Originally Posted by VHIENSKI
Aku nggak ngerti kenapa kakak sepupuku (perempuan) nggak pernah mau mengatakan secara jelas bahwa sixt sense-nya bekerja aktif sejak ia masih kecil. Sekarang telah sejumlah kisah ia ceritakan padaku setiap menjelang tidur. Kebanyakan tentang pengalamannya ngekos di jogja dulu. Masa2 kuliah sambil kerja, dll.
Dia selalu menganggap kemampuannya melihat "teman-teman" kita itu karena ia belajar dari sebuah buku cara melihat aura. Padahal sudah sejak kecil dia mulai melihat "yang lain". Misalnya saat masih kecil, dan aku belum lahir, dia sedang tidur siang di rumah lama orangtuaku. Salah satu jendela itu berbatasan dengan garasi di sebalah, disitulah dia melihat dua sosok yang kelihatannya "mirip" manusia. Dia mengungkapkan, "Emang benerlah kita ini makhluk paling cantik yang diciptain Allah, Am (namaku Ilham)!". Maksudnya, bahwa makhluk yang dilihatnya itu mirip manusia cuma dalam versi buruknya. Pokoknya kelihatan aja itu bukan "orang". Yang satu laki-laki, dan yang satu perempuan. Kelihatannya mereka sedang pacaran atau semacamnya, ungkap kakakku.
Lalu saat di Jogja, dia hampir tidak jadi mencuci piring karena sesuatu yang dirasakannya di dapur kosnya. Saat mencuci, entah bagaimana dia tahu ada laki-laki yang memperhatikannya tepat di belakang punggungnya. Ia menoleh, tapi tidak bisa melihat siapapun, meski ia yakin betul memang ada sesuatu disitu, dan ia memang langsung paham, toh makhluk itu tidak mengganggu, dan lagi ia merasakan kehadiran yang perempuan. Beberapa waktu lalu, si "laki-laki" ini menunjukkan keberadaannya di hadapan teman-teman kakakku yang lain. Kejadiannya saat hujan dan mati lampu, mereka berkumpul di bawah, mengobrol. Mereka melihat salah satu lilin di balkon atas, seolah tidak terganggu oleh angin ribut, seperti dilingkupi sepasang tangan. Seorang teman kakakku yang memang bisa "melihat", mengatakan, "Itu si Herman". Dia menyebut Herman, maksudnya entah siapapun itu tapi jenis kelaminnya laki-laki.
Belakangan, lewat kejadian mencuci piring itu, si Herman ini menawarkan untuk menjadi "teman" kakakku. tapi kakakku mengatakan, "Kau boleh berteman denganku, asal jangan nunjukin muka yang macem-macem!", ya iyalah.. siapa yang nggak mual berteman dengan misalnya pocong atau kuntilanak yang rambutnya mbiak-mbiak dengan punggung bolong dan usus tebuyar!
Seiring waktu si Herman itu tidak pernah mencoba mengontak kakakku lagi. Tapi suatu malam, saat kakakku menaiki tangga, ia merasa ada sesuatu di belakangnya. Mungkin kalau saya yang melihat, saya bisa jerit-jerit dengan nada do tinggi interval 8 oktav lalu pingsan. Yang dilihat kakak saya itu adalah sosok hitam tinggi besar, kata kakak saya seperti orang keling dari dunia kita, jalan menunduk kepala, menuju kegelapan dibawah pohon mangga. Anehnya, kakak saya tidak takut, seolah makhluk yang dilihatnya itu memang tidak bermaksud membuat kakak saya takut. "Mungkin dia lagi dimarahin orangtuanya. Kelihatannya sedih banget..." kata kakak saya, dan ia pun berlalu menaiki tangga lagi.
Kemudian saat ia bermain ke kos temannya yang lain, di kosan itu terdapat lukisan Nyi/Nyai Roro Kidul. Menurut cerita teman-temannya, lukisan ini tidak bisa diambil foto. makanya kakakku penasaran ingin mencoba. dia meggunakan kameranya. hasilnya, tiga potong film yang tersisa, yang harusnya ada foto lukisan itu, KOSONG.
Kakakku juga jenis orang yang dapat merasakan kalau ada sesuatu hal yang terjadi. Mungkin orang lain juga banyak mengalaminya. Awalnya kakakku tidak sadar, tapi setelah membaca buku berjudul "Apakah Anda Deg-Degan?", dia paham. Setiap kali kakakku deg-degan, pasti dibarengi perasaan tertentu, misalnya sedih, kecewa, marah, atau senang. Hasilnya langsung terbukti tepat saat ia membawa buku itu di kosannya. Saat itu ada telepon dari temannya di Kalimantan, tetapi saking konsentrasinya, pemberitahuan teman kosnya tentang telepon itu dihiraukannya. Saat itu jantungnya deg-degan. Belakangan ia bangkit juga, seperti tersadar, tapi saat diangkatnya gagang telepon, temannya itu sudah menutup telepon, dan sejak itu temannya itu tidak pernah menghubunginya.
Mungkin cerita yang terakhir kurang seram, tapi satu kisah terakhir, menyangkut aku juga. Aku pribadi juga sedikit mampu merasakan kehadiran "teman-teman" kita itu. Kalau aku, efeknya hawa dingin yang menjalar seperti demam. Suatu malam, aku duduk di depan TV, diatas sebuah kursi bambu. Tahu-tahu sesuatu seperti naik keatas hidungku, seperti perasaan akan kena flu. Aku spontan mengungkapkan itu, dan ibuku menyahut bahwa memang setiap dia duduk disitu juga merasakan hal yang sama. Pikiranku ngelayang, bertanya-tanya kenapa bisa begitu ya? tahu-tahu tanganku terasa dingin. Aku langsung mengerti saja, tapi tak berani meyakinkan diri. Kakiku mulai ikut terasa dingin. Aku menghembus-hembuskan nafas, menggosok-gosok kedua tanganku. "Eh, ada kawan kita!", celetuk kakakku dari dapur. Dia baru saja selesai mencuci piring, melihat kearah belakangku. Aku langsung ngotot minta penjelasan siapa sebenarnya yang kakakku lihat, tapi dia bilang dia bohong, cuma asal nyeletuk dan hingga sekarang pun dia tidak mau mengatakannya.
"Kita ini beda-beda ya, memang." pendapat kakakku. Orang memiliki berbagai kemampuan yang nggak terduga. Dan berkali-kali kita sudah diberitahu bahwa dunia gaib itu ada, tapi bukan berarti sesuatu yang luar biasa. "Ya mereka sama kayak kita, punya kehidupan sendiri. Kadang bahkan ada yang nggak sadar dirinya udah mati. Itulah hantu-hantu gentayangn korban pembunuhan atau kecelakaan.." tambah kakakku lagi. Menambah rasa penasaranku, apa saja yang sudah "dilihat" kakakku selama ini.
|