FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Gossip & Gallery Gossip, artist, images of unique and interesting all here. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
JAKARTA: PT Aqua Golden Mississippi Tbk, produsen air minum dalam kemasan merek Danone-Aqua, terus menggenjot efisiensi di segala bidang dalam beberapa tahun terakhir. Selain memangkas biaya, efisiensi itu juga sejalan dengan upaya perseroan mengurangi dampak negatif industri terhadap lingkungan hidup. Presiden Direktur Aqua Golden Mississippi Parmaningsih N. Hadinegoro memaparkan upaya tersebut, termasuk menanggapi isu terkini di sektor industri, kepada Bisnis dan beberapa media nasional. Berikut petikannya: Spoiler for : Aqua dikabarkan mengkaji penggunaan kemasan bioplastik, bagaimana perkembangannya? Kami masih mempelajari bahan ramah lingkungan untuk kemasan Aqua, tetapi belum diputuskan soal jenis bahan baku yang akan digunakan, apakah itu bioplastik atau bahan lainnya. Penggunaan bioplastik masih menjadi perdebatan karena bahan ini berasal dari kelapa sawit yang sedang menjadi sorotan. Sebenarnya kemasan plastik Aqua saat ini sudah cukup ramah lingkungan, karena dapat didaur ulang. Bahkan, Aqua merupakan perusahaan yang memelopori kegiatan daur ulang kemasan bekas, terutama berupa gelas dan botol. Kami ingin mengurangi jejak karbon dari produk kami, bahkan botol Aqua yang ada sekarang pun beratnya sudah jauh berkurang. Sebagai contoh, kemasan ukuran 300 ml yang sebelumnya menggunakan plastik 15 mg, kini hanya 12,5 mg, dan produksi kemasan 1,5 liter kini cuma butuh 28 mg plastik dari sebelumnya 30 mg. Pengurangan bahan ini sepertinya sangat kecil, tetapi jika dikalikan dengan total produksi kemasan Aqua, penghematannya cukup signifikan. Efisiensi bahan baku kemasan ini kami lakukan secara terus-menerus, termasuk untuk kemasan kertas. Selain menghemat penggunaan bahan baku, apa lagi upaya yang dilakukan Aqua untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup? Sebenarnya, produksi karbon [CO2] yang paling besar dalam proses bisnis air minuman kemasan berasal dari transportasi, terutama dari polusi truk-truk untuk mendistribusikan produk. Oleh karena itu, kami menjajaki kemungkinan untuk mengalihkan pola pengangkutan hasil produksi dari truk ke angkutan kereta api dari pabrik Aqua di Sukabumi, Jawa Barat, ke Jakarta [Kampung Bandan]. Masalahnya, jalur tersebut hanya satu rel sehingga lebih diprioritaskan untuk angkutan penumpang. Idealnya, double track [rel ganda], tetapi ini butuh biaya besar dan jangka panjang. Kami sudah membicarakan rencana ini dengan Kementerian Perhubungan, mudah-mudahan mendapat dukungan dari pemerintah. Jika terealisasi, angkutan KA ini dapat mengurangi polusi dari angkutan truk, meskipun dari sisi keuntungan bagi perusahaan tidak signifikan. Pemerintah akan menaikkan tarif dasar listrik dan harga gas industri dalam waktu yang hampir bersamaan, bagaimana Aqua mengantisipasi rencana tersebut? Sebenarnya biaya listrik tidak besar dalam proses produksi kami, tetapi PLN kan masih menggunakan bahan bakar karbon untuk menghasilkan listrik. Oleh sebab itu, efisiensi juga meliputi penggunaan listrik, baik di kantor maupun peralatan produksi. Porsi biaya produksi terbesar masih berasal dari bahan baku kemasan yang mencapai 70%, sehingga efisiensi penggunaan bahan ini terus kami tingkatkan. Mengenai rencana pemberlakuan Standar Nasional Indonesia [SNI] wajib air minum dalam kemasan mulai Juli, apa tanggapan Anda? Kami mendukung pemberlakuan SNI wajib itu karena mengatur kewajiban produsen mencantumkan label kandungan atau jenis air minum yang dipasarkan. Dengan demikian, masyarakat menjadi mengerti mana produk AMDK yang tergolong air mineral atau air demineral. Selama ini kan konsumen sering keliru dan beranggapan bahwa setiap produk AMDK adalah air mineral, padahal banyak juga produk AMDK yang sama sekali tidak mengandung mineral. Pewawancara: Hery Lazuardi Bisnis Indonesia Spoiler for : ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|