|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() [/quote]
Quote:
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Quote:
Kebakaran hutan, emisi gas buang kendaraan bermotor, dan penggunaan listrik berlebih tempatkan Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi karbondioksida (CO2) terbesar di dunia. Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dan China, dengan kuantitas emisi yang dihasilkan mencapai dua miliar ton karbondioksida per tahunnya atau menyumbang sepuluh persen dari emisi karbondioksida di dunia. Demikian hasil penelitian Wetlands International, organisasi yang bergerak di bidang pelestarian dan pengelolaan lahan basah di dunia, serta laboratorium hidrolika di Delft, Belanda. Rencananya hasil penelitian itu akan dibawa dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB, di Nairobi, Kenya, yang dimulai Senin (6/11). Direktur Teknik Wetlands Internasional Indonesia Programme, I Nyoman Suryadiputra, kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (6/11) pagi menyebutkan, efek dari kebakaran hutan sejak tahun 1998 ini telah merubah posisi Indonesia sebagai negara penghasil karbon dari urutan 21 menjadi urutan ketiga. �Kalau begini terus bisa-bisa kita akan masuk ke dalam negara-negara dalam daftar Annex IA yang diharuskan mengurangi emisi karbon. Selain itu dalam waktu 60 tahun sebagian besar Sumatera Timur dan Kalimantan Tengah serta Selatan akan hilang, karena gambutnya tidak ada,� ujar Nyoman Suryadiputra mengingatkan. Menurut Nyoman, sebenarnya lahan gambut kita memiliki kemampuan menyimpan 34 juta ton karbon, atau 125 juta ton karbondioksida. �Ini juga harus diperjuangkan untuk diakui secara internasional bahwa kita memiliki lahan gambut yang bisa dimanfaatkan untuk menstabilkan komposisi atmosfer, sehingga upaya pelestarian itu tidak hanya menjadi tanggung jawab Indonesia saja,� jelasnya. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia umumnya terjadi di lahan gambut yang sebenarnya memiliki fungsi untuk menyimpan karbon. Ketika lahan itu terbakar atau rusak maka selain kehilangan fungsi penyimpanan, juga menghasilkan karbon akibat terbakar. Sebelumnya Indonesia berada pada posisi ke-21 dalam urutan penghasil karbondioksida. Dampak Global Peneliti dari Wetlands International, Marcel Silvius, menyebutkan, sebenarnya sudah lama diketahui bahwa tanah gambut di Indonesia berpengaruh pada efek gas rumah kaca, tetapi hasil penelitian yang dilakukan lembaganya baru-baru ini sangat mengejutkan. �Awalnya masalah emisi gas rumah kaca di Indonesia hanya akan berdampak regional atau lokal saja, tapi masalah ini juga berdampak global,� ujarnya. Umumnya di negara maju, gas rumah kaca dihasilkan oleh sektor perindustrian dan peyediaan energi, namun Indonesia tidak memiliki sektor perindustrian yang tinggi seperti di negara maju. Dijelaskan Silvius, proses pembentukan tanah gambut makan waktu 5.000-10.000 tahun. Kawasan tanah gambut berfungsi menyerap karbondioksida yang berada di atmosfer dan mengatur keseimbangannya di udara. Namun apa yang terjadi saat ini adalah penebangan hutan serta pengeringan tanah gambut untuk dijadikan ladang pertanian dan perkebunan. �Bukan hanya kebakaran hutan saja yang menyebabkan emisi karbondioksida, melainkan proyek-proyek pengeringan tanah gambut. Artinya, walau kebakaran hutan dapat dikendalikan, emisi karbondioksida terus berlanjut karena lahan itu sudah tidak berfungsi seperti fungsi utamanya,� jelasnya. Menurut Silvius, pembukaan lahan gambut di Indonesia umumnya untuk perkebunan kelapa sawit dan pemanfaatan kayu hutan. Permintaan akan minyak kelapa sawit dan kayunya masih sangat besar di dunia internasional. Hal yang perlu dilakukan adalah benar-benar menyetop penebangan hutan, khususnya di lahan gambut baik yang ilegal maupun legal. Sementara negara-negara maju bisa memberikan bantuan dengan mengurangi impor produk dari kawasan tersebut dan memberikan insentif atas konservasi kawasan itu. Selama ini masalah lahan gambut tidak pernah kepada mendapat perhatian, bahkan pemerintah Indonesia pernah memiliki kebijakan membuka lahan gambut yang tidak diperhitungkan dampak ekologinya.mail-archive.com
Quote:
Originally Posted by Komentar saya Terakhir ane liat waktu ane masih kelas 3 SMK, Indonesia masih peringkat 18 lho gan (di bawah Mexico). Berarti cuma butuh 1 tahun, buat naek 15 peringkat ![]() ![]() ![]() ![]() Komentar Positif dari agan-agan :
Quote:
Quote:
Originally Posted by haterkidz ![]() hutan di Indonesia emang luas, tapi udah banyak penebangan liar + pembakaran hutan ![]() jadi hutan indonesia udah ga sanggup nampung CO2 dari perkotaan, tau sendiri di jakarta yang penduduknya 9jutaan aja, kendaraan bermotornya udah 10juta++ ... udah gitu, listrik yang idup tiap hari, ga pernah berenti, pembangkit listrik kan juga ngasilin CO2 nantinya ... Ia gan, gimana nasib Indonesia di masa depan ya gan ![]()
Quote:
Quote:
Originally Posted by konoharakureah ![]() selama manusia masih menjadi burnivora, hal sperti ini spertinya sulit untuk di minimalisir gan... ayo kita gencarkan go green.. jadilah manusia electrivora.. manfaatkan energi gratis (cahaya matahari+panas bumi) jangan sampai ketika manusia kebingungan lagi apa yang harus di bakar (bensin,solar,minyak tanah sudah habis) , maka ketika itu kita kebakaran jenggot ![]() ia harusnya manfaatkan energi yang tanpa melalui proses pembakaran gan ![]()
Quote:
Quote:
Quote:
Originally Posted by arsenalover ![]() atas permintaan TS : nih gan udah ane komen + vote ![]() kalo bisa taro page one ![]() komentar ane : ini semua udah kesalahan kompleks gan , yaa terutama kita ini manusia penyebab utamanya ![]() soo..kita yang buat kesalahan , berarti kita juga yang harus memperbaikinya ![]() 1. mulai dari yang kecil-kecil aja gan , misalnya : buang sampah pada tempatnya,hemat listrik,hemat uang (gak nyambung) ![]() 2. mulai dari sekarang : kalo untuk kebaikan jangan ditunda" ![]() 3. mulai dari diri sendiri : nggak usah nyuruh orang lain kalo kita sendiri aja belum mulai ![]() pokoknya ![]() bagi ![]() ![]() Bener sis indah, mulai dari diri sendiri aja ![]() ![]() Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|