Jakarta - Gerakan kemerdekaan Papua yang semula sering menggunakan aksi kekerasan, kini beralih meniti jalur diplomasi. Pemerintah diharap mewaspadai perubahan strategi ini.
"Pendekatan kemerdekaan di tanah Papua sudah tidak lagi dengan cara-cara militer sporadis seperti masa lalu. Tetapi justru melalui diplomasi dan politik internasional," ujar pengamat politik LIPI, Ikrar Nusa Bhakti di Gedung DPD, Jumat (5/8/2011).
"Lihat saja apa yang terjadi pada tanggal 2 Agustus kemarin di Sentani, Abepura, dan Manokwari, cara mereka melakukan unjuk rasa sangat peaceful dan memang menimbulkan empati domestik maupun internasional," sambungnya.
Pemerintah, harap Ikrar, mesti berhati-hati terhadap perubahan strategi gerakan ini. Hubungan bilateral yang cukup baik dengan berbagai negara dipandang Ikrar tak cukup untuk mengatasi gerakan baru kemerdekaan Papua ini.
"Padahal politik internasional itu tidak hanya ditentukan oleh G to G, tapi juga bisa aktor-aktor non negara tersebut yang berperan. Aktivis kemerdekaan Papua di luar negeri sudah meniru gaya Timor Leste," kata Ikrar yang menulis hubungan Indonesia-Papua Nugini dalam disertasinya terkait masalah perbatasan.
Menurut Ikrar, Pemerintah harus segera mencari informasi sebanyak mungkin terkait gerakan tersebut. Dialog mesti dikedepankan dalam mengatasi masalah ini.
"Pemerintah juga harus tahu kira-kira siapa yang benar-benar dianggap sebagai representasi dari kelompok yang bisa diajak dialog," tandasnya.
sumber