Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Sports > Sepak Bola

Sepak Bola Tempat berkumpulnya para Bola mania di seluruh tanah air. Fans ataupun pecinta bola bisa berbagi info disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 20th August 2011
marlin marlin is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Feb 2011
Posts: 428
Rep Power: 15
marlin mempunyai hidup yang Normal
Thumbs up Liga Terbaik dengan Sejumlah Tanda Tanya

Saat Manchester United mengangkat trofi Community Shield di Stadion Wembley, Minggu (14/8), momen itu tidak saja merupakan sinyal dominasi si "Setan Merah", tetapi sekaligus perayaan 20 tahun Liga Primer Inggris. Tepatnya 15 Agustus 1992, sepak bola Inggris memulai era baru dunia sepak bola profe sionalnya. <a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a7a64d11&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_ HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=1087&cb=INSERT_RANDOM_NUMBE R_HERE&n=a7a64d11' border='0' alt='' /></a>

Inilah titik sepak bola sungguh diantarkan ke gerbang profesional, bukan saja dari segi pengelolaan, melainkan juga dari industrialisasi yang diakselerasi dengan kekuatan penuh.
Sejarah kemudian mencatat, pamor Liga Inggris menyeret modernisasi pengelolaan liga sepak bola profesional sampai menembus batas-batas kontinen. Sebuah fenomena yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Didorong oleh era globalisasi ekonomi yang juga sedang berlari kencang pada era 1990-an, Liga Inggris bergerak cepat menyebarkan pamornya ke seantero Eropa, Asia, bahkan sampai ke pelosok-pelosok negeri di gurun Afrika dan negara-negara kepulauan di Pasifik.
Laporan majalah sepak bola terkemuka, World Soccer, edisi Agustus 2011, dengan gamblang menggambarkan betapa modernisasi pengelolaan sepak bola profesional ala Premiership kemudian membawa �negeri moyangnya� sepak bola itu sebagai si empunya liga terbaik. Hal ini tentu diiringi dengan perdebatan sengit karena banyak penikmat bola juga mengunggulkan Bundesliga Jerman atau Primera Liga Spanyol sebagai yang terbaik.
Meski begitu, dari beberapa indikator, Premiership memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap kemajuan industri sepak bola, baik di dalam maupun di luar lapangan. Paling fenomenal adalah meningkatnya grafik kontrak siaran televisi.
Laporan lembaga pemeringkat Deloitte menyebutkan, dari sisi komersial, industri sepak bola meningkat tajam sejak 1992, saat Premiership mulai bergulir. Dari daftar �tim paling kaya�, dua tim penguasa liga Spanyol, Real Madrid dan Barcelona, memang masih mendominasi ditinjau dari sisi besaran gaji.
Meskipun begitu, distribusi kekayaan Liga Inggris jauh lebih merata. Musim lalu, tim paling �miskin� Blackburn Rovers menghasilkan 39 juta poundsterling (sekitar Rp 550 miliar) dari kontrak televisi. Bandingkan dengan sang juara Manchester United (MU) yang paling top dengan raihan 60 juta poundsterling (sekitar Rp 840 miliar).
Dalam dua dekade terakhir, Premiership juga menjadi tujuan utama pemain-pemain terbaik di dunia. Saat Premiership diinaugurasi, hanya ada 11 pemain asing, termasuk Eric Cantona yang bermain di Inggris. Kini, tercatat 1.300 bintang asing yang tersebar di seluruh divisi. Secara kasar, pada saat akhir pekan, hampir dua per tiga pemain yang tampil sebagai starting XI di Premiership adalah pemain tim nasional sejumlah negara.
Bergabungnya pemain-pemain terbaik dunia di Liga Inggris langsung berimbas pada kinerja klub-klub elite mereka di pentas Eropa, Liga Champions dan Piala UEFA. Kuartet elite mereka�MU, Chelsea, Arsenal dan Liverpool�secara reguler lolos dari babak pendahuluan dan paling kurang mencapai babak perempat final. Pada periode 1992-2001, hanya satu tim Inggris yang mencapai final, yakni MU, pada 1999. Namun pada 10 musim terakhir, tujuh kali mereka mencapai final, jauh lebih banyak daripada negara lain.
Inggris juga memimpin dalam koefisien peringkat UEFA, di atas Spanyol dan Jerman (lihat tabel 2). Sebelum 1992, yang juga akibat imbas dari hukuman pasca-tragedi Heysel, Inggris hanya berada di posisi ke-13.
Tanda tanya besar
Serangkaian pencapaian Premiership di atas tampaknya mengukuhkan klaim Inggris sebagai sang empunya liga sepak bola profesional terbaik. Namun, bagaimana dengan kinerja tim nasional �The Three Lions� yang justru terpuruk di antara negara-negara Eropa lainnya? Inilah tanda tanya besar yang harus segera diselesaikan Football Association (FA) sebagai lembaga tertinggi penanggung jawab persepakbolaan Inggris.
Dari 10 turnamen periode 1992-2010, pencapaian Inggris kalah jauh dibandingkan Perancis dan Spanyol (lihat tabel 3). Kala Inggris menggelar Piala Eropa 1996 dengan tajuk �Football Comes Home� bahkan mereka hanya mampu mencapai babak semifinal sebelum tumbang di tangan Jerman lewat adu tendangan penalti.
Bergabungnya sebagian besar pemain terbaik dunia pada usia emasnya, pada satu sisi merupakan berkah bagi Premiership, tetapi di sisi lain juga bencana bagi tim nasional. Dalam satu dekade terakhir, empat tim terbaik Inggris, MU, Chelsea, Arsenal, dan Liverpool (dalam dua musim terakhir malah enam tim ditambah Tottenham Hotspur dan Manchester City), dipenuhi oleh pemain-pemain mancanegara. Arsenal, bahkan, pada satu periode, berkekuatan 100 persen pemain asing pada starting XI.
Pada suatu periode, tim-tim elite juga dimanajeri oleh orang non-Inggris. Kini, dari enam tim elite Inggris, hanya Tottenham Hotspur yang dinakhodai orang Inggris, Harry Redknapp, sisanya, adalah orang orang-orang Skotlandia, Perancis, Italia, dan Portugal.
Sebagai penanggung jawab tertinggi, FA rupanya sadar. Inflasi pemain asing menghambat talenta lokal untuk berkembang dan mencapai kematangan maksimal saat memperkuat tim nasional. Oleh sebab itu, sejak tiga musim terakhir, FA menetapkan aturan kuota pemain (players quota). Aturan itu menyebutkan, dari 25 pemain yang didaftarkan, delapan di antaranya harus merupakan pemain binaan lokal (home ground players). Aturan lainnya, dari 25 pemain itu, tidak lebih dari 17 pemain boleh berumur lebih dari 21 tahun dan mereka bukanlah pemain binaan lokal. Yang dimaksud dengan pemain binaan lokal adalah siapa pun pemain berusia di bawah 21 tahun, yang dibina di akademi-akademi sepak bola profesional di tanah Inggris dan Wales.
Kebijakan ini memang baru berjalan penuh selama dua musim sehingga efektivitasnya relatif belum terlihat bagi tim nasional. Namun, pelatih tim nasional Inggris Fabio Capello mulai mendapatkan manfaat dengan semakin banyaknya pemain muda yang langsung bisa direkrut ke tim senior.
Pemain-pemain belia, seperti Jack Wilshere, Josh McEachran, Tom Cleverley, Danny Welbeck, dan Ashley Young, mulai menggantikan peran Frank Lampard, Steven Gerrard, dan Rio Ferdinand.
FA tampaknya juga berkonsentrasi membenahi sistem kepelatihan di akademi-akademi profesional. Kritik paling mutakhir, sejumlah akademi terlalu kaku menerapkan kurikulum baku. Sistem ini membuat bakat-bakat muda Inggris kehilangan kreativitas dan determinasi begitu memasuki usia emas.
Analisis seorang pakar, pemain- pemain muda Inggris tidak terbiasa berpikir di luar sistem bermain yang pernah diajarkan. Kreativitas mereka mati.

Reply With Quote
  #2  
Old 21st August 2011
DreamWorld's Avatar
DreamWorld DreamWorld is offline
Ceriwis Geek
 
Join Date: Mar 2011
Location: Bandung
Posts: 19,160
Rep Power: 90
DreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis Prophet
Default

yg bikin tanda tanya liga bagus

koq timnas ny g
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:57 PM.


no new posts