FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Sebagai penempuh jalan spiritual dan penjelajah ilmu-ilmu supranatural, banyaklah kisah-kisah hidup yang saya alami tentang bagaimana pahit manisnya usaha dalam mencapai instirasi ilmu-ilmu kebatinan. Saya teringat, bagaimana dulu saya berkelana dari kampung ke kampung dari hutan ke hutan untuk menguji diri di dalam kebatinan. Gelapnya hutan dan dinginnya malam menjadi selimut diri. Bila siang, ikut saja kemana langkah kaki hendak melangkah, sehingga akhirnya gembira karena dinyatakan telah lulus uji oleh sang Guru. Di waktu lain, karena begitu tertarik dengan ilmu-ilmu kanuragan, setiap malam berjalan bertelanjang bulat mencari hulu air selama 40 hari. membaca mantara 40 kali sebelum akhirnya memandikan diri dengan air hulu tersebut. Kemudian tubuh di uji dengan air keras, dengan bara api, dengan gigitan ular dan dengan pukulan tongkat-tongkat dari pohon tebu yang tidak dihentikan sebelum tongkat tebu itu menjadi hancur. Semua penderitaan itu, saya jalani sebagai bayaran atas keinginan untuk menguasai ilmu-ilmu kanuragan. Tidak jarang, Sang Guru memanggilku di malam hari dan mengajak pergi ke puncak gunung. Di sana, sang Guru menyuruhku duduk bermeditasi, tak diizinkan bergerak sedikitpun hingga matahari terbit esok hari. Siksaan ini, rela aku jalani demi mencapai sebuah cita-cita. Pernah pula, dalam waktu 7 hari 7 malam, saya tidak tidur karena selalu mengikuti langkah sang guru yang berjalan ke sana ke mari tanpa tidur pula. Apabila malam, hanya duduk bermeditasi. Bila siang, jurus-jurus silat dilatih. Tidak ada alasan untuk hujan dan panas, bila sang Guru belum memerintahkan untuk berhenti, maka saya tak berhenti berlatih. Setelah melewati semua itu, kini saya bersedih. Karena saya tidak dapat menemukn seorang pun murid yang dapat menempuh latihan sebagaimana yang kutempuh dulu. Mereka sama terobsesi dengan ilmu-ilmu kebatinan, tetapi tidak ada yang memiliki semangat yang cukup tangguh. Mereka kalah dengan panas dan hujan, payah dengan lapar dan dahaga, gemar makan dan tidur, tetapi bercita-cita menjadi orang sakti. mengapa orang-orang sekarang banyak mimpi, sedikit usaha? Dari tahun ke tahun, semakin sedikit murid yang sanggup menjalani latihan yang saya ajarkan. mental orang-orang semakin manja dan rapuh. Mereka datang dari jauh, dari berbagai pelosok negeri, bahkan sebagian telah datang dari Mesir, Philipiina dan negeri-negeri lain, dengan merayu dan memohon menyatakan niat hendak berguru, mempelajari ilmu-ilmu kebatinan. Mulanya hati saya ini gembira, karena merasa akan dapat membagikan hal-hal yang berharga kepada sesama. Tapi sayang, diantara mereka sangat sedikit sekali yang memiliki keteguhan hati dan kebulatan tekad. Kebanyakan hanya cuap-cuap dan pemalas belaka. dan sebagiannya mengira, ilmu-ilmu kesaktian itu bisa dibeli dengan uang. Tak jarang, jauh-jauh mereka datang hanya untuk melihat pertunjukan mukjizat. Bila saya tidak bersedia, mereka marah dan membuat onar. sungguh menjengkelkan. Banyak pekerjaan harus kuurus, dari pada sekedar memuaskan hasrat seseorang untuk melihat mujizat-mujizat. Bila mereka menyukai pertunjukan-pertunjukan yang ajaib, mengapa mereka tidak menemui tukang-tukang sulap saja, dengan membayar sejumlah uang tentu mereka bisa menunjukan hal-hal yang ajaib itu. Sedangkan saya tidaklah seperti tukang sulap, yang bisa menunjukan keajaiban kapan saja ketika diminta. Saya hanya orang yang bersedia menunjukan jalan, kepada mereka yang mencari jalan, tidak selain dari itu. Kalaulah dapat, saya ingin lari bersembunyi dari kejaran orang-orang penuh nafsu dan keserakahan, begitu bersemangat untuk memuaskan dirinya, tapi malas di dalam blejar dan bekerja. Tapi, kemana saya harus bersembunyi. Kemanapun saya berlari, selalu saja ada orang yang mencari dan meminta sesuatu dariku, seolah aku punya utang pada mereka. Kendatipun mereka sekedar ingin diajari ilmu, tapi terkadang dengan agak memaksa. satu orang murid, paling tidak membawa satu masalah ke hadapanku. menerimanya sebagai murid berarti bersedia membantu menyelesaikan masalahnya yang ia hadapi di dalam kehidupan sehari-harinya. 1000 murid berarti 1000 masalah. Sedangkan ditanganku ada 3000 orang murid. betapa berat beban yang harus saya tanggung. Setiap hari, setiap saat, saya harus menempatkan diri sebagai orang tua dan orang bijaksana di tengah-tengah mereka. saya harus mendengarkan keluh kesah dan kesedihan mereka. Dan tak jarang, lalu mereka berusaha menyeret saya ke hal-hal yang menyesatkan. Betapa beratnya menjadi pengasuh manusia yang pada umumnya memiliki kecenderungan yang liar. Dan tak jarang, malapeteka terjadi akibat kelakuan ceroboh beberapa orang murid. Dalam hal itu, saya ikut dituntut bertanggung jawab karena posisi sebagai gurunya. Saya menjadi sperti seorang bapak, tempat anak-anak berlindung dan mengadukan segenap permasalahan. pria, wanita, tua muda, para murid menganggap saya seperti ayahnya. terkadang mereka memiliki anggapan yang berlebih-lebihan tentang gurunya, seakan-akan gurunya adalah wali yang maha sakti, sehingga batu sebesar gunungpun akan hancur hanya dengan tatapan matanya. sungguh berlebihan. mereka tidak mengerti, bahwa gurunya juga manusia biasa, dengan kulit yang tipis dan tulang yang rapuh, terkena panyakit dan sakit, punya keinginan, harapan, kegembiraan dan juga terkadang bersedih. malangnya, saya tidak ada tempat untuk mengaduh. setiap orang di kiri, kanan, depan belakang menganggap saya seorang perkasa yang tidak butuh tempat mengaluh. Untung saja ada kaskus :maho di kaskus inilah saya bisa curhat sepuasnya. l lup kaskus ![]() kalo udah curhat, plong rasanya... Terkait:
|
![]() |
|
|