FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Kuat belum tentu sehat. Tetapi, sehat pastilah kuat. Jadi lebih baik sehat karena pasti kuat daripada kuat tetapi belum tentu sehat! kata Amat memberi kuliah pada tetangga. Tetapi, kalau boleh memilih lebih baik dua-duanya. Sehat dan kuat! kritik
Bu Amat yang nguping obrolan suaminya. Soalnya sehat tubuhnya belum tentu sehat jiwanya. Dan, sehat jiwanya belum tentu sehat tubuhnya. Makanya, semuanya harus berimbang. Intinya hidup sederhana dan mawas diri! Ami tak bisa menahann diri. Ia langsung membantah. Nanti dulu, katanya dengan sengit seperti biasa, tergantung apa yang dimaksudkan dengan sehat dan apa yang dimaksudkan dengan kuat. Amat tertawa. Menurut kamu kuat itu apa dan sehat itu apa? Merasa diuji, Ami langsung membentangkan teorinya. Kuat menurut pengertian lama selalu dihubungkan dengan otot. Kalau orang bisa mengangkat besi ratusan kilogram dianggap kuat. Padahal orang itu sehari saja tidak makan, lemesnya lebih dari karet. Sementara pengemis yang kerempeng, biar tiga hari tidak makan, larinya kenceng kalau mau diciduk petugas karena mengotori kota. Betul tidak? Betul! kata Bu Amat cepat, makanya jangan mengukur kekuatan dari otot, tetapi dari keteguhan. Istri yang kuat bukan istri yang sanggup bekerja siang malam tanpa istirahat, tetapi istri yang setia, seperti aku ini, yang terus setia walaupun suamiku hanya pensiunan guru yang tidak mampu beli mobil! Amat nyengir. Itu namanya nyindir suami! Dan, suami yang kuat bukan suami yang ringan tangan dan suka berkelahi, tetapi suami yang sabar, tawakal, tekun, dan terus punya perhatian penuh, walaupun dikritik dan dicela tetangga, serta dicemooh anak-istrinya, seperti bapakmu ini, Ami! Amat tertawa. Kalau itu aku setuju! Jadi, ukuran kekuatan itu harus diubah! kata Ami meneruskan teorinya. Orang yang kuat itu adalah orang yang sehat. Sehat jiwa dan sehat raganya. Kalau jiwanya saja atau raganya saja yang sehat tidak cukup. Harus dua-duanya. Kalau dua-duanya seimbang itu baru 4 sehat 5 sempurna! Besoknya Amat kembali ngobrol dengan tetangga. Jadi kuat itu belum tentu sehat, tetapi sehat itu sudah pasti kuat. Kuat jasmani dan rohani. Karena itu yang harus kita usahakan sekarang adalah bagaimana sehat. Sehat jasmani dan rohani! Tetangga sebenarnya bosan mendengar celoteh Amat. Tetapi, mencoba berbaik hati bertanya. Terus caranya bagaimana, Pak Amat? Caranya? Ya. Caranya / Kalau mau sehat, harus pilih makan makanan yang bagus. Baik makanan jasmani maupun makanan rohani! Maksud Pak ? Seperti yang ditawarkan iklan-iklan itu? Iklan apa? Ya sekarang kan banyak diiklankan obat-obatan untuk menambah kebugaran? Juga banyak dilontarkan tuntunan moral supaya jiwa jadi sehat? Tetapi, itu semua kan mahal Pak Amat? Itu tetangga kita yang kaya di ujung, obat apa yang dia tidak makan. Tiap ada obat kuat baru, dia beli. Tetapi, lihat sekarang rontok begitu, sebentar lagi akan pakai kursi roda! Amat tertegun. Kenapa Pak Amat? Tetangga kita di ujung yang mobilnya lima itu? Ya. Sudah hampir pakai kursi roda? Ya! Tetapi, dia kan .. . Itu yang saya bilang tadi. Padahal segala obat yang diiklankan dia coba. Ternyata dia tidak kuat dan tidak sehat. Amat bingung. Dia terdiam lama. Kemudian tanpa menanti pembicaraan berakhir, Amat pulang. Hingga malam dia termenung di kursi. Bu Amat lalu menyapa. Orang yang sehat jasmani itu tidak kebanyakan ngelamun, Pak! bentaknya. Aku tidak ngelamun tetapi berpikir, Bu. Mikirin apa? Siapkan saja rohani dan jasmaninya kalau mau sukses malam ini! Amat tersenyum. Sudah diminum jamunya? Nggak usah! Lho nanti jadi alasan lagi. Tidak. Sekarang aku tahu rahasianya, sehat itu apa. Apa? Jangan tergantung pada obat-obatan yang diiming-imingkan akan membuat badan sehat dan jiwa sehat. Apalagi sekarang banyak obat-obatan yang berisi campuran kimia yang merangsang tetapi di belakang meracuni. Kesehatan itu tidak datang dari luar. Itu semua hanya membuat pedagang-pedagang itu kaya. Mereka tahu kita ini ngebet mau sehat jiwa-raga, lalu kita dihujani obat-obatan. Padahal kita tidak sakit. Kita sakit karena kita merasa memerlukan obat. Seakan-akan kalau tanpa obat itu kita kurang. O itu alasannya tidak mau minum jamu lagi? Ya. Tidak takut tidak kuat? Amat berpikir. Tidak takut nanti lemah? Ya takut juga. Kalau begitu, minumlah. Bapak kan sudah biasa minum itu. Nanti jadi alasan lagi. Amat berpikir. Kalau tidak minum sekarang, tidak ada gunanya. Kan bekerjanya setelah lima jam?! Amat menyerah. Ya sudah, kata Amat sambil melangkah ke almari hendak mengambil botol obat kuat itu. Tetapi, ternyata almari sudah dikunci. Jiwa yang sehat dan kuat tidak memerlukan obat, kata Bu Amat tegas, dengan mengurangi minum obat-obatan Bapak juga mengurangi keracunan zat-zat kimia yang sekarang diracik tangan-tangan pedagang yang tidak bertanggung jawab. Lupakan saja obat kuat itu. Ayo! Amat merasa tertantang. Meskipun cemas, tetapi ia lakoni. Esoknya ia tampak gembira dan bersiul-siul sementara Bu Amat terlambat bangun. Terkait:
|
![]() |
|
|