
12th August 2010
|
Newbie
|
|
Join Date: Jun 2010
Posts: 2,691
Rep Power: 0
|
|
Lahan Kritis
Lahan kritis di lereng Gunung Lawu mengkhawatirkan. Hingga saat ini, luas lahan kritis mencapai 1.631 hektare. Jika tidak ada upaya pemulihan segera, lahan kritis itu rawan menyebabkan terjadi bencana longsor, banjir, dan puting beliung pada saat musim penghujan seperti saat ini.
Lahan kritis akibat kebakaran hutan beberapa waktu lalu itu menyebar berada di lima daerah yakni Kabupaten Ngawi, Madiun, Magetan, Ponorogo, hingga Pacitan. Lahan kritis ini berada di daerah hutan lindung dan hutan produksi masuk wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Dan Sekitarnya.
Humas Perhutani KPH Lawu Ds, Mujiono, mengakui, lahan kritis akibat kebakaran hutan itu dapat memicu terjadinya bencana banjir, longsor, maupun puting beliung. Dalam jangka panjang, kata dia, juga dapat menganggu keseimbangan alam dan ekosistem.
"Kerusakan hutan akibat kebakaran memang cukup parah. Oleh karena itu, mulai musim penghujan ini kita mulai menggalakkan penanaman pohon di daerah lahan kritis itu," ujarnya, Selasa (1/12/2009).
Jenis pohon yang ditanam di daerah hutan lindung yakni jenis rimba liar seperti Akasia dekuren, pajang, dan puspa yang tumbuh dengan cepat.
Sedangkan, di daerah hutan produksi ditanam pohon pinus. Pada 2009, kata dia, akan ditanam 2.000 pohon berbagai jenis. Kemudian, pada 2010 ditanam 3.000 pohon berbagai jenis, dan pada 2011 ditanam 2.500 pohon berbagai jenis di daerah lahan kritis tersebut.
Menurut dia, selain melibatkan petugas Perhutani, upaya pemulihan dan pelestarian hutan ini juga melibatkan masyarakat pinggiran hutan. Sebab, kata dia, mereka memiliki peran penting untuk ikut menjaga dan melestarikan hutan.
"Selama ini, sebagian besar kasus kebakaran hutan itu juga disebabkan oleh ulah manusia. Seperti misal, pembalakan liar. Sehingga, tidak mungkin melestarikan hutan kalau tidak ada keterlibatan masyarakat," ujarny
sent CABE aja ndan, kirbal oN
 
|