FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Bermula dari lokasi wisata bagi muda-mudi yang tengah kasmaran, Kalijodo berubah menjadi lokalisai prostitusi dan perjudian. Dalam perkembangannya kemudian muncullah praktik premanisme berkedok penjaga keamanan. Direktur Reserse dan Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti tahu betul seluk belum preman di Kalijodo. Maklum kurun waktu 2001 hingga 2004, alumni Akademi Kepolisian tahun 1991 itu menjadi Kepala Kepolisian Sektor Penjaringan yang wilayah kerjanya meliputi Kalijodo. Baca juga: Begini Awal Mula Munculnya Prostitusi, Judi dan Premanisme di Kalijodo ![]() Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti (berjaket) Menurut Krishna setelah sejumlah orang membuka lapak-lapak perjudian, maka muncullah jasa pengamanan oleh sekelompok preman. "Tiga kelompok berdasarkan etnis: Bugis, Mandar dan Banten. Nah mereka menguasai operator perjudian di 3 titik," kata Krishna saat ditemui detikcom di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (12/2/2016). Kelompok Mandar beranggotakan 500 orang, Bugis 500 orang dan Banten hanya 200 sampai 300 orang. Kelompok Banten, meski jumlahnya paling sedikit, tapi tak takut ribut dengan grup Bugis dan Mandar. "Banten itu cuma 200-300 tapi kalau ribut dari Serang datang, (mereka) dikasih makan untuk ribut," kata Krishna. Keributan di Kalijodo, kata Krishna, sering terjadi setelah ada lapak-lapak perjudian. Keributan terjadi biasanya karena persaingan antar lapak. "Karena ada perjudian di 3 titik, muncul keributan-keributan. Kalau di titik satu ramai, di titik lain sepi, timbul iri kemudian ada gesekan. Karena tingkat gesekannya tinggi, panas. Kalau sudah terjadi gesekan, bunuh-bunuhan, bakar-bakaran. (Keributan) Belum selesai kalau belum ada yang kebakar," kata dia. Pada tahun 2001 saat Krishna menjadi Kapolsek Penjaringan, 3 kelompok di Kalijodo mencoba untuk eksis. Krishna pun mencari cara agar keributan tak terjadi lagi. "Saya berjuang menyelesaikan itu, perjudian saya tutup, perang itu. Berkali-kali kita hantam. Yang tadinya polisi tidak bisa masuk, sama saya bisa masuk, rata," kata dia. Semua lapak-lapak perjudian dirobohkan. Polisi kemudian menyerahkan ke Pemprov DKI untuk mengelola lahan bekas lokasi perjudian tersebut. Hanya saja karena tidak dirawat secara berkala, menurut Krishna, potensi terjadinya gesekan di Kalijodo bisa saja terjadi. Namun dia memastikan secara keamanan saat ini Kalijodo termasuk aman. Orang yang lewat atau datang ke Kalijodo tak akan diganggu. "Orang kalau jalan di situ tidak akan diganggu, karena mereka menjaga kalau dia aman, maksudnya begini kalau tidak terjadi di situ (Kalijodo) maka polisi tidak akan masuk kan, mereka takut kalau ada polisi karena akan mengakibatkan mereka (preman) terganggu," kata Krishna. |
![]() |
|
|