
25th January 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Sep 2010
Posts: 329
Rep Power: 288
|
|
���Epilepsi Dan Kehamilani���

Quote:
Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang paling sering terjadi dalam kehamilan. Angka kematian neonatus yang lahir dari wanita epilepsi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Pengobatan wanita epilepsi yang hamil pada umumnya dilakukan menurut prinsip yang sama seperti pada pasien tidak
hamil.
Menurut International League Against Epilepsy, epilepsi pada kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu epilepsi yang telah diderita sebelum kehamilan, Termed Gestational Epilepsy, dan Gestational Onset Epilepsy.
Wanita yang menderita epilepsi sebelum kehamilan dapat mengalami bangkitan pada saat hamil. Hal ini disebabkan karena pengaruh perubahan hormonal, metabolik, psikis, dan farmakokinetik OAE.
Termed Gestational Epilepsy adalah epilepsi yang terjadi pertama kali sewaktu masa kehamilan dan berlanjut pada kehamilan berikutnya dengan masa bebas bangkitan di antara kehamilan.
Gestational Onset Epilepsy adalah epilepsi yang terjadi pertama kali pada masa kehamilan dan berlanjut di luar masa kehamilan.
Pengaruh Epilepsi pada Kehamilan
- Pengaruh Selama Masa Kehamilan. Kebanyakan kehamilan pada wanita penderita epilepsi adalah normal dan tidak ada kelainan dalam proses persalinan.
- Pengaruh pada Janin. Efek epilepsi dan OAE pada janin dapat dibagi menjadi perubahan antropometrik, anomali minor, malformasi mayor, dan gangguan fisiologik dan kematian janin.
Sindrom yang berhubungan spesifik dengan fenitoin disebut sindrom fenitoin janin. Sindrom ini mirip dengan sindrom alkohol janin dan terdiri atas kelainan kongenital mayor berupa mikrosefali, gangguan pertumbuhan, gangguan fungsi intelektual dan kelainan minor berupa strabismus, ptosis, hipertelorism pada mata, hipotonia, hernia inguinal dan umbilikal, serta deformitas pada kaki. Hal-hal tersebut juga dapat terjadi pada penggunaan barbiturat dan obat-obat antiepilepsi lainnya.
Pernah dilaporkan kasus defek neural tube yang berhubungan dengan penggunaan valproat. Begitu pula kasus spina bifida, mikrosefali, dan anensefali, lebih sering terjadi pada penggunaan valproat. Penggunaan karbamazepin juga berisiko menimbulkan spina bifida.
Pengaruh pada Saat Persalinan
- Risiko kesulitan saat partus pada penderita epilepsi lebih tinggi dan populasi umum, seperti partus prematurus. Penggunaan OAE mengakibatkan melemahnya kontraksi uterus dan ruptur membran yang terlalu dini. Pemberian vitamin K oral 10 mg/ hari dir.ekomendasikan minimal sejak 1 bulan sebelum persalinan karena terdapat peningkatan risiko perdarahan pada bayi baru lahir karena pengaruh penggunaan OAR
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan yang baik sangat diperlukan oleh wanita yang menderita epilepsi. Proses ini diawali dengan konseling kehamilan yang efektif, kontrol kehamilan dan edukasi tentang pentingnya kehamilan yang terencana dengan optimalisasi penggunaan OAE dan suplementasi asam folat sebelum konsepsi, perbandingan antara teratogenisitas OAE dan risiko bangkitan saat kehamilan.
- Konseling Kehamilan pada Penderita Epilepsi. Bila seorang wanita penderita epilepsi ingin hamil, hal yang perlu dilakukan adalah:
- Perencanaan kehamilan. Mendiskusikan keadaaan pasien
dengan ahli saraf dan ahli kandungan sebelum hamil.
- Membuat perjanjian dengan ahli kandungan ketika pasien merasa hamil dan melakukan kunjungan rutin se- lama masa kehamilan.
- Mengonsumsi OAE yang telah diresepkan oleh dokter.
- Melaporkan semua bangkitan yang terjadi kepada ahli saraf.
- Istirahat dengan cukup.
- Menjaga keseimbangan nutrisi dan berat badan.
- Suplementasi asam folat sebelum kehamilan. Mengonsumsi vitamin dan asam folat secara teratur selama kehamilan. Pemberian vitamin K selama minggu-minggu terakhir kehamilan.
- Jangan merokok karena dapat membahayakan janin se- lama masa kehamilan.
- Menghindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
- Tidak mengonsumsi zat-zat terlarang seperti ganja, kokain, dan heroin. Hindarilah zat-zat kimia lingkungan seperti pestisida, pembersih dan cat.
- Jangan mengonsumsi obat-obatan yang tidak disetujui oleh dokter.
- Politerapi Obat AntiEpilepsi. Risiko terjadinya malformasi mayor pada janin cenderung lebih tinggi pada penggunaan OAE politerapi daripada monoterapi. Kombinasi asam valproat-karbamazepin-fenobarbital lebih teratogenik daripada kombinasi jenis lainnya.
- Monoterapi Obat Antiepilepsi. Malformasi kongenital yang terjadi pada bayi yang terpajan OAE berhubungan dengan konsentrasi serum folat yang rendah.
- Teratogenisitas OAE vs Efek Bangkitan terhadap Fetus.
Faktor yang paling memengaruhi keamanan dalam kehamilan adalah usia kehamilan pada saat mulai terpajan obat. Pajanan yang terjadi dua minggu pertama setelah konsepsi biasanya tidak mengakibatkan malformasi karena sel konseptus pada saat ini masih pluripoten sehingga sel yang mati karena pajanan obat dapat segera diganti dengan sel yang baru. Tetapi bila banyak sel mati karena pajanan obat, embrio tidak dapat bertahan hidup. Masa ini disebut masa all or none saat embrio dapat mati atau hidup tanpa malformasi.
Dari penelitian didapat bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan riwayat epilepsi tetapi tidak mengonsumsi OAE saat hamil memiliki frekuensi abnormalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan OAE. Namun, efek kehamilan terhadap frekuensi bangkitan sangat bervariasi dan tidak dapat diramalkan.
- OAE pada ASI. Letargi perinatal, iritabilitas, dan kesukaran menyusui berhubungan dengan pajanan benzodiazepin dan barbiturat intrauterin. Penggunaannya selama menyusui dapat memperberat sedasi dan mengganggu proses menyusui.
Daftar Pustaka
Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf Oleh dr. George Dewanto, SpS, dr. Wita J. Suwono, SpS, dr. Budi Riyanto, SpS, & dr. Yuda Turana, SpS
|
Posted via Mobile Device
|