Pemerintah tidak menyiapkan anggaran untuk menutup kerugian PT Pertamina (Persero) yang berasal dari penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Pemerintah masih cari cara untuk menurunkan harga BBM, tapi tidak menyebabkan keuangan perusahaan pelat merah itu merugi.
“Enggak ada (anggaran). Coba dibongkar anggarannya (APBN-P 2015), ada enggak? APBN 2016 dari mana coba?” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro seusai rapat kerja nasional mengenai akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (2/10).
Pertamina sebelumnya menyatakan mengalami kerugian dari penjualan Premium, yang hingga bulan Agustus lalu sebesar Rp 14,8 triliun seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Nilai kerugian itu berdasarkan perhitungan indikator Mean of Platt Singapore (MOPS) sebesar US$ 65,31 per barel dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.562 per dolar Amerika Serikat (AS) dari periode 25 Juli sampai 24 Agustus 2015.
Meski begitu, Bambang mengatakan, pemerintah akan tetap memperhatikan keuangan Pertamina. Namun dia tidak menyebutkan apa langkah yang dipersiapkan pemerintah untuk menjaga neraca keuangan Pertamina.
“Pokoknya enggak ada anggaran pemerintah. Tapi kami upayakan Pertamina tidak kerepotan. Gitu saja,” kata dia. “Kalau kebijakan harga tanya kementerian ESDM, tapi kami intinya menjaga supaya Pertamina juga tidak kesulitan. Tapi kami juga perhatikan harga yang terjangkau oleh masyarakat.”
Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, saat ini pemerintah masih membahas rencana penurunan harga BBM. Penurunan harga ini akan masuk dalam paket kebijakan ekonomi tahap III yang tujuannya untuk mendorong daya beli masyarakat.
Paket kebijakan tahap III ini akan diumumkan pada Selasa atau Rabu pekan depan. “Tidak pasti (harga BBM turun). Tapi kami bahas untuk lihat kemungkinannya,” kata dia.
Rencana
penurunan harga BBM merupakan permintaan Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas di Istana Negara, Jakarta kemarin. Penurunan harga BBM merupakan salah satu cara untuk menggerakkan roda perekonomian yang saat ini cenderung melambat.