FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Antara Mukjizat Dan Pembentukan 2 Korintus 12:7-10; Yesaya 55:8-9 Sebagai orang Kristen saya berharap bisa mengalami mujizat seperti yang dialami dan diharapkan oleh kebanyakan orang Kristen lainnya. Saya berharap terjadi mujizat atas ibu saya, yaitu mau percaya dan menerima Yesus sebagai juruselamatnya. saya juga berharap bisa, secepatnya memiliki rumah sendiri beserta perabotannya. Kerinduan ini terinspirasi oleh seorang hamba Tuhan yang bersaksi bahwa dia, meneria berkat Tuhan yang cukup banyak sehingga mampu membangun gereja dan rumahnya sendiri. Saya berharap mujizat terjadi dalam masalah keuangan saya, yaitu penghasilan menjadi dua kali lipat. Hal ini dikarenakan ada bayang-bayang kebutuhan ke depan yang semakin meningkat. Namun, ketika harapan itu sudah berjalan enam bulan dan belum juga tergenapi, maka saya mulai bertanya di dalam hati, "Bukankah harapan untuk mengalami mujizat seperti itu sah-sah saja? Bukankah ketika saya mengharapkan mujizat itu saya juga beriman kapada Tuhan? Tetapi, mengapa tidak terjadi apa-apa?" Saya mencoba merenungkan "Kegagalan" ini dan mencari tahu apa yang salah didalam harapan saya atau mungkin di dalam diri saya. sampai pada suatu hari timbul pemahaman bahwa yang terpenting bukanlah terjadinya mukjizat yang kita harapkan, tetapi apakah iman saya bertumbuh atau tidak, apakah hubungan saya dengan Tuhan tetap terpelihara atau tidak, khususnya ketika apa yang saya inginkan tidak terjadi. Timbul juga kesadaran bahwa Tuhan menghendaki agar saya mau menjalani sebuah proses kehidupan yang akan membuat saya menjadis emakin dewasa. Mujizat memang kadang dibutuhkan, tetapi mujizat tetap bergantung kepda kehendak Tuhan. hal ini disadari sepenuhnya oleh Rasul Paulus. Rasul Paulus mengharapkan supaya duri di dalam dagingnya di cabut, tetapi jawab Tuhan, "Cukuplah kasih karuniaku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna." (2 Kor 12:9). Rasul Paulus rela tidak menerima mukjizat yang diharapkan itu karena dia tahu ini adalah bagian dari proses pembentukan karakter dan iman di dalam kehidupannya. rasul Paulus memahami bahwa "RancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan."( Yes 55:8) Jika kita mau mengevaluasi diri, maka betapa sering kita cenderung untuk emngedepankan mujizat daripada proses pembentukan karakter iman. Dalam kasus tertentu, hal ini tidak salah. Tetapi, tidak selamanya apa yang kita pikir dan rancangkan itu akan terjadi. ada kalanya pikiran dan rancangan kita berbeda dengan pikiran dan rancangan Tuhan. Ketika mujizat tidak terjadi atas diri kita, mari kita berfikir bahwa Tuhan sedang membawa kita kepada sebuah proses pembentukkan yang akan mendewasakan kita agar hidup kekristenan kita tidak bergantung kepada sumber mujizat itu sendiri, yaitu Tuhan. DOA Bapa, aku bersyukur baik ada mujizat maupun tidak di dalam hidupku karena aku tahu bahwa semua itu mendatangkan kebaikan bagi diriku. Di dalam nama Yesus aku bersyukur Amin. |
![]() |
|
|