Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 12th August 2010
VHIENSKI VHIENSKI is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 2,691
Rep Power: 0
VHIENSKI has disabled reputation
Default Lapisan Es Catat Sejarah Perubahan Iklim



Lapisan es abadi di Puncak Jaya Papua dapat mengungkap sejarah perubahan iklim Indonesia dan sekitarnya. Sepanjang apakah sejarah perubahan iklim yang terekam, hal itu tergantung dari ketebalan lapisan es abadi.

"Kalau di Gunung Kilimanjaro, tebalnya 50 meter bisa mencatat sejarah 11.000 tahun yang lalu. Ketebalan es-nya tergantung kecepatan siklus air," ujar peneliti Universitas Colombia, Dwi Susanto, saat jumpa pers di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Selasa (18/5/2010) di Jakarta.

Sejumlah informasi terkait perubahan iklim, seperti curah hujan, temperatur, unsur kimia dalam udara, atau unsur karbondioksida dapat terdeteksi melalui analisis isotop unsur-unsur yang terkandung dalam es (hidrogen dan oksigen). Selain melalui lapisan es, kata Dwi, sejarah perubahan iklim juga dapat dideteksi melalui lapisan batuan sedimen dan lingkaran tahun pada kayu.

Lapisan batuan sedimen, menurut Dwi, dapat menyimpan sejarah perubahan iklim dari jutaan tahun yang lalu. "Bedanya kalau es itu ribuan tahun, sedimen jutaan tahun," ujarnya.

Sebelumnya, BMKG meresmikan kerja sama peneliti BMKG dengan peneliti Universitas Ohio dan Universitas Colombia dalam mengkaji lapisan es Puncak Jaya. Ekspedisi dan penelitian tersebut dibantu PT Freeport Indonesia dalam menyediakan peralatan pengeboran es dan personel bantuan.

"Tantangannya selain mencapai puncak Jaya, juga bagaimana es itu tidak mencair," kata Dwi. Agar tetap membeku, inti es abadi yang diambil dari puncak Jaya akan disimpan di dalam ruang cold storage freezer yang berisi dua kompartemen dengan suhu ruangan -30 derajat celsius.

"Es yang kami ambil tidak dianalisis semuanya. Sebagian disimpan karena kami yakin nantinya ada teknologi lebih baru yang akurasinya lebih," tambah Dwi.

Mengenai biaya penelitian es abadi tersebut, Kepala BMKG Sri Woro Harijono dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa biaya untuk berangkat ke Puncak Jaya ditanggung tiap-tiap negara. Hanya, menurut Dwi, para peneliti mengeluarkan dana sekitar 5 juta dollar AS untuk biaya alat penelitiannya.


sent CABE aja ndan, kirbal oN


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:04 AM.


no new posts