
20th February 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Mengukir Kisah Lewat Gelas
Gelas bertema "Shrek" yang dikeluarkan oleh McDonald. AP Photo/Adam Lau
Quote:
TEMPO Interaktif, Makassar-Ketika menaiki lantai dua di salah satu rumah di Jalan Hertasning Baru Blok J Nomor 29, akan dijumpai sebuah lemari kayu berwarna hitam. Lemari itu ditempatkan di sudut ruang keluarga. Lemari dua pintu yang terbuat dari kaca itu memajang sekitar 300 gelas di dalamnya. Warna dan modelnya tidak seragam. Gelas-gelas yang tersusun rapi di lemari itu adalah koleksi milik Lenny Tolokende.
Hobi mengoleksi gelas sudah dimulai Lenny sejak 1996. Saat itu, ia masih menjadi penyiar di radio Venus. Aktivitasnya mengisi mata acara di stasiun radio tersebut memakan waktu berjam-jam. Tak mengherankan bila ia selalu haus. "Modal utama menjadi penyiar adalah suara. Jadi, selama beberapa jam berbicara, otomatis saya selalu merasa haus," kata wanita kelahiran 1972 ini.
Dari situlah ia berpikir bahwa memiliki gelas khusus di kantor itu penting. Gelas pertama yang dia dapat adalah gelas putih tanpa tulisan bermotif bunga berwarna biru. "Sejak saat itu, saya mulai mencari teman untuk gelasku ini," kata Lenny. Namun alumnus Universitas Hasanuddin ini memutuskan mengoleksi gelas dengan tulisan sebuah merek produk, negara, ataupun tempat tertentu.
Setiap gelas yang dimiliki oleh dosen di Universitas Fajar ini mempunyai cerita tersendiri. Selalu ada kesulitan dan kepuasan tersendiri bagi perempuan berambut pendek ini dalam mendapatkan sebuah gelas yang diinginkannya.
Lenny pernah membuat heran salah seorang pelayan restoran cepat saji. Lenny, yang saat itu sedang menikmati secangkir kopi, menghampiri seorang pelayan restoran. "Mas gelas ini saya bawa pulang, ya," katanya kepada pelayan sambil menunjukkan gelas mungil berwarna putih dengan tulisan dan logo restoran tersebut. Si pelayan hanya menatapnya heran, lalu tersenyum. Lenny pun membawa pulang gelas itu tanpa dicuci lebih dulu. Hal yang sama sering dia lakukan di restoran lain. Tak mengherankan ke mana pun ia pergi, tas berukuran besar selalu ada di bahunya untuk menampung koleksi barunya.
Menurut dia, usaha mendapatkan gelas berlogo atau produk khusus lebih sulit dibanding membeli gelas. Sebab, gelas berlogo tertentu terkesan lebih eksklusif dan lebih sulit mendapatkannya. Lenny mengaku harus memiliki kedekatan emosional untuk bisa meminta gelas berlogo unik. "Selain mendapatkan sebuah gelas, kita mendapatkan kenalan baru," ujarnya.
Contoh lainnya adalah saat ia sedang berolahraga di anjungan Losari. Saat itu, digelar acara promosi vitamin. Acara itu mensyaratkan konsumen membeli produk dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan gelas cantik. Menurut Lenny, ia tak membutuhkan vitamin dalam jumlah banyak, tapi ia menginginkan gelasnya. Lenny pun menemui bos produk tersebut, meski harus menunggu lama.
"Berbekal bahasa Inggris yang tidak terlalu lancar, saya mencoba meminta gelas dengan hanya membeli obat dalam jumlah sedikit," kata Lenny. Tak disangka, bos itu menyetujui permintaannya. Lenny pun mendapatkan gelas berwarna hijau lengkap dengan boks dan pita. Bukan hanya itu, sampai saat ini ia masih berteman dengan bos perusahaan tersebut. "Di sinilah kepuasannya."
Menilik perjuangannya mendapatkan gelas-gelas itu, Lenny berusaha tidak menggunakan gelasnya untuk minum. Itu adalah cara Lenny merawat gelasnya agar tetap awet. "Meskipun radio tersebut sudah tutup, nama radio di gelasnya masih ada," kata dia sambil menunjukkan gelas pemberian salah satu pimpinan radio swasta tersebut.
Lenny rajin membersihkan koleksi gelas miliknya dengan menggunakan kain khusus, yang mudah meresap debu dan air. Selain memiliki logo dan tulisan, ia mengoleksi gelas berbahan keramik. Meskipun rawan pecah, tidak satu gelas pun dari koleksinya yang pecah karena ia tak membiarkan orang lain menyentuhnya. "Cukup dipandang saja," kata dia.
| KAMILIA
|
|