Siapa tahu bisa sedikit membantu agan-agan yang lagi merantau dan mengalami hal yang gak enak saat merantau.
Cerita bermula dari kisah ane dari sebuah kampung kecil dikecamatan Wanareja, Kab. Cilacap.
Ane,dari seorang anak kampung yang hanya bercita-cita ingin bisa makan pakai beras yang tidak harus orang tua hutang dulu diwarung yang gak tahu kapan hutang itu dibayar, yang hanya ingin makan nasi, bukan nasi dari jagung atau singkong rebus yang lebih sering dimakan. Hanya ingin tidur nyenyak saat hujan turun, karena rumah dari bilik bambu, yang atapnya kalau hujan bocor, kalau ada angin khawatir rumah roboh, yang hanya mampu kemana-mana jalan kaki, bahkan untuk membeli sepeda orang tua ane gak mampu. Ane kecil yang tahu betapa enaknya makan nasi aking dengan ikan asin. Makan nasi hanya dengan garam, makan nasi hanya dengan kecap, makan daging hanya pas saat idul adha saja, baju yang tidak pernah beli baru, hanya mengharapkan pemberian baju bekas dari tetangga, yang hanya ingin sekolah harus bekerja mungutin cengkeh dikebun orang dengan bayaran Rp 150/Kilo,yang harus jualan bekicot untuk menyambung hidup, yang hanya ingin lihat televisi harus numpang dirumah tetangga, yang tidak pernah tau rasanya naik motor seperti apa, yang tidak pernah tau rasa es krim seperti apa, yang tidak pernah tau rasa susu, hanya tau rasa air tajin yang dicampur gula merah,yang tidak pernah tau rasanya makan indomie,yang mandi saja kadang tidak bisa beli sabun, hanya menggosok badan menggunakan batu kali, yang sikat gigi saja hanya menggunakan sabut kepala, yang kerjaanya tiap hari diolok-olok teman karena badan hanya kulit dan tulang saja.
Singkat cerita dengan segala susah paya akhirnya ane bisa Lulus SMA, (Ane dari SD sampai SMA terhitung anak yang berprestasi gan, selalu masuk rangking 3 besar disekolah, bahkan dari kelas 1 SD-kelas 3 SMP selalu rangking 1) dapat beasiswa lanjut kuliah D3 di perguruan tinggi negeri di Purwokerto (Universitas Jenderal Soedirman). itu pun kuliah dengan hanya uang saku 150rb perminggu untuk makan dan pulang ke Wanareja setiap minggunya, Lulus lah ane 17 Juli 2008.
Tergiur dengan cerita enaknya merantau di jakarta, ane pergi ke jakarta bermodal sebuah tas butut, 4 potong baju, satu pasang sepatu dan uang 700rb, dapatlah ane pekerjaan dengan gaji Rp 1.600.000 sebulan, belum dipotong biaya kontrakan/kost, makan, transport dll. Nyaris tidak ada sisa, hanya sisa nyawa aja. Cz berasa hanya numpang urip. Hal itu berlangsung 2,5 tahun.
Karena tidak ada perubahan akhirnya ane putusin untuk untuk pindah pekerjaan disebuah perusahaan sepatu Intenasional, berlokasi di Tangerang, berkat jerih payah, kerja keras dalam karir (berangkat pagi, pulang tengah malam pun dilakukan) karir ane lumayan gan, dari yang tadinya hanya staff HRD biasa yang hanya tukang fotocopy dan input dokumen, ane bisa jadi HRD Supervisor dengan gaji yang ane rasa udah mulai cukup. Disini ane mulai bisa beli, HP lumayan bagus, motor, makan juga bisa bergizi, bisa kuliah lagi untuk menunjang karir ane, mulai bisa ambil KPR Rumah seharga 350jt. Cobaan datang, ane kena batu ginjal mungkin gara-gara terlalu capek kerja sering konsumsi vitamin2 gak jelas, ludes lah tabungan hampir 40jt untuk operasi.Setelah 4 tahun bekerja disitu dan cobaan sakit itu, ane putusin untuk resign dan mencari pekerjaan yang lebih baik dengan pengalaman yang ane miliki.
Ane dapat pekerjaan disebuah perusahaan yang sudah Tbk, jadi seorang HR Dept Head, dengan gaji yang cukup lumayan bagi ane gan. Sekarang hidup ane udah jauh lebih baik, tapi ane tetap dengan diri ane yang makan seadanya, gak pernah foya-foya. Sekarang ane dah mampu beli mobil, bisa renovasi rumah dikampung, bisa punya rencana kuliah lanjut S2 Manajemen dll. Hidup udah cukup lumayan. Sekarang ane udah 28 tahun, masih single, ane rasa sudah sangat banyak rejeki yang Tuhan kasih buat ane dibandingkan hidup ane waktu dikampung. Kuncinya harus hidup dengan penuh rasa syukur dan berbuat baiklah.
Pesan dari ane buat agan-agan yang juga anak rantau, yang mungkin senasib ama ane, bahwa nasib itu memang Tuhan yang tentukan, tapi Tuhan letakkan ketentuan itu di Otak, telapak tangan, dan kaki kita, jadi berbuatlah untuk merubah nasib, bukan hanya berdiam diri dan menunggu keajaiban. Semoga bisa jadi kisah yang bisa membangkitkan semangat agan-agan anak perantauan.</div></div></div>