FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Sejak beberapa puluh tahun yang lalu, di tengah kaum muslimin muncul sebuah gerakan yang menamakan dirinya salafiyah atau salafiyun. Mereka menyatakan dirinya sebagai umat Islam yang paling ahlu sunah wal jama�ah, paling firqah najiyah, paling salafu sholih dan paling thaifah manshurah. Siapa bergabung dengan mereka, mereka anggap kelompok ahlu sunah wal jama�ah. Siapa tidak bergabung dengan mereka, mereka sebut sebagai ahlu bid�ah, ahlul ahwa�, hizbiyah, Khawarij, firqah dhalalah dan sebutan mengerikan lainnya. Sebenarnya, apa gerakan salafiyyun itu? Bagaimana aqidah dan manhaj mereka menurut Al Qur�an dan As Sunah �ala fahmi salafi sholih? Betulkah yang bergabung dengan mereka termasuk ahlu sunnah, dan yang tidak bergabung termasuk hizbiyah dan ahlu bid�ah? Benarkah segala klaim dan tudingan mereka?
Ada sebuah pertanyaan yang mengganjal dalam benak kita, manakala melihat kiprah gerakan salafiyyun di medan dakwah. Vonis-vonis keras kepada personal muslim atau kelompok Islam yang berada di luar arus mereka, dan pengkultusan kepada para syuyukh di kalangan mereka sehingga mereka tidak menerima bila syuyukh mereka dikritisi, benarkah ini cerminan interaksi sosial ala ahlu sunah terhadap ahlu bid�ah? Ataukah ada sesuatu yang salah? 1- Ta�ashub dan Taqlid buta Bila diperhatikan, sebenarnya sikap ini bukanlah sebuah kebetulan belaka. Sikap ini lahir dari sikap hizbiyyah mereka, yang mereka terima dari para syuyukh mereka sendiri. Betapa tidak, sejak awal belajar, seorang muslim yang bergabung dengan kelompok ini sudah didoktrin untuk menerima suatu dogma: bahwa kebenaran itu mempunyai tanda-tanda pengenal dan menara penerang, yang berwujud ajaran yang diterima dari kelompok mereka !!! Itulah yang diajarkan para syuyukh mereka. Adalah syaikh Ali Hasan Al Halabi Al Atsari --- seorang syaikh panutan mereka yang mengakui dirinya sebagai syaikhu salafiyyin ketiga, setelah syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani dan Syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah---, yang menyatakan ijma� tentang kedudukan tiga syuyukh salafiyyun ini dengan mengatakan: �Para ulama kami yang agung itu, mereka itulah bintang-bintang pemberi petunjuk dan meteor yang tinggi, barang siapa berpegang teguh dengan mentaati mereka; mereka itulah yang selamat??? Dan barang siapa memusuhi mereka, maka dialah orang yang tersesat???? � ---At Tahdziru Min Fitnati Takfir hal. 39--- Jika ini yang dikatakan oleh syaikh panutan mereka, lantas bagimana dengan para pengikut mereka? Statement ini perlu mendapat catatan: Pertama. Ijma� menurut para ulama adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahidin ---bukan para syuyukh salafiyyun--- setelah wafatnya Rasulullah, dalam suatu masa tertentu, atas suatu persoalan tertentu. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah tidak adanya pendapat yang menyelisihi, meski dari seorang ulama pun. Bila ada seorang ulama yang menyelisihi, maka namanya bukan ijma�. Kedua. Pernyataan bahwa siapa yang bergabung dengan syaikh fulan dan membelanya benar atau salah berarti kelompok yang benar, dan siapa mengkritik (memusuhi?) dan tidak bergabung dengan syaikh fulan berarti kelompok yang salah dan sesat, merupakan sebuah hizbiyah, ta�ashub buta dan taqlid buta yang terlarang, sama sekali bukan sikap ahlu sunah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: �Barang siapa menjadikan seseorang selain Rasulullah; siapa mengikutinya dan sejalan dengannya (disebut) ia adalah seorang ahlu sunah, dan siapa yang menyelisihinya berarti adalah ahlu bid�ah dan firqah, sebagaimana terdapat pada kelompok pengikut para ulama ahlu kalam ---dan juga salafiyyun hari ini--- dan kelompok lainnya, maka ia termasuk ahlu bid�ah, dholal (sesat) dan tafaruq (pemecah belah persatuan umat Islam).� �Majmu� Fatawa 3/216- Subhanallah, pernyataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini telah menyingkap dengan telak, siapa sebenarnya gerakan salafiyyun ini. Alhamdulillah, kita tak perlu bersusah payah, syaikhul Islam sudah membongkarnya dengan sangat telak. Imam Abdurahman Ibnu Jauzi mengatakan: �Ketahuilah sesungguhnya mayoritas para ahlu bid�ah itu; dalam hati mereka ada ta�dzim (mengagungkan, mengkultuskan) seseorang ---syaikh dll--- mereka mengikuti perkataannya tanpa mentadaburi apa yang dikatakan, ini adalah sebuah kesesatan, karena melihat itu seharusnya kepada apa yang dikatakan, bukan kepada siapa yang mengatakan. Sebagaimana dikatakan oleh imam Ali kepada Harits bin Hauth. Harits mengatakan kepada Ali, �Apakah anda mengira bahwa kami mengira Thalhah dan Zubair berada di atas kebatilan?� Maka Ali menjawab, �Wahai Harits, engkau ini terkena talbis (kerancuan). Sesungguhnya kebenaran tidak diketahui dari orang-orangnya. Ketahuilah kebenaran, maka engkau akan mengetahui pengikut kebenaran.� ---Talbisu Iblis hal. 101--- Sesungguhnya gerakan salafiyyun telah mendapat peringatan, kritikan dan nasehat dari para ulama, berkenaan dengan penyelisihan-penyelisihan mereka secara jelas terhadap aqidah ahlu sunah wal jama�ah. Namun mereka tetap berjalan dengan penyelewengan mereka, bahkan semakin keras dan menyerang kelompok-kelompok umat Islam di luar mereka. 2- Sekulerisme Maka inilah yang terjadi, bagaimana sebuah kelompok yang menamakan dirinya salafiyyun, pengikut salafu sholih, namun menganut paham sekulerisme. Inilah pernyataan syaikh nomor kedua mereka, syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah: �Saya meyakini bahwa slogan �berikan hak kaisar kepada kaisar, dan hak Tuhan kepada Tuhan� adalah sebuah kalimat bijaksana yang sesuai dengan zaman kita sekarang ini.� ---Hiya As Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan hal. 172--- Ya, tentu saja sangat sesuai dengan gerakan salafiyyun, namun jelas sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan Islam. Semua ulama ahlu sunah wal jama�ah memahami bahwa Islam adalah agama dan negara. Islam tidak sekedar mengatur urusan ritual peribadahan semata, namun juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dan semua ulama juga telah bersepakat, bahwa sekulerisme merupakan sebuah paham kufur. Tak heran bila gerakan salafiyyun ini gencar melarang berbicara urusan politik, tahkimu syari�ah, amar makruf kepada penguasa, apalagi urusan khilafah Islamiyah. Menurut mereka, orang-orang yang mengangkat tema-tema tahkimu syari�ah, amar makruf kepada penguasa atau khilafah adalah kelompok hizbiyyun, Khawarij, ahlu bid�ah, orang-orang yang haus kekuasaan, orang-orang yang tidak memperdulikan urusan dakwah tauhid. Padahal jelas, semua ulama telah ijma� bahwa amar maruf dan menegakkan khilafah merupakan sebuah kewajiban kifayah. Fardhu kifayah bila tidak tuntas menjadi fardhu �ain. Adapun tuduhan tidak memperdulikan dakwah tauhid dan haus kekuasaan, tentunya sebuah tuduhan yang harus dibuktikan dengan bukti-bukti nyata, kalau tidak tentu sebuah tuduhan kosong. Yang lebih mengherankan lagi, mereka menganggap pemerintahan sekuler sebagai pemerintahan Islam yang wajib ditaati oleh kaum muslimin. Maka semua orang yang paham tauhid tentu akan tertawa, ketika melihat kekonyolan mereka menganggap pemerintahan Nushairiyah Syiria, misalnya, sebagai pemerintahan Islam yang harus ditaati, dan mereka menghujat mujahidin Syiria yang berjihad melawan pemerintah Nushairiyah. Padahal, semua orang yang paham tauhid tentu paham bahwa ulama Islam telah ijma� bahwa Nushairiyah adalah sekte kafir. Ya, kelucuan-kelucuan lainnya yang timbul dalam urusan ini tak bisa dipisahkan dari prinsip sekulerisme yang dianut oleh syuyukh mereka ini. 3- Menihilkan Jihad Ta�thil (menihilkan) jihad, itulah salah satu salafiyyun yang mendakwakan dirinya sebagai kelompok paling ahlu sunah, atau bahkan satu-satunya ahlu sunah dan di luar kelompok mereka ahlu bid�ah dan hizbiyah semua. Padahal jelas, salah satu sifat utama thaifah manshurah adalah jihad fi sabilillah, berperang di jalan Allah Ta�ala untuk meninggikan kalimatullah. Bahkan asbabul wurud hadits tentang thaifah manshurah pun berasal dari adanya sebagian shahabat Rasulullah shallallahu �alaihi wa salam yang menyatakan jihad sudah selesai. Jihad merupakan sifat tak terlepaskan dari generasi salafu sholih, dan jihad akan senantiasa berlanjut sampai umat Islam bertempur melawan Dajjal. Para ulama juga telah ijma� bahwa manakala musuh menduduki salah satu negeri Islam, jihad menjadi fardhu �ain. Negeri Islam pertama yang lepas ke tangan tentara salib adalah Andalus (Spanyol), tahun 1492 M, atau 510 tahun yang lalu. Sampai hari ini, Andalus tetap menjadi negara nasrani maka jihad membebaskannya fardhu �ain atas seluruh umat Islam yang mampu. Bahkan, negeri Palestina yang hanya beberapa ratus kilo meter dari pusat lahirnya gerakan Salafiyyun dan tempat lahir dan tinggalnya para syuyukh mereka, telah jatuh ke tangan Inggris sejak 1917 M, lalu ditegakkan negara Israel tahun 1948 M. Sampai saat ini, jihad untuk membebaskan Palestina belum tuntas, maka jihad untuk membebaskan Palestina menjadi fardhu �ain. Namun begitu, simaklah fatwa syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah, yang tinggal hanya beberapa ratus kilometer dari bumi Palestina: �Silahkan anda meneliti ayat-ayat yang datang untuk melengkapi dan menjelaskan ayat yang memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan ---(QS. Al Anfal: 60-pent)---, maka anda akan menegtahui bahwa jihad yang paling utama hari ini ---saat kita dalam kelemahan seperti sekarang ini--- adalah menahan diri dari berjihad.� ---Hiya As Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan hal. 204--- Ya, itulah fatwa syaikh kedua gerakan salafiyun. Maka mereka pun diam seribu bahasa, tidak peduli dengan nasib kaum muslimin Palestina yang setiap hari meregang nyawa di tangan peluru-peluru tentara zionis Israel. Mereka pun diam ketika dua juta umat Islam Iraq meregang nyawa akibat embargo ekonomi tentara salibis Internasional dan negara-negara Arab antek AS. Bahkan, anda mungkin akan terkejut membaca fatwa syaikh pertama mereka, fadhilatu syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani yang memfatwakan umat Islam Palestina untuk berhijrah. Ya, silahkan berhijrah dari Palestina, tidak usah berjihad, serahkan saja bumi Palestina kepada Israel. Inna lillahi wa Inna Ilaihi raji�un... |
![]() |
|
|