
27th June 2011
|
 |
Ceriwis Addicted
|
|
Join Date: Sep 2010
Location: ★★
Posts: 3,982
Rep Power: 31
|
|
Geliat Sparatisme Di Tahun 2011
MUDAH-MUDAHAN NGGA REPOST
Quote:
Persoalan separatisme di Indonesia diprediksi masih akan berkembang pada 2011 ini. Perkembangan persoalan, bisa dengan memanfaatkan “kegaduhan politik” di tingkat nasional, adanya “strategi baru” kelompok separatis, atau “ketidaksiapan” pemerintah melindungi daerah kaya SDA.
Pertama, faktor kegaduhan politik di tingkat nasional. Kalau kita cermati, persoalan ini hampir setiap saat berlangsung. Dalam satu tahun terakhir, misalnya, masih kerap terjadi konflik-konflik di masyarakat, politisasi kasus, dan gejolak harga bahan pangan.
Sayangnya, persoalan-persoalan tersebut tidak pernah ada pengelolaan atau penyeleseian yang tegas. Konflik-konflik tidak diseleseikan sampai akarnya, kasus-kasus besar dibiarkan mengambang dan disusul dengan munculnya kasus-kasus lain, sementara kebijakan pangan lebih banyak tambal sulam.
Kedua, faktor strategi baru kelompok separatis. Setelah status daerah operasi militer di daerah-daearah konflik, khususnya Papua, dicabut pada 1998, kelompok separatis bersenjata di wilayah ini tidak lagi memiliki legitimasi untuk melakukan perlawanan bersenjata. Demikian pula ketika status otonomi khusus Papua diberikan pada 2001, tuntutan kemerdekaan pada satu sisi kurang menemukan relevansinya lagi.
Meski demikian, perlawanan dan tuntutan sebagian masyarakat dan kelompok-kelompok di Papua untuk melepaskan diri dari NKRI terus berlangsung. Tutuntutan referendum menggema terutama selama 2000-2001. Konflik-konflik sporadis tetap muncul hampir sepanjang tahun sampai sekarang ini, penculikan warga non Papua dan pembajakan obyek-obyek vital menjadi trend perlawanan baru. Dan yang cukup menonjol adalah propaganda ke luar negeri semakin intensif dilakukan sepanjang 2004-2008.
Ketiga, faktor ketidaksiapan pemerintah melindungi daerah-daerah kaya SDA. Abad 21 sekarang ini dapat dikatakan menjadi abad Asia Pasifik yang ditandai beralihnya perdagangan dunia ke Asia Pasifik, dari sebelumnya di Eropa Barat dan AS. Kuncinya adalah kemajuan ekonomi yang dicapai India di Asia Selatan dan Cina di Asia Timur.
Kedua negara ini, sekarang tumbuh menjadi raksasa-raksasa ekonomi dunia. Cina bahkan sudah disejajarkan dengan negara super power, AS. Penopang utama kemajuan ekonomi tersebut adalah industri yang berkembang pesat. Dan untuk itu, Cina dan India sekarang ini membutuhkan SDA yang banyak untuk menjamin kelangsungan hidup industrinya.
Di Asia Pasifik, Indonesialah yang memiliki cadangan terbukti atas bahan-bahan mentah. Oleh karena itu, posisi Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, menjadi ajang rebutan kepentingan nasional dari negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang besar tersebut.
Persoalannya, Indonesia terlihat belum siap menyambut abad ini. Daerah-daerah kaya SDA yang kebanyakan berada di lepas pantai, tidak memiliki penjagaan yang memadai. Regulasi kebijakan minerba juga masih lemah untuk dapat melindungi kepentingan daerah dan masyarakatnya.
Faktor-faktor tersebut, ke depan, menurut pengamat politik Arbi sanit, berpotensi memunculkan “separatisme nasional dan lokal”. Bentuknya adalah gerakan ketidakpuasan masyarakat atau kelompok-kelompok politik.
Sedangkan oleh kelompok-kelompok separatis bersenjata, menurut pengamat intelijen Dynno Chreesbon, akan dimanfaatkan untuk melakukan serangan pendadakan ke obyek-obyek vital ekonomi. Hal ini terutama akan berlangsung di Papua dengan menyerang Freeport dan penculikan pekerja tambang.
Tidak itu saja, Dynno menambahkan, serangan pendadakan juga berpotensi terjadi di Aceh, oleh kelompok Republik Islam Aceh (RIA). Berbeda dengan di Papua, kelompok ini akan melakukan serangan pendadakannya kepada simbol-simbol Barat di Aceh pasca damai. Trend perampokan Bank dan toko emas juga akan dilakukan kelompok ini.

Sementara di Maluku belum terlihat aktifitas yang mengarah aksi teror maupun serangan pendadakan. Hanya Dari dokumen milik Frans Sinmiasa (tertangkap Agustus 2010) yang disita, terungkap rencana besar RMS untuk membentuk Tentara Nasional Pembebasan Maluku Selatan (TNPMS). Setidaknya telah ditemukan 5.000 kartu anggota RMS yang kabarnya dipersiapkan untuk membentuk tentara pembebasan.
Selain aksi bersenjata, kelompok-kelompok separatis juga menyiapkan strategi baru. Untuk Papua, misalnya, organisasi-organisasi pendukung Papua merdeka di luar negeri terus mengembangkan jaringan dan propaganda, seperti AWPA dan FWPC yang berbasis di Australia, FWPA di London, tokoh separatis, Oto Mote, di AS serta tokoh-tokoh lain di Afrika. Di dalam negeri, tuntutan referendum diperkirakan akan menjadi target, hal ini ditandai dengan penolakan/pengembalian kebijakan otsus kepada pemerintah pusat oleh MRP dan DPRP.
Strategi propaganda ke forum internasional, nampaknya juga akan dikembangkan RMS. Peristiwa “penundaan” kunjungan Presiden SBY ke Belanda beberapa waktu lalu, karena aksi RMS, menjadi entry point penting perkembangan gerakan mereka.
Sementara untuk potensi pelepasan daerah kaya SDA. Setelah Aceh dan Papua, dalam prediksi Dirgo D. Purbo, adalah Sulawesi. Menurut pengamat geopolitik dan perminyakan ini, Sulawesi yang memiliki sumber daya alam tambang yang kaya ini menjadi incaran Cina. Jika pemerintah tidak siap melindungi, maka Sulawesi bisa saja lepas dari NKRI. (INTELIJEN Nomor 2/Th VIII, Februari 2010)
|
sumber
|