ini dia! Band rock beringas yang lagunya diputar pada scene terakhir film The Raid !
[/quote]
Quote:
hallo agan-agan
mau share nih
Quote:
Oia, sebagai ceriwiser yang BAIK, agan-agan mohon me- & meninggalkan secuil KOMENG
dan sebagai Apresiasi buat TS biar TS semangat bikin Trhead berkualitas, mohon TS nya dilempar
*kalo ada
Quote:
Quote:
Jika Anda sudah menyaksikan The Raid, film Indonesia kedua sutradara berdarah Wales, Gareth Evans, terdapat sebuah lagu rock beringas yang mulai diputar pada scene terakhir film tersebut dan lalu berlanjut mengiringi gulungan kredit penutup.
Seakan aksi pertarungan menegangkan yang tercecer di The Raid ditakutkan belum dapat memuaskan audiens, lagu berjudul �The Raid� ini diluncurkan guna membuat film yang bercerita soal penyergapan markas kriminal kelas kakap ini berakhir dengan letupan.
Adalah kuartet penyembah rock ala Led Zeppelin dan Black Sabbath bernama Sigmun yang bertanggung jawab atas lagu tema tersebut. Didirikan pertama kali pada 2008 dengan nama LOUD, Sigmun diperkuat oleh vokalis dan gitaris Haikal Azizi, gitaris Nurachman Andhika, basis Mirfak Prabowo, dan drummer Risyad Tabattala.
Mereka menyebut aliran musik yang mereka bawakan dengan sebutan freud blues rock, dengan kata �freud� diambil dari pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, Sigmund Freud, yang mempopulerkan teori alam bawah sadar sebagai pengendali sebagian besar perilaku. Setiap personel Sigmun percaya bahwa musik yang mereka hasilkan tercipta spontan dari pemikiran alam bahwa sadar mereka.
Perubahan nama dari LOUD ke Sigmun sendiri disebabkan oleh adanya band Inggris yang memiliki nama serupa dan terbentuk pada 1989, tahun yang sama dengan kelahiran mayoritas personel Sigmun.
Dalam pembuatan lagu �The Raid�, Sigmun mendapat bantuan dari Mooner dalam pembuatan dan eksekusi lagu. Mooner sendiri adalah moniker seorang musisi yang juga mereka anggap sebagai mentor.
Quote:
BAND PROFILE
Sigmun adalah band rock yang berasal dari Bandung, dibentuk pada Desember 2008, oleh Haikal Azizi, Nurachman Andhika, Mirfak Prabowo, dan Risyad Tabattala.
Pada mulanya bernama Loud, namun kemudian berganti nama menjadi Sigmun, setelah ternyata sudah ada band hard rock asal Leeds dengan nama yang serupa, di tahun 1989. Nama Sigmun sendiri mengacu kepada seorang pakar psikologi, Sigmund Freud.
Musiknya mengingatkanmu akan indahnya peristiwa Malari. Tentu bukan. Musiknya akan membawamu jauh ke empat dekade belakang, dimana pendiri aliran logam berat, seperti Black Sabbath memulai awal karir mereka.
Mereka juga berpartisipasi mendukung film The Raid, garapan sutradara Merantau, Gareth Evans, dengan menyumbangkan sebuah lagu berjudul "The Raid". Dan juga terdapat pergantian pemain drum, dimana Risyad Tabattala digantikan oleh Pratama Kusuma Putra.
Bagaimana prosesnya sehingga bisa turut serta mengisi soundtrack The Raid?
Haikal: Sebenarnya yang pertama kali ditawarkan mengisi soundtrack The Raid itu The Sleeper of Isadora Guinna's Inheritance Treasure, band yang digawangi Mooner. Namun karena satu dan lain hal, mereka nggak bisa. Kebetulan waktu itu Mooner ingin mencoba membantu rekaman Sigmun, dan akhirnya proyek itu pun dilempar ke kami.
Siapa itu Mooner? Tugasnya hanya menyanyi atau turut menggubah lagu?
Haikal: Mooner itu fellow musician sekaligus mentor kami, dia tertarik dengan musik kami dan mau bantu rekaman untuk rilisan kami nantinya. Kalau untuk �The Raid�, malah dia yang awalnya buat lagu.
Memang disuruh membuat lagu tema atau inisiatif sendiri?
Risyad: Diminta sama pihak filmnya, dari awal mereka memang minta lagu tema.
Materi lama atau khusus buat baru demi film ini?
Mirfak: Materi khusus, tapi sebagian besar materi Mooner.
Haikal: Pihak film mengkomunikasikan lebih dulu inginnya lagu seperti apa. Kebetulan Mooner sudah punya lagu, lalu kami modifkasi lagi bareng-bareng. Liriknya juga kami kerjakan bareng-bareng.
Mirfak: Inginnya sih masukin materi sendiri sepenuhnya, tapi untuk menghormati pemberian Mooner ya sudah ikut saja.
Kalian satu-satunya band yang ada di soundtrack The Raid?
Nurachman: Kurang tahu, kami bahkan belum nonton juga, hahaha.
Biaya rekaman ditanggung pihak film atau sendiri?
Nurachman: Biaya rekaman dan mixing dibebankan ke perjanjian awal bayarannya berapa. Pihak film kasih berapa, lalu dipotong biaya untuk rekaman dan mixing.
Seberapa besar ikut campur pihak The Raid terhadap lagu ini?
Haikal: Mereka mengkomunikasikan inginnya seperti apa, memberikan referensi juga. Diolah bareng-bareng dan lalu direkam. Setiap tahap pengolahan selalu dirundingkan lagi dan ada feedback dari pihak film.
Ketika sudah diisi Mike Shinoda nanti, lagu kalian akan tetap ada di film atau di-replace?
Nurachman: Sepengetahuan kami sih, sampai saat ini akan tetap dipakai di The Raid rilisan Indonesia.
Mirfak: Sejauh yang kami tahu, versi Mike Shinoda itu hanya dipakai untuk rilisan Amerika Serikat. Kalau di-replace ya sudahlah, yang penting ada pemasukan.
Haikal: Iya, untuk di luar mungkin diganti dengan scoring Mike Shinoda. Tapi nggak tahu juga, karena komunikasi agak minim setelah rekaman beres dan materi jadi, who knows. Padahal kami siap jikalau harus nge-rap bareng Mike Shinoda.
Mirfak: Saya lebih suka Fred Durst dan Coolio.
Nurachman: Saya lebih suka Taylor Bow dan Jenni Lee.