yang dipilih melalui seleksi di Olimpiade Sains Nasional setiap tahunnya dilatih di Observatorium Bosscha. Peralatan yang digunakan adalah set teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini juga digunakan untuk lomba observasi di Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD dan asesoris lainnya.
Teleskop-teleskop ini juga digunakan oleh mahasiswa astronomi melakukan praktikum laboratorium astronomi.
|
8. Refraktor Unitron
Quote:
Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang menarik yang dapat dilihat pada saat pengamatan.
|
8. Refraktor Ganda Zeiss 60 cm
Quote:
Teleskop ganda Zeiss 60 cm ini berada pada satu-satunya gedung kubah di Observatorium Bosscha yang telah menjadi landmark Bandung utara selama lebih dari 85 tahun. Bangunan teropong ini dirancang oleh arsitek Bandung ternama, yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher, yang juga guru Presiden Soekarno. Teleskop dan gedung kubah ini merupakan sumbangan dari K. A. R. Bosscha yang secara resmi diserahkan kepada Perhimpunan Astronomi Hindia-Belanda pada bulan Juni 1928. Kubah gedung memiliki bobot 56 ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm.
Saat ini, Teropong Ganda Zeiss 60cm ini merupakan teleskop terbesar dan tertua di Observatorium Bosscha. Tahun 2008, teleskop ini genap berusia 80 tahun. Sampai sejauh ini, teleskop ini masih berfungsi dengan baik berkat perawatan yang konsisten. Sistem detektor fotografi pernah digunakan di teleskop ini sampai dengan tahun 1980-an. Sejak awal 1990-an, teknologi detektor dijital (menggunakan CCD astronomi) mulai digunakan di Observatorium Bosscha, untuk meningkatkan tingkat sensitifitas pengamatan. Selain itu, instrumentasi teleskop juga terus dimodernisasi.
Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Medan pandang teleskop pencari adalah 1,5 derajat atau sekitar 3 kali diameter citra bulan purnama. Medan pandang langit yang luas ini memudahkan untuk mengidentifikasi bintang yang hendak diamati, dibandingkan dengan citra bintang di langit melalui peta bintang. Teleskop ini dapat mengamati bintang-bintang yang jauh lebih lemah, kurang lebih 100000 kali lebih lemah dari bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang.
Instrumen utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi, antara lain untuk pengamatan astrometri, yaitu untuk memperoleh informasi posisi benda langit secara akurat dalam orde sepersepuluh detik busur, khususnya untuk memperoleh orbit bintang ganda visual. Hingga saat ini terdapat koleksi sekitar 10000 data pengamatan bintang ganda visual yang diperoleh dengan menggunakan teleskop ini. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang. Teleskop ini juga digunakan untuk pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan dengan CCD juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya Mars, Jupiter, dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha Compact Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan spektrum bintang-bintang Be.
|
terima melon, barmel juga ok
|