FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
JERUSALEM - Israel terlihat serius mengagendakan investigasi internal insiden Gaza Freedom Flotilla akhir bulan lalu. Kemarin (9/6), dalam rapat tertutup, para menteri senior yang tergabung dalam Forum of Seven menyusun detail rencana penyelidikan. Sementara itu, PBB tetap mendesak Israel mengizinkan tim internasional ikut menyelidiki.
Menurut media Israel, dalam waktu dekat, Forum of Seven akan melaporkan hasil rancangannya kepada Amerika Serikat (AS). Lewat cara itu, mereka berharap AS akan memberikan dukungan terhadap investigasi internal terbatas Israel. "Dengan dukungan AS, Israel yakin legitimasi investigasinya akan diakui masyarakat internasional," ungkap media terlaris Israel, Yediot Aharonot. Konon, Forum of Seven yang beranggota tujuh menteri itu sengaja menyusun beberapa versi penyelidikan sebagai cadangan jika rancangan mereka ditolak Washington. Sebab, untuk mendukung rancangan Israel, pemerintahan Presiden Barack Obama harus yakin bahwa skema penyelidikan internal yang disusun Israel tidak bertentangan dengan standar internasional dan ketentuan Dewan Keamanan (DK) PBB tentang investigasi berimbang. "Kami sadar bahwa partisipasi masyarakat internasional dalam investigasi (Israel) ini menjadi faktor yang sangat penting untuk membuktikan kredibilitas penyelidikan itu sendiri," kata Jubir Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley, seperti dilansir Agence France-Presse. Karena itu, AS lantas melakukan pembicaraan serius dengan Israel dan beberapa negara lain untuk membahas syarat kredibel tersebut. Harian Haaretz melaporkan, rancangan pertama Forum of Seven tentang investigasi internal itu melibatkan dua pengamat asing. "Tim investigasi internal itu terdiri atas panel juri Israel dan dua pengamat asing, yang masing-masing berasal dari AS dan satu negara Eropa," terang surat kabar Israel tersebut. Konon, panel juri itu tidak berhak menerbitkan subpoena (panggilan tertulis untuk sidang). Selain itu, rekomendasi mereka tidak akan memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Terpisah, Menteri Pertahanan Ehud Barak menegaskan bahwa pasukan khusus Israel yang terlibat dalam insiden 31 Mei lalu itu tidak perlu menjalani interogasi. "Komite (tim) investigasi boleh saja mendengarkan kesaksian dari para menteri. Tapi, mereka tidak berhak melakukan penyelidikan langsung terhadap anggota pasukan khusus yang terlibat dalam insiden itu," terangnya. Israel Longgarkan Blokade Associated Press melaporkan bahwa Israel akhirnya melonggarkan blokade ke Jalur Gaza. Beberapa komoditas yang semula dilarang memasuki wilayah Palestina itu, kini diizinkan. "Israel mencabut larangan masuk untuk soda, jus, selai, rempah-rempah, keripik, biskuit, permen, dan krim cukur," kata Raed Fattouh, pejabat kantor penghubung Palestina. Mulai kemarin, imbuh Fattouh, sejumlah komoditas yang blokadenya dicabut itu sudah mulai masuk Gaza. Hari ini atau besok, dia yakin jumlah barang "langka" yang biasanya harus diselundupkan dari Mesir itu akan semakin banyak di pasaran. Sayang, komoditas-komoditas penting yang sangat dibutuhkan masyarakat Gaza masih tetap dilarang masuk. Seperti, semen, besi baja, dan beberapa bahan bangunan. Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-Moon terus mendesak Israel untuk membuka pintu bagi negara-negara lain yang ingin terlibat dalam penyelidikan insiden maut di atas kapal Mavi Marmara tersebut. Selasa lalu (8/6), diplomat Korea Selatan (Korsel) itu kembali mengimbau Israel untuk melibatkan tim penyelidik internasional. Tapi, Israel tetap bersikeras untuk melakukan investigasi internal. (hep/c3/dos) sumber -> berita |
![]() |
|
|