FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Suasana Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, setelah erupsi Gunung Merapi. YOGYAKARTA, KOMPAS.com � Erupsi Gunung Merapi sama sekali tidak berdampak pada kondisi air tanah dan kualitas air di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Pernyataan tersebut disampaikan Heru Hendrayana, dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam diskusi pascaerupsi merapi terkait tata kelola air di Gedung BPD Yogyakarta, Kamis (24/3/2011). Diskusi yang dihadiri puluhan peserrta dari lembaga swadaya masyarakat (LSM), instansi pemerintah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dan masyarakat ini sekaligus meluruskan kabar yang beredar bahwa kadar air dan sumber air tercemar akibat erupsi merapi. �Erupsi Gunung Merapi itu hanya menutupi sumber air saja sehingga yang bermasalah hanya suplai airnya saja,� kata Heru Hendrayana. Dijelaskan, kalau kondisi sumber air terpengaruh dampak erupsi merapi, dampak itu akan terjadi dalam jangka panjang dan tidak cukup hanya dalam waktu satu hingga dua minggu. Ia menambahkan, sampai saat ini cadangan dan kualitas air masih bagus. Kondisi mata air hanya tertutup material letusan merapi sehingga hanya mengubah bentang alam lokal dan tutupan lahan. Jika nanti ada mata air yang keluar, lebih disebabkan karena adanya tekanan tinggi dari dalam tanah. �Mata air yang keluar cenderung mencari tempat yang bertekanan rendah, bisa menyebar atau terkonsentrasi, kita masih menunggu sumber air itu akan muncul di mana,� kata Heru. Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral Sleman Widi Sutikno mengatakan, saat ini sebanyak 192 mata air di Sleman tengah dalam pengawasan karena tertutup material letusan Merapi, terutama mata air Umbul Wadon dan Umbul Lanang di Cangkringan. �Potensi debit di kedua sumber air yang mengaliri Sungai Kuning itu mencapai 450 sampai 500 liter per detik, sekarang masalahnya bagaimana untuk mengangkat sumber air itu agar keluar,� ujarnya. Kedua sumber mata air tersebut, lanjut Widi Sutikno, masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Oleh karena itu, pihaknya akan melibatkan pihak TNGM untuk penataan kawasan di sekitar kedua sumber mata air tersebut. �Kami telah mengusulkan kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk segera mengangkat kedua sumber mata air dan diharapkan selesai pada tahun ini sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Kaliurang,� ujarnya. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
angger rusak mengko banyune rasa awu
![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
rasa awu isih mending..
lha nek beracun?? ![]() |
#4
|
|||
|
|||
![]()
luar biasa jika Merapi murka
|
#5
|
||||
|
||||
![]()
lahar dingin aja sudah kayak gitu....
|
#6
|
||||
|
||||
![]()
ora popo sik penting iso metu sithik
|
![]() |
|
|