FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Maaf kalo repost
Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta , yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul -Nya. Pagi itu , meski langit mulai menguning di ufuk timur , burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya . Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya , � Wahai umatku , kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya . Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya . Kuwariskan dua perkara pada kalian, al- Qur�an dan sunnahku . Barang siapa mencintai sunnahku , bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku , akan masuk syurga bersama-sama aku .� Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu . Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca , Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam . � Isyarat itu telah datang , saatnya sudah tiba . Rasulullah akan meninggalkan kita semua ,� keluh hati semua sahabat kala itu . Manusia tercinta itu , hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia . Tanda-tanda itu semakin kuat , tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar . Di saat itu , kalau mampu , seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu . Matahari kian tinggi , tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup . Sedang di dalamnya , Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya . Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam . � Bolehkah saya masuk ?� tanyanya . Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk . � Maafkanlah , ayahku sedang demam ,� kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu . Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah . � Siapakah itu wahai anakku ?� � Tak tahulah ayahku , orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya ,� tutur Fatimah lembut . Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan . Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang . � Ketahuilah , dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara , dialah yang memisahkan pertemuan di dunia . Dialah malakul maut ,� kata Rasulullah . Fatimah menahan ledakkan tangisnya . Malaikat maut telah datang menghampiri . Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya . Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini . � Jibril , jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?� tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah . �Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,� kata Jibril. Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya. �Engkau tidak senang mendengar kabar ini?� tanya Jibril lagi. �Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?� �Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: �Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,� kata Jibril meyakinkan. Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. �Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.� Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh. Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka. �Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?� tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. �Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,� kata Jibril sambil terus berpaling. Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. �Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,� pinta Rasul pada Allah. Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya. �Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.� Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. �Ummatii, ummatii, ummatiii?� Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli �ala Muhammad wa baarik wa salim �alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. |
![]() |
|
|