FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Film & Musik Diskusi dan review mengenai film televisi atau film bioskop yang terbaru ada disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Sara Aoi, salah satu aktris industri film porno Jepang Di Jepang, industri pornografi adalah hal yang legal. Dilegalkan sejak tahun 1970-an, industri pornografi mencakup buku, komik, majalah hingga film menjelma menjadi industri gemerlap bernilai milyaran yen. Dibalik gemerlapnya industri film bertema pornografi di Jepang, ternyata terdapat fakta-fakta mencengankan. Salah satunya adalah paksaan kepada terhadap artis untuk melakukan adegan seks di film-fim mereka. Adegan seks yang dianggap diluar batas antara lain dipaksa untuk melakukan hubungan berulang kali tanpa menggunakan kontrasepsi. Beberapa artis wanita bahkan mengaku diperkosa beramai-ramai selama pembuatan film berlangsung. Terkait hal itu, pegiat industri pornografi Jepang menyampaikan permintaan maaf secara resmi atas kasus pemaksaan terhadap artis untuk melakukan adegan seks di film-fim mereka. Permohonan maaf disampaikan setelah tiga pencari bakat dituduh memaksa seorang perempuan untuk tampil di lebih dari 100 film porno selama beberapa tahun, sebagaimana dilansir dari laman Deutsche Welle, Senin(27/6/2016). Laman media Japan Time, pada Senin (27/6/2016) menulis, Intellectual Property Promotion Association (IPPA) yang mewakili industri film dewasa Jepang, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Rabu (22/6/2016) akan "mendorong produsen untuk mengambil tindakan untuk segera memperbaiki situasi dan memulihkan kesehatan dari seluruh industri." "Asosiasi ini sangat menyesalkan bahwa kita telah gagal untuk mengambil inisiatif (untuk menangani masalah sebelum). Kami sangat menyesal." Bulan ini, polisi setempat menangkap tiga orang, termasuk seorang eksekutif berusia 49 tahun di perusahaan film yang berbasis di Tokyo Marks Jepang, atas dugaan melanggar undang-undang perburuhan negara. Pornografi tersedia secara luas di Jepang, tapi sisi gelap dari industri ini jarang dibicarakan secara terbuka dan hak-hak mereka yang bekerja di dalamnya sangat minim. Shihoko Fujiwara, seorang aktivis di Lighthouse, sebuah kelompok nirlaba yang membantu korban perdagangan manusia, mengaku senang dengan penangkapan ini. ![]() Ilustrasi Industri Film Pornografi di Jepang Ia mengungkapkan, hanya 20 persen dari produsen film dewasa merupakan perusahaan resmi. Selebihnya adalah menjalankan kegiatan secara gelap dan tak berijin, katanya. "Saya yakin ini adalah pernyataan pertama yang dikeluarkan asosiasi," kata Fujiwara. "Tapi 20 persen yang tersisa dan beberapa produsen porno ilegal harus mematuhi aturan, yang akan mengharuskan pemerintah untuk mengambil tindakan," lanjutnya Human Rights Now, sebuah kelompok kampanye yang berbasis di Tokyo, mengatakan jumlah aktris perempuan yang mencari konseling atas pelanggaran industri melonjak lebih dari 80 persen dibandingkan 2014 silam. Dijebak Menjadi Artis Porno Kasus pelecehan seksual tengah menghantui banyak perempuan muda di Jepang. Lebih dari 130 kasus dalam kurun waktu empat tahun selalu berkaitan dengan tindak pelecehan yang dilakukan rumah produksi pembuat film porno di negeri sakura itu. Para korban yang mengadu ke perhimpunan pengacara di sana mengaku, masuk ke dalam perangkap pembuatan film porno setelah mereka diiming-imingi menjadi model papan atas. ![]() Ilustrasi pengambilan gambar film porno di Jepang Awalnya, mereka diminta mengirimkan foto diri sendiri untuk diorbitkan menjadi model. Setelah menandatangani kontrak yang mereka terima, agensi palsu memaksa korban tampil di film-film porno. Jika korban menolak akan dilaporkan polisi. Korban pun menyerah dan mengikuti kemauan para pelaku. "Perempuan-perempuan ini dipaksa untuk tampil di film porno hardcore seperti kehendak mereka," kata salah seorang pengacara, Yukiko Tsunoda, dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/3/2016) Para aktivis dan pengacara khawatir nantinya bakal terjadi peningkatan jumlah korban yang diminta untuk menjadi bintang porno. Jika tak segera ditindaklanjuti, semakin banyak pula korban yang memilih bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu. Penderitaan para korban dimulai ketika mereka ditempatkan di sepetak ruangan kecil, dikelilingi sejumlah pria, dan dipaksa menandatangani kontrak. "Para korban diasumsikan setuju untuk tampil di film porno, padahal tidak," kata Profesor Hukum di Universitas Chiba, Hiroko Goto. Pendapatan indsutri film porno di Jepang memang gila-gilaan. Tapi uang yang diterima para bintang porno muda itu tak sebanding dengan kerja keras. |
![]() |
|
|