FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Bayangan Gunung Kemukus makin jelas tampak di air ketika Rismayati, 29 tahun, naik ke perahu kayu. Wanita itu duduk dalam diam bersama penumpang lainnya, saling menghindari kontak mata dalam perjalanan singkat menyebrangi waduk Kedungombo. Perahu itu kemudian berlabuh di sebuah dermaga kecil. Rismayati akan mengunjungi makam seorang bangsawan Jawa dan berdoa agar keterpurukan hidupnya segera berlalu. Demi mendapatkan kekayaan dengan jalan mudah, wanita yang sudah menikah ini akan melakukan hubungan seks dengan seorang pria yang bukan suami sahnya.
Batangkali, Risamayati hanyalah salah satu dari sekian banyak peziarah yang mendaki Gunung Kemukus untuk melakukan hubungan seks dengan orang lain. Mereka percaya bahwa dengan melakukan seks kilat di dekat makam Pangeran Samodra, seorang bangsawan yang terusir pada abad ke-15, maka akan melenyapkan nasib buruk mereka. Menurut para ahli, masyarakat Jawa dari berbagai agama, pertama kali datang ke Kemukus pada akhir tahun 1800-an. Meski harus menahan malu bila kunjungan mereka ini ketahuan pasangan atau keluarganya, para peziarah yang datang ke tempat itu ternyata tidak berkurang jumlahnya. Konon, ini karena keberhasilan ritual nyeleneh yang sudah tersebar luas. Beberapa orang datang ke tempat ini untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah keuangan atau cinta. Ritual sakral di tempat ini mengharuskan para peziarah untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sama selama tujuh Jumat Pon, yang dihitung berdasarkan penanggalan Jawa, yang terjadi setiap 35 hari sekali. Konon, setelah kunjungan ketujuh maka keberuntungan mereka akan berubah. Tapi jika mereka berganti pasangan maka mereka harus mengulanginya dari awal. Malam itu Rismayati akan kembali berpasangan dengan pria yang sama, yang ditemuinya enam bulan lalu. �Dia seorang guru sekolah dan malam ini saya akan tidur dengannya untuk yang keenam kalinya. Dia sangat baik, tapi saya masih gugup, karena dia bukan suami saya,� akunya. Rismayati menjalani hidup sebagai pedagang makanan di pinggir jalan di sebuah desa kecil sejauh 50 Km. dari Gunung Kemukus. Suaminya, ayah dari anaknya yang berusia 10 tahun, adalah seorang kuli bangunan. Rismayati belum memberitahu keluarganya mengenai kunjungannya ke gunung itu karena ritual ini belum bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, bahkan oleh orang Jawa Sendiri. Alasannya sudah barang tentu karena ritual atau tradisi mistis seperti ini belum bisa berbaur dengan ajaran agama manapun. �Suami saya pasti akan membunuh saya, dan ibu saya bisa-bisa meningggal karena kaget,� katanya sambil menyembunyikan wajahnya. �Saya mengaku mengunjungi teman saya, yang bersedia melindungi saya. Hanya dia satu-satunya yang tahu rahasia saya ini,� tambahnya. Suara dengingan nyamuk makin terdengar di udara ketika Rismayati mulai menaiki tangga batu menuju makam Pangeran Samodra. Menurut legenda, kerajaan menghukum mati Sang Pangeran karena memiliki hubungan gelap dengan ibu kandungnya sendiri. Namun, beberapa versi mengatakan ibu tirinya. Konon, pasangan peselingkuh ini dimakamkan bersama di gunung tersebut. Pangeran Samodra dipercaya merupakan bangsawan yang dermawan dan baik, yang sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Para peziarah, yang mayoritas orang miskin, percaya bahwa dengan mengikuti hubungan perselingkuhan tersebut, mereka berarti telah membuktikan kesetiaan mereka terhadap Sang Pangeran, dan arwahnya akan membantu mereka. Makam Pangeran Samodra terletak di sebuah tempat yang misterius dan tertutup pepohonan besar. Rismayati bergabung bersama ratusan peziarah lainnya di luar kompleks makam. Wajah mereka tampak tegang di sinari nyala lilin sambil menunggu dalam diam untuk bisa masuk ke dalam kompleks makam. Hanya suara binatang dan alam yang mewarnai keheningan itu. Rismayati membeli dupa dan kembang dari penjual setempat dan antre untuk bisa berdoa kepada Sang Pangeran. Tidak ada cara-cara khusus yang terorganisir bagi para peziarah untuk bisa bertemu dengan pasangan selingkuhnya. Mereka hanya bergabung dengan keramaian sambil mencari-cari pasangan yang sesuai. �Sulit untuk menemukan pasangan yang tulus,� kata Rismayati. �Jika laki-lakinya hanya menginginkan hubungan seks untuk senang-senang, ritual ini tidak akan berhasil.� Demikian dia meyakini. Diperkirakan, separuh dari 3 ribu sampai 10 ribu orang yang datang ke Kemukus pada haru Jumat itu adalah peziarah sejati. Sedangkan sisanya adalah para pekerja seks dan pria hidung belang. �Pada kunjungan pertama, saya sangat takut,� kata Rismayati. �Ketika guru itu mendekati saya, kami mengobrol dulu selama satu jam untuk menegaskan bahwa dia benar-benar bertujuan sama dengan saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia datang berdoa ke sini agar bisa kaya dan bisa membelikan istrinya sebuah rumah.� Rismayati sendiri mengaku telah tahu mengenai gunung Kemukus dari sahabatnya. �Dia dulu sangat menderita karena suaminya suka main perempuan dan mabuk-mabukkan. Setelah dia datang ke sini sebanyak tujuh kali, suaminya berubah. Dia jadi baik sekali dan suka tinggal di rumah. Terkadang si suami memasakkan makan untuk istrinya,� kisahnya. Rismayati tidak tahu pasti apakah suami sahabatnya itu berubah karena dia mencurigai penyelewengan istrinya itu, atau karena sesuatu hal yang mistis. Tapi dia optimis bahwa keinginannya juga akan terkabul. �Saya ingin kehidupan saya berubah. Rasanya capek hidup susah terus,� katanya. Ketika Rismayati masuk ke dalam makam untuk berdoa, penjaga makam bernama Hartanto, 41 tahun, yang melayani arwah Pangeran Samodra sekaligus penasehat spiritual bagi para peziarah, mengatakan bahwa banyak yang puas dengan hasilnya setelah berziarah. �Ketika mereka pertama kali datang ke sini, mereka menangisi penderitaan mereka. Tetapi setelah mereka menyelesaikan ritual di sini, banyak yang kembali ke sini untuk berterima kasih pada saya karena semua kesulitannya telah lenyap,� kata pria berjenggot itu. Hartanto menceritakan pengalaman seorang pria yang sudah bertahun-tahun ingin lepas dari profesinya sebagai sopir angkot, dan sekarang punya 15 angkot. �Dia sangat berterima kasih pada saya. Dia menyumbangkan banyak uang untuk perawatan kompleks makam ini,� kisahnya lagi. Setelah berdoa di dalam makam, saat untuk berhubungan seks bagi Rismayati telah tiba. Dia akan bertemu dengan guru itu dalam sebuah kamar sewaan kecil yang berjejer di sepanjang kompleks makam. Dengan harga Rp. 20 ribu per jamya, para pasangan itu bisa menyewa kamar untuk privasi mereka. �Saya berusaha menghindari pemikiran bahwa yang saya lakukan ini adalah pengkhianatan terhadap suami saya,� ungkap Rismayati. �Saya tidak tertarik pada pria itu, tapi dia memang tidak terlalu jelek. Saya menganggap hubungan seks ini sebagai praktek fisik yang tidak menyenangkan.� Perlengkapan yang tersedia di kamar mesum itu sangat minimalis. Hanya sebuah ranjang kayu dan sebuah lampu bohlam yang remang-remang. Zaman dulu, para peziarah berhubungan seks di bawah pepohonan besar. Tetapi warga desa setempat kemudian berinisiatif untuk membuat kamar-kamar seperti itu sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Kabarnya, ini terjadi sejak tahun 1980-an. �Saya senang di tempat ini ada kamar-kamar seperti ini, tapi tetap saja membuat saya merasa kotor,� aku Rismayati. Wanita ini lebih suka seks kilat dan mengatakan bahwa guru itu sangat mngerti dan selalu memakai kondom. �Semuanya selesai dalam 5-10 menit,� kata wanita berparas lumayan cantik ini. BERPASANGAN DENGAN REKAN BISNIS Tidak semua peziarah berpasangan dengan orang yang benar-benar asing bagi dirinya. Kustiani, 27 tahun, malah berpasangan dengan rekan bisnisnya yang bernama Suharto, 38 tahun. Keduanya mengaku memiliki toko perabotan bersama di sebuah kota yang jaraknya sejauh 3 jam berkendaraan mobil dari Kemukus. Mereka berdua sudah menikah dengan orang lain dan mengatakan bahwa alasan mereka datang ke gunung itu benar-benar demi bisnis. �Toko kami kurang laku, padahal kami sudah memakai berbagai cara dan strategi,� kata Kustiani, wanita berkulit coklat dengan aksen Jawa yang medok. �Suharto menyarankan kami untuk datang ke Kemukus untuk berdoa, demi meraih keuntungan yang lebih besar.� Suharto, ayah dari tiga anak ini, meminta Kustiani menjadi pasangan seks-nya karena menurutnya jika mereka melakukan ritual itu bersama, maka keberuntungan mereka akan berlipat. Awalnya Kustiani menolak, tapi pria itu terus meyakinkannya. �Dia menjelaskan bahwa banyak orang yang menjadi kaya setelah melakukan ritual ini. Jadi, saya akhirnya tergoda juga,� akunya lagi seraya menambahkan bahwa kali ini adalah kunjungan kedua kami, dan mereka bertekad untuk melakukan ritual ini sampai selesai. Kustiani belum berani berterus terang pada suaminya. Namun menurutnya Suharto, entah bagaimana caranya, telah mendiskusikan masalah ini dengan istrinya. Isteri Suharto itu menyetujuinya, bahkan menganggap ini ini adalah ide yang bagus. �Anak-anak kami berusia 18 tahun, jadi kami tidak boleh kehilangan toko dan bisnis ini,� kata Suharto yang bertemu Misteri belakangan. Pasangan ini tiba lebih dulu, dan dalam 15 menit, mereka telah selesai melakukan hubungan seks di dalam kamar. �Saya merasa sangat aneh berhubungan seks dengan Suharto, tapi saya menganggap hal ini sebagai pengalaman spiritual,� kata Kustiani pelan. Wanita ini mengaku bahwa hubungan seks yang mereka lakukan tidak menganggu hunungan kerja mereka. �Di toko, kami bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Bahkan suami saya tidak mencurigai apa-apa karena kami berusaha bersikap seprofesonal mungkin." Ada sebuah pengakuan menarik dari keduanya. Kustiani dan Suharto, yang sama-sama beragama Islam, mengaku telah melakukan upacara pernikahan Mut�ah, sebelum melakukan ritual tersebut. �Pernikahan sementara� ini mereka lakukan untuk melegalisasi hubungan seks yang mereka lakukan dalam semalam, setiap kali mereka ke Kemukus. �Penjaga makam yang menikahkan para pasangan peziarah yang muslim,� jelas Suharto. �Hanya butuh beberapa menit, dengan begitu berarti kami tidak dinilai melakukan dosa di hadapan Allah," tambahnya penuh keyakinan. Saat ini iklim moral di Indonesia makin konservatif, ditandai dengan akan diresmikannya UU Anti Pornografi. Meski begitu Ruly Pujianto, yang bertanggung jawab atas keamanan dan kelancaran kegiatan di Kemukus, tetap yakin bahwa UU tersebut tidak akan sampai menjamah ritual di Kemukus. �Gunung ini sakral, dan semua ini adalah warisan nenek moyang kami,� katanya. �Kalau hal itu sampai terjadi, sudah pasti akan terjadi kekacauan di sini!� Tambahan. Menurutnya, pemerintah sepertinya sudah puas dengan penerimaan pajak dari kegiatan di tempat ini sebesar Rp. 250 juta per tahunnya, yang didapat dari uang masuk para peziarah. Ruly sendiri mengaku sudah tinggal di Kemukus selama 20 tahun. Dia memiliki 12 anak buah, yang menjaga keamanan. �Di sini tidak banyak terjadi tindak kejahatan,� kata Ruly. �Biasanya hanya orang mabuk yang berkelahi dan pencopetan. Hanya itu,� tambah pria berkumis tebal ini. Meski begitu, ternyata pernah terjadi satu kali pembunuhan di tempat ini. �Kira-kira enam tahun lalu, ada pasangan yang beberapa kali melakukan hubungan seks, tapi yang wanita kemudian memutuskan untuk berhenti sebelum ritualnya selesai,� kisahnya. �Yang pria sangat marah, lalu dia pergi ke desa wanita itu dan membunuhnya.� Menurutnya, pria itu sepertinya jatuh cinta pada wanita itu. �Itulah kesalahan terbesar para peziarah.� kata Ruly mengakhiri ceritanya. Ketika pagi tiba, perhelatan di Kemukus mulai bubar. Banyak peziarah yang langsung pulang ke rumahnya masing-masing sebelum pagi, karena takut ketahuan suami atau istri dan keluarganya. Bunga mawar dan abu dupa berserakan di sana-sini, dan remang-remang kamar penyewaan pun mulai terkuak. Rismayati meninggalkan Kemukus. Dia kemudian menunggu kendaraan umum untuk pulang. Mungkin, hatinya lega karena satu lagi ritual sudah diselesaikannya malam itu. Kunjungannya yang akan datang adalah yang terakhir. Harapan terakhirnya untuk membuktikan bahwa penyelewengannya terhadap suaminya akan tertebus dengan hidup yang lebih sejahtera. Benarkah? Banyak pihak yang menganggap bahwa ritual ziarah di Kemukus sebagai kebodohan warisan jahiliyah. Sementara, pihak lain beranggap bahwa ziarah seks di tempat itu hanyalah sesuatu yang dibesar-besarkan. Padahal, faktanya tidaklah seperti itu. "Tidak ada ritual berhubungan badan dengan lawan jenis yang bukan pasangannya. Kalau mau ziarah ya ziarah saja. Tanpa embel-embel perbuatan mesum seperti itu," tegas seorang sumber Misteri yang enggan disebut identitasnya. Jadi, mana yang benar? Yang pasti, sebagai insan beragama kita tak sepatutnya terjerumus dalam sebuah ritual sesat. sumber : majalah misteri
__________________
![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
wadooooh kok begituan di lokasi kuburan ya
![]() apa gak syerem tuh... ![]() |
#3
|
|||
|
|||
![]()
kenapa ga mangkal di lokalisasi aja ya...., sekali ML dapet uang .....
![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
wew, baru tau kalo di gunung sana ada ritual esek-esek.....
|
#5
|
|||
|
|||
![]()
daerah mana tuh.....??
![]() ![]() ![]() |
![]() |
|
|