
7th February 2012
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Mar 2011
Location: Bandung
Posts: 19,160
Rep Power: 90
|
|
Konversi Gas Harus Jalani Dahulu
Konversi Gas Harus Jalani Dahulu
Quote:

Pemerintah seperti bingung dalam mengatasi masalah bahan bakar. Belum jelas, kapan pelaksanaan kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi (premium dan solar) untuk kendaraan pribadi, muncul opsi konversi gas sebagai bahan bakar alternatif yang didesak segera dimulai. Kemudian, muncul lagi usulan agar harga bahan bakar dinaikkan.
"Menaikkan Premium oke, tapi jangan ditinggalkan gas. Wajib dimulai, khususnya untuk kendaraan umum yang ada di seluruh Indonesia. Ini saja dulu," usul Jongkie Sugiarto, Ketua I GAIKINDO kepada KompasOtomotif, akhir pekan lalu. Ia menilai, momentum penggunaan energi alternatif yang lagi terbentuk jangan sampai hilang sia-sia. Selain lebih ekonomis, gas sebagai salah satu sumber energi dunia masih belum dimanfaatkan maksimal oleh sektor kendaraan bermotor di Indonesia. Padahal, negara-negara maju sudah sangat lazim menggunakannya.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sudah melakukan studi banding mengajak tiga BUMN (Pindad, Waskita Karya dan Dirgantara Indonesia) ke Italia dan Korea Selatan (Korsel) untuk melihat produksi alat konversi dan tabung gas. "Saya sendiri ikut rombongan menteri ke Korsel dan sudah terjadi pembicaraan serius antara BUMN kita dengan perusahaan di sana. Ini bisa dilakukan," tegas Jongkie.
Untuk tahap awal, pemerintah perlu inventaris berapa banyak kendaraan umum yang beroperasi di Indonesia, melibatkan Organda dan Dishub Kementerian Perhubungan. Selanjutnya, kuota impor alat konverter dan gas diperlukan untuk mengalihkan konsumsi bbm ke gas.
"Akan tercipta alih teknologi nantinya. Pertama, kita memang harus impor. Dari situ kita bisa mulai merakit (CKD) baru kemudian diproduksi penuh di sini," jelas Jongkie. Selain itu, lanjutnya, dengan kepastian pemerintah mengalihkan konsumsi BBM bersubisi ke gas untuk kendaraan umum, maka Pertamina punya pegangan pasti konsumen yang disasar. Sehingga, BUMN Energi ini punya alasan kuat untuk mengembangkan jaringan pemasaran CNG (compressed natural gas) di Indonesia.
"Kalau pemerintah mau, tak ada lagi kasus 'telur dan ayam'. Pertamina dapat kepastian pasar mereka tentu mau investasi. Pengembangan jaringan CNG diperlukan karena lebih ekonomis dan berkualitas lebih baik ketimbang LGV (Liquified Gas for Vehicle)," tutup Jongkie.
|
Sumber
|