TEMPO Interaktif, Tunis - Sebanyak 33 anggota keluarga Zine al-Abdine Ben Ali, Presiden Tunisia yang digulingkan lewat aksi demonstrasi, ditangkap oleh pemerintah koalisi nasional bersatu yang baru dibentuk.
Harta kekayaan, seperti emas dan permata, milik keluarga Ben Ali kemarin disita. Termasuk Bank Zityouna, yang dimiliki menantu laki-laki Ben Ali, Sakher Materi, telah dikuasai oleh pemerintah. Swiss juga telah membekukan aset Ben Ali.
Pemerintah koalisi tengah mengusut kekayaan mantan penguasa otoriter beserta keluarga dan kroninya itu, termasuk masih memburu keluarga Ben Ali lainnya.
Dari Dubai, Materi mengatakan siap menjalani investigasi oleh pemerintahan baru berkaitan dengan harta kekayaannya itu. Sedangkan Ben Ali dilaporkan tak akan kembali ke negaranya.
Seluruh tahanan politik kemarin dibebaskan, termasuk anggota kelompok oposisi Islam, Najib Chebbi. Pemerintah memenuhi janjinya kepada seluruh warga Tunisia.
Sedangkan seluruh menteri yang baru dilantik menyatakan keluar dari Partai RCD. Partai ini yang menyokong Ben Ali berkuasa selama 23 tahun lamanya. Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi dan presiden sementara, Fouad Mebazza, sudah lebih dulu keluar dari Partai RCD.
Meski begitu, para demonstran belum puas atas langkah pemerintahan baru yang dipimpin Ghannouchi. Mereka menuntut semua hal yang berkaitan dengan penguasa otoriter Ben Ali harus keluar dari Tunisia. "RCD harus keluar dan begitu juga para boneka Ben Ali, keluar dan bergabung dengannya di Arab Saudi," ujar Ben Brik, warga Tunisia, dalam aksi protesnya.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Presiden Mesir Hosni Mubarak menahan diri sehubungan dengan merebaknya aksi demo seperti di Tunisia di Kairo, ibu kota Mesir. Dalam pertemuan di Mesir, Liga Arab mengingatkan para pemimpin di kawasan itu untuk memperhatikan masalah ekonomi dan politik di negaranya.
Adapun Perserikatan Bangsa-Bangsa segera mengirim penasihat hak asasi manusia ke Tunisia pada minggu depan.