for
Sungai Musi:
Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.
Nah, karena Besarnya pengaruh Sungai Musi di Kota Palembang dari awal sampe sekarang Sungai Musi jadi semacem sumber peradaban masyarakat Palembang.
Hal ini menyebabkan banyak objek objek vital dan juga menarik yang letaknya di daerah tepian dan sekitar Sungai Musi
Jembatan Ampera
Jembatan Besar hadiah perang dari Bangsa Jepang yang menghubungkan Palembang bagian Ulu dan Ilir
jembatan ampera malam hari
jembatan ampera temope doeloe
Museum Sultan Mahmud Badarudin II
Museum ini dulunya istana Kesultanan Palembang Darussalam yg dikuasai oleh Belanda waktu jaman penjajahan. hingga sekarang, digunakan sebagai museum dan lantai bawahnya dipakai oleh Dinas Pariwisata Kota Palembang sebagai kantor.
Monpera
Monumen ini dibangun unntuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajah pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 yang melibatkan seluruh rakyat Palembang melawan Belanda.
letaknya persis di belakang museum Sultan Mahmud Badarudin 2
Benteng Kuto Besak
Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.
Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.
Kantor Ledeng
Bangunan ini berdiri pada tahun 1928 yang dulunya dikenal dengan sebutan Water Tower (Menara Air) atau disebut masyarakat Palembang sebagai Kantor Ledeng. Pada Zaman Jepang pada tahun (1942 - 1945) Balai Kota (Kantor Menara Air) dijadikan Kantor Syuco-kan (Kantor Residen) dan terus dimanfaatkan sebagai balaikota sampai dengan tahun 1956.
Tanggal 21 Agustus 1963 Perusahaan Water Ledeng dipindahkan menjadi salah satu tehnik air bersih di Dinas Pekerjaan Umum Kota Praja Palembang. Sejak Saat itu (1963) Kantor Menara Air berubah menjadi Kantor Pusat Pemerintahan Kota Praja Palembang yang sekarang disebut Kantor Walikota.
Kota Tua Sekanak
sebuah daerah kota perkembangan awal kota Palembang hasil pendudukan Belanda. sampai sekarang masih berdiri komplek pertokoan berarsitektur lama dan penduduk Palembang lama.
Kampung Kapiten
Kampung Kapitan merupakan salah satu bangunan peninggalan China di Palembang, Sumatera Selatan. Bukan hanya ciri khas China yang melekat di sana, melainkan perpaduan antara budaya Palembang, China, dan Belanda yang terasa kental mewarnai kawasan yang terletak di pinggir Sungai Musi ini.
Munculnya Kampung Kapitan berkaitan dengan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya pada abad XI dan munculnya Dinasti Ming di China pada abad XIV.
Tradisi juga masih nampak pada interior rumah yang dilengkapi dengan meja altar pemujaan bagi leluhur. Perpaduan ini dapat dipahami, sebab pada masa akhir pemerintahan Kesultanan Palembang, masyarakat Tionghoa mulai membaur dengan masyarakat asli Palembang melalui perkimpoian atau memeluk agama Islam.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Tionghoa mengalami perubahan dari masyarakat yang diawasi menjadi masyarakat yang mempunyai kedudukan istimewa. Ini terlihat pada kolom penyangga pada bagian teras depan yang pada rumah pertama berbahan kayu, berganti menjadi kolom bata dengan gaya klasik eropa, walau dengan proporsi yang disesuaikan dengan tampang bangunan.
Pulau Kemaro
Pulau Kemaro, sebuah delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Di sana terdapat sebuah vihara cina (klenteng Hok Tjing Rio). Pulau Kemaro terletak di daerah industri,yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Pulau kemaro berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang. Pulau Kemaro adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi. Di Pulau Kemaro juga terdapat kuil Budha yang sering dikunjungi umat Budha untuk berdoa atau berziarah ke makam. Di sana juga sering diadakan acara Cap Go Meh setiap Tahun Baru Imlek.
Di Pulau Kemaro juga terdapat makam dari putri Palembang. Menurut legenda setempat, pada zaman dahulu, seorang putri Palembang dikirim untuk menikah dengan seorang anak raja dari Cina. Sang putri meminta 9 guci emas sebagai mas kimpoinya. Untuk menghindari bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran dan ketika sang anak raja membukanya dilihatnya hanya berisi sayuran maka guci-guci tersebut dibuangnya ke sungai. Rasa kecewa dan menyesal membuat sang anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai dan juga tenggelam. Sang putri dikuburkan di Pulau Kemaro dan dibangunlah kuil untuk mengenangnya.