Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Buddha
Ceriwis Lover
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 1,075
Rep Power: 16
Buddha mempunyai hidup yang Normal
Default Sidang SanghaI

Yang Mulia �nanda Mencapai Kesucian Arahatta
Karena pencapaian Kearahattaan Yang Mulia �nanda berhubungan dengan sidang Pertama, kita akan membahas peristiwa tersebut merujuk pada Komentar S�lakkhandha Vagga (D�gha Nik�ya) tentang topik ini.

Setelah menjalani misi-Nya tanpa mengenal lelah dalam memberikan Pembebasan kepada mereka yang layak, dimulai dari Khotbah Pertama, Dhammacakka, hingga khotbah terakhir kepada Petapa Subhadda, Buddha meninggal dunia di bawah pohon s�la kembar di taman para pangeran Malla di dekat Kusin�r� di tahun 148 Mah� Era. Pelenyapan total Buddha, tanpa menyisakan kelompok-kelompok kehidupan, terjadi pada hari purnama bulan Mei, dini hari. Para Pangeran Malla melakukan upacara pemakaman selama tujuh hari dengan meletakkan bunga dan wewangian di sekitar jenazah Buddha untuk menghormati Beliau. Seminggu ini disebut �Minggu Perayaan Pemakaman�.

Setelah perayaan tersebut, jenazah Buddha diletakkan di atas tumpukan kayu pemakaman tetapi tidak dapat terbakar meskipun para Pangeran Malla telah berusaha keras. Hanya pada hari ketujuh, setelah Yang Mulia Mah� Kassapa tiba dan memberi hormat, jenazah Buddha terbakar dengan sendirinya, sesuai kehendak Buddha sebelumnya. Minggu kedua itu disebut �Minggu Pembakaran�.

Setelah relik-relik Buddha dihormati oleh para Pangeran Malla selama tujuh hari dengan mengadakan perayaan, mereka menempatkan pengawal bertombak berlapis-lapis untuk mengamankan perayaan tersebut. Minggu ketiga itu disebut �Minggu Penghormatan Relik�.

Setelah tiga minggu berlalu, pada tanggal lima bulan de��ha (Mei-Juni) dilakukan pembagian relik-relik Buddha (yang dipimpin oleh Brahmana Do�a, seorang guru brahmana). Pada hari itu terdapat kumpulan yang terdiri dari tujuh ratus ribu bhikkhu (di Kusin�r�). Pada pertemuan itu, Yang Mulia Mah� Kassapa teringat kata-kata tidak sopan yang dilontarkan oleh Subhadda, seorang bhikkhu tua yang melakukan perjalanan bersama Yang Mulia Mah� Kassapa dari P�v� menuju Kusin�r�, pada hari ketujuh setelah Buddha meninggal dunia. Bhikkhu tua itu berkata kepada para bhikkhu yang meratapi kematian Buddha, �Teman-teman, jangan bersedih, jangan meneteskan air mata sia-sia. Karena mulai sekarang kita telah bebas dari kezaliman Bhikkhu Gotama yang selalu memerintah kita, �Ya, ini baik bagi seorang bhikkhu�, atau �Tidak, ini tidak baik bagi seorang bhikkhu.� Sekarang kita bebas melakukan apa yang kita inginkan, dan tidak melakukan apa yang tidak kita inginkan.�

Lebih jauh lagi, Yang Mulia Mah� Kassapa melihat bahwa ajaran Buddha yang terdiri dari Tiga Ajaran Baik akan lenyap dengan mudah setelah kematian sumbernya, karena bhikkhu-bhikkhu jahat tidak menghormati sabda-sabda Buddha saat Buddha tidak ada lagi, dan jumlah mereka akan terus bertambah. Baik sekali jika para bhikkhu dikumpulkan dan membacakan semua Dhamma dan Vinaya yang diwariskan oleh Buddha.
Dengan demikian, Tiga Ajaran Baik akan bertahan lama. Demikianlah Yang Mulia Mah� Kassapa merenungkan.

Kemudian ia juga teringat akan pengakuan istimewa Buddha terhadapnya. �Buddha telah bertukar jubah luar-Nya denganku. Ia telah menyatakannya kepada para bhikkhu, �Para bhikkhu, dalam hal berdiam dalam Jh�na Pertama, Kassapa sebanding dengan-Ku; dan seterusnya,� demikianlah ia memuji kekuatanku dalam pencapaian Jh�na dan juga Jh�na-Jh�na yang lebih tinggi, merangkul sembilan pencapaian Jh�na dengan berdiam dalam masing-masing tingkatannya, serta lima kekuatan batin. Juga, Bhagav� sambil berdiri di angkasa, dan melambaikan tangan-Nya, menyatakan, bahwa dalam hal Pembebasan diri dari empat jenis pengikut, Kassapa tidak ada tandingannya,� dan �bahwa dalam hal sikap seimbang, Kassapa berperilaku bagaikan bulan.� Kata-kata pujian ini sungguh tidak ada bandingnya. Aku harus bertindak sesuai kemuliaan itu dengan mengadakan sidang Sa�gha untuk membacakan Dhamma dan Vinaya untuk melestarikannya.�

�Bagaikan seorang raja yang mengangkat putra tertuanya sebagai pewaris tahta, menganugerahkan perlengkapan kerajaan dan kekuasaannya kepada putranya dengan pandangan untuk melestarikan kedaulatannya, demikian pula, Bhagav� telah memujiku secara berlebihan karena melihat bahwa, aku, Kassapa, akan mampu melestarikan ajaran-Nya.�

Setelah merenungkan demikian, Yang Mulia Mah� Kassapa menceritakan kepada perkumpulan bhikkhu tersebut tentang kata-kata tidak sopan yang dilontarkan oleh Subhadda, si bhikkhu tua (seperti telah disebutkan di atas) dan mengajukan usul:
�Sekarang, teman-teman, sebelum noda-noda moral mendapatkan landasan dan menjadi gangguan bagi Dhamma, sebelum kejahatan mendapatkan landasan dan menjadi gangguan bagi Disiplin, sebelum para penganut noda-noda moral mendapatkan kekuatan, sebelum penganut Dhamma baik menjadi lemah, sebelum para penganut kejahatan mendapatkan kekuatan, sebelum penganut Disiplin menjadi lemah, marilah kita membacakan Dhamma dan Vinaya dengan suara bulat dan melestarikan-Nya.�

Mendengar usulannya itu, kumpulan bhikkhu itu berkata kepadanya, �Yang Mulia Kassapa, silakan Yang Mulia memilih para bhikkhu untuk membacakan Dhamma dan Vinaya.� Yang Mulia Mah� Kassapa kemudian memilih empat ratus sembilan puluh sembilan Arahanta yang telah menghafal Tiga Pi�aka, dan kebanyakan mereka juga memiliki empat Pengetahuan Analitis, Tiga Vijj� dan Enam Kekuatan Batin, dan dinyatakan oleh Bhagav� sebagai bhikkhu terbaik.

(Pemilihan empat ratus sembilan puluh sembilan bhikkhu menunjukkan bahwa satu telah disediakan untuk Yang Mulia �nanda. Alasannya adalah bahwa pada saat itu Yang Mulia �nanda belum mencapai kesucian Arahatta, dan masih melatih diri untuk menjadi seorang Arahanta. Tanpa �nanda tidaklah mungkin mengadakan sidang karena ia telah mendengarkan semua sabda Buddha yang terdiri dari Lima Nik�ya atau kumpulan, Sembilan A�ga atau bagian, dan istilah-istilah dalam Dhamma yang berjumlah delapan puluh empat ribu.

Mengapa �nanda tidak dimasukkan dalam daftar pembaca oleh Yang Mulia Mah� Kassapa? Alasannya adalah bahwa Yang Mulia Mah� Kassapa ingin menghindari kritik bahwa ia pilih kasih terhadap �nanda karena masih ada Arahanta lain yang memiliki Empat Pengetahuan Analitis seperti �nanda sedangkan �nanda masih seorang sekkha, seorang yang masih melatih diri untuk mencapai Kearahattaan.

Kritik itu mungkin terjadi, mempertimbangkan fakta bahwa Yang Mulia Mah� Kassapa dan �nanda sangat akrab. Yang Mulia Mah� Kassapa memanggil �nanda dengan sebutan �anak muda ini� padahal Yang Mulia �nanda berumur hampir delapan puluh tahun dengan rambut yang sudah memutih. (Baca Kassapa Sa�yutta, C�vara Sutta, Nid�na Vagga). Lebih jauh lagi, Yang Mulia �nanda adalah seorang pangeran Sakya dan sepupu pertama Buddha. Karena alasan itu, walaupun Yang Mulia Mah� Kassapa mengetahui bahwa �nanda pasti terlibat dalam proyek pembacaan itu, ia menunggu persetujuan umum dari kumpulan itu untuk memilih �nanda.)

Ketika Yang Mulia Mah� Kassapa memberitahu kumpulan itu bahwa ia telah memilih empat ratus sembilan puluh sembilan Arahanta untuk tujuan itu, kumpulan itu sepakat mengusulkan Yang Mulia �nanda meskipun ia masih seorang sekkha. Mereka berkata, �Yang Mulia Mah� Kassapa, walaupun Yang Mulia �nanda masih seorang sekkha, ia bukanlah seorang yang dapat salah menilai. Terlebih lagi, ia adalah bhikkhu yang paling banyak belajar dari Buddha baik dalam hal Dhamma dan Vinaya.� Kemudian Yang Mulia Mah� Kassapa memasukkan �nanda dalam daftar pembaca. Demikianlah ada lima ratus pembaca yang dipilih dengan persetujuan kumpulan itu.

Kemudian mereka mempertimbangkan lokasi pembacaan itu.

Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »
Thread Tools



Switch to Mobile Mode

no new posts