Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 2nd November 2011
putra1st's Avatar
putra1st putra1st is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Sep 2010
Location: -ceriwis-
Posts: 4,958
Rep Power: 50
putra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guruputra1st is Ceriwis Guru
Question Tidakkah seseorang merasa malu?!

Quote:
Tidakkah seseorang malu BERMAKSIAT dihadapan Dzat Yang Maha Agung lagi Maha Mulia..
Jika seseorang merasa malu untuk bermaksiat dihadapan orang tuanya, maka tanyakanlah kepada dirinya sendiri. mengapa ia tidak merasa malu ketika ia hanya berhadapan dengan Allah? adakah seseorang yang lebih mulia dari Allah? adakah seseorang yang lebih agung dari Allah?


Rasulullah bersabda:
فَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَحَقُّ أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ
�Di hadapan Allah Tabaraka Wa Ta�ala kamu lebih berhak untuk malu daripada di hadapan manusia!.�

(HR. Ahmad, dishahiihkan syaikh albaniy)


Berkata Syaikh dr. Abdul Q�yyim as-Suhaibaniy hafizhahullahu ta�ala berkata:
�Jika anda MEYAKINI bahwa All�h tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Jika anda mengetahui bahwa All�h (Maha Melihat lagi) Maha Mengetahui, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda (terhadapNya)!!�
(Sumber: majalah as-sunnah edisi 06-07/thn xii/ramadh�n 1429 H/ sept 2008M)
Maka bagaimanakah lagi jika malunya tersebut telah hilang, dimana maksiat ia perbuat secara terang-terangan?!
Rasulullah bersabda:


‎كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ
Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali mujahirin (pelaku maksiat dengan terang-terangan)


‎وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ
Dan termasuk dalam mujaharah (berbuat maksiat dengan terang-terangan), (yaitu) seseorang melakukan satu perbuatan pada malam hari, kemudian dia memasuki waktu pagi dan Allah menutupi perbuatannya itu, lalu ia mengatakan



‎يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا
�Wahai, fulan. Semalam aku melakuan ini dan itu�



‎وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Dia tidur semalam dan Allah menutupi perbuatannya, lalu ketika memasuki waktu pagi dia membuka tabir Allah.
[HR Bukhari Muslim]


Benarlah kata Rasulullah shallallahu �alayhi wa sallam:
الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Malu itu adalah sebagian dari iman.�
(HR. Muslim)


yang jika seseorang kehilangannya, maka kehilanganlah baginya sebagian imannya. wallahul musta�aan, konsekuensinya apa?


Rasulullah bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari kalam nubuwwah yang terdahulu adalah �apabila engkau tidak malu, maka lakukanlah semaumu�
(HR. Al Bukhori no. 6120)


Al Imam Al Khoththobi rohimahullohu mengatakan yang bisa mencegah seseorang terjatuh dalam kejelekan adalah rasa malu, sehingga bila dia tinggalkan rasa malu itu, seolah-olah dia diperintah secara tabiat untuk melakukan segala macam kejelekan.
(lihat Fathul Bari, 10/643)


Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahullohu menukilkan dari Ar Roghib bahwa malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek dan ini merupakan kekhususan yang dimiliki manusia agar dia dapat berhenti dari berbuat apa saja yang dia inginkan, sehingga dia tidak akan seperti hewan.
(lihat Fathul Bari, 1/102)


wallahul musta�aan


Maka seseorang yang sudah kehilangan rasa malunya, hendaknya kembali menanamkan rasa malu tersebut dalam dirinya; ketahuilah Rasulullah shallallahu �alayhi wa sallam bersabda:


Rosululloh Shollallohu alaihi wa Sallam berkata :
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ
�Malu itu tidaklah datang kecuali dengan membawa kebaikan.�
(HR. Al Bukhori no. 6117 dan Muslim no. 37)


Dalam sabdanya yang lain beliau berkata:
الْحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِيْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ وَالجَفَاءُ فِي النَّارِ
�Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu di dalam al jannah, sementara kekejian itu termasuk kekerasan, dan kekerasan itu tempatnya di an nar.�
(HR. At Tirmidzi no. 2009, dishohihkan Syaikh Al Albani rohimahullohu dalam Shohih Sunan At Tirmidzi)


Dan tidaklah kita dapat mewujudkannya terkecuali dengan diawali dengan memperbaiki KUALITAS KEIMANAN kita kepada Allah, serta melatih diri kita untuk memilikinya.
Berkata Abud Darda� radhiyallahu �anhu:
‎وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ
dan Sesungguhnya al-hilm1 (itu didapatkan) dengan latihan
(lihat Faathul Baari)


Semoga bermanfaat.
source

Catatan Kaki
  1. Yaitu sikap sabar, lemah-lembut, tidak tergesa-gesa, dsb.


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:55 AM.


no new posts