Ilmu matematika manusia pasti menyalahkan judul di atas. Sejak TK hingga perguruan tinggi, dari anak TK hingga profesor kita diajarkan penjumlahan 1 + 1 hasilnya pasti 2. Tetapi matematika kelimpahan yang bersumber pada firman Tuhan melampaui dimensi akal manusia. Dengan matematika ini, 1+1 bisa saja berarti 10, 30, 100 atau bahkan mungkin 700.
Matematika kelimpahan adalah salah satu prinsip SQ yang tidak banyak dipahami manusia. Bila matematika manusia berlandaskan pada pengalaman dan pemahaman akal, maka matematika kelimpahan berlandaskan pada kecerdasan spiritual. Banyak contoh dalam kehidupan kita sehari-hari menjadi tamsil bagaimana matematika kelimpahan itu bekerja. Mungkinkah seorang pegawai rendah dengan gaji kurang dari Rp 2 juta per bulan bisa menyekolahkan tiga orang anaknya hingga lulus kuliah? Bagaimana bisa seorang tukang sayur keliling bisa berangkat haji bersama istrinya dan membawa serta orang tua masing-masing?
Kelimpahan sejati adalah fungsi eksponensial, bukan fungsi penjumlahan seperti 1+1 = 2. Dengan fungsi eksponensial, sedikit atau kecil yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dimensinya dari perkiraan akal kita. Sehingga 1+1 bisa berarti 10, 30, 100, bahkan 700. Lagipula dimensi kelimpahan tidak semata dimensi material. Ada dimensi lain yang bisa diperoleh manusia bila mendapatkan kelimpahan sejati yaitu kelimpahan spiritual, kelimpahan kesehatan, kelimpahan hubungan, dan kelimpahan kuasa.
Rasio kita selalu mengasosiasikan kata kelimpahan sejati dengan kekayaan material. Orang yang berlimpah diterjemahkan sebagai pribadi yang kaya harta. Padahal orang yang memiliki uang banyak tidak berarti berkelimpahan sejati. Bisa jadi ia tidak bahagia karena perkimpoiannya gagal, mengidap penyakit, merasa tertekan, stres, banyak hutang, atau hidupnya tidak tenang karena mendapatkan harta dengan cara tidak halal.
Sebaliknya orang yang bekelimpahan sejati bisa dipastikan memiliki harta yang banyak yaitu sesuai takaran yang dibutuhkannya. Takaran ini adalah kebutuhan manusiawi berbeda kapasitasnya antara satu orang dengan orang lain. Dan takaran yang dirasakan masing-masing orang selalu lebih kecil nilainya dibandingkan apa yang dilimpahkan Tuhan. Artinya kepada pribadi yang bekelimpahan sejati, Tuhan akan memberikan harta lebih dari takaran kebutuhannya.
Inilah keuntungan yang ditawarkan dengan belajar SQ. Dengan menerapkan dan melatih SQ, maka pribadi yang bersangkutan akan menjadi orang yang cerdas spiritual. Makin tumbuh SQ-nya, manusia makin memahami bahwa sumber kelimpahan sejati adalah Tuhan. Maka memperkenankan Tuhan dalam semua aspek hidup adalah memberi jalan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berkelimpahan sejati.
Salah satu contoh matematika SQ adalah perintah bersedekah pada saat berlebih atau kekurangan. Ketika kita mendapatkan uang banyak, cukup mudah dimengerti bila kita disuruh bersedekah. Tetapi bagaimana saat kita kekurangan dan diminta berbagi akankah kita akan melaksanakannya ketika untuk diri sendiri pun tidak mencukupi? Pada titik ini sebenarnya Tuhan sedang menguji apakah kita memperkenan Tuhan atau memilih ego. Bila perkenan (ridho) Tuhan yang anda pilih, itu artinya matematika SQ akan bekerja untuk anda. Tetapi bila ego didahulukan, jangan harap 1+1 akan menjadi 10 atau 700. (*)
Sumber
http://budiyuwono.com