Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 23rd April 2016
MasakNasgor's Avatar
MasakNasgor MasakNasgor is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 361
Rep Power: 10
MasakNasgor mempunyai hidup yang Normal
Default Fakfak, kota mahal di papua.. uang pecahan terkecil Rp.20.000,00 !

</div></div></div>

<div class="spoiler">Spoiler for cek repost:
<div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_571add97b71c4" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;">



Boleh percaya, boleh tidak. Uang dengan pecahan-pecahan tersebut termasuk barang langka di kota asal saya, Fakfak, Papua Barat! Hal ini terutama sekali dirasakan oleh pemilik toko-toko di sana. Yakni, ketika harus memberi uang kembalian dari transaksi-transaksi penjualan di tokonya.



Saking langkanya sampai uang dengan pecahan-pecahan tersebut biasanya dicari sampai di Jawa. Terutama sekali di Surabaya. Untuk kemudian dikirim ke sana. Yang paling sulit adalah pecahan Rp. 1.000. Repotnya, pecahan ini juga cukup sulit dicari di Surabaya dalam keadaan masih baru.



Jangan tanya lagi bagaimana dengan pecahan Rp 500. Karena pecahan Rp 500 ini sudah nyaris tak terlihat di sana. Ini dipengaruhi oleh harga barang-barang di sana yang serba tinggi. Tidak ada lagi barang berharga di bawah Rp.1.000. Termasuk sebatang jarum sekalipun. Barang-barang di Papua memang jauh lebih mahal daripada di Jawa, karena masalah transportasi, dan tidak adanya pabrik yang menjual langsung produknya di sana. Semuanya harus dikirim dari Pulau Jawa (Surabaya).



Oleh karena itulah gaji PNS-PNS di sana juga lebih tinggi daripada rekan-rekannya di belahan Indonesia Barat. Istilah “Tunjangan Kemahalan” sudah lama dikenal di sana.



Biasanya, saudara saya di Fakfak rata-rata 2-3 bulan sekali minta tolong kepada saya untuk menukar uang pecahan Rp 1.000 sampai dengan Rp 20.000 itu di Bank Indonesia. Jadi, uang yang didapat selalu adalah uang baru yang masih dalam bungkus plastik. Sekali menukarnya mencapai puluhan juta rupiah.



Di Fakfak, uang pecahan Rp 1.000 sampai dengan Rp. 20.000 itu sering juga disebutkan dengan istilah yang sebenarnya kurang pas: “Uang kecil”. Jadi, uang Rp. 20.000 termasuk “uang kecil” di sana.



Pecahan Rp. 500 sudah tidak dicari lagi, karena seperti yang saya katakan di atas, pecahan itu “sudah tidak laku” lagi di sana.



Penyebab utama kelangkaan yang sudah berbilang belasan tahun ini dikarenakan bank-bank di Fakfak sudah tidak pernah lagi mendapat pasokan uang dengan pecahan-pecahan demikian dari Bank Indonesia. Jadi, warga Fakfak yang membutuhkan uang-uang itu dipersilakan mencari dengan caranya sendiri.



Saat ini di Fakfak hanya terdapat empat bank. Yakni, Bank Mandiri, BRI, Bank Papua, dan satu bank swasta, Bank Mega. Jangankan menerima penukaran uang, bank-bank ini sendiri pun sering mengalami kesulitan memperoleh uang pecahan tersebut.



Para pedagang asal Jawa, yang cukup banyak sukses berdagang di sana, ketika mudik ke Jawa, biasanya juga membawa pulang hasil usahanya itu yang terdiri dari uang tunai pecahan-pecahan yang justru sulit didapat di Fakfak itu. Akibatnya, kelangkaan uang dengan pecahan-pecahan demikian bertambah parah.



Memang cukup memprihatinkan melihat keadaan seperti ini. Kota Fakfak, di Papua Barat ini bisa dikatakan sebuah kota kecil yang serba kekurangan kebutuhan-kebutuhan penting seperti ini.



Selain uang kecil, kelangkaan yang sudah menjadi persoalan rutin sehari-hari masyarakat Fakfak adalah kelangkaan elpiji, danBBM. Plus listrik yang sampai hari ini masih hampir setiap hari byar-pet. Dalam sehari rata-rata terjadi pemadaman 3-5 kali! Demikian juga dengan air PDAM.



Kalau hujan, air yang disalurkan oleh PDAM selalu berubah menjadi keruh. Sungguh tidak cocok dengan nama perusahaannya: Perusahaan Daerah Air Minum. Jangankan untuk diminum, untuk mandi dan cuci saja sudah tidak layak. Masyarakat biasanya menampung sendiri air hujan untuk digunakan, maupun sebagai cadangan kalau-kalau air PDAM macet.



Jauh sebelum pemerintah punya rencana mau menaikkan harga BBM bersubsidi, di Fakfak, khususnya premium dan minyak tanah sudah lebih dulu “naik”. Harga premium di Fakfak sudah lama di tingkat pengecer paling murah Rp. 10.000/liter. Itu pun masih sulit untuk didapat. Di satu-satunya SPBU Pertamina di sana, pemandangan antrian ratusan kendaraan bermotor setiap hari sudah bertahun-tahun merupakan hal biasa, yang tetap terasa sebagai suatu penderitaan yang seolah tak berkesudahan bagi masyarakat Fakfak. Pertamax tidak ada di Fakfak.
</span>


<div class="spoiler">Spoiler for map:
<div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_571add97b7294" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;"><span style="display:block; text-align:center;">

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:48 PM.


no new posts