Foto: REUTERS/John French
Melbourne - Orang-orang pasti sudah menjagokan Serena Wiliams untuk bisa merebut gelar Australia Terbuka tahun ini dengan mudah. Namun, laga final melawan Angelique Kerber membuktikan Serena juga manusia biasa, bukan robot.
Serena benar-benar memanfaatkan waktu istirahatnya di sisa kalender 2015 lalu dengan sangat baik. Saat itu, Serena yang kalah dari Roberta Vinci di semifinal AS Terbuka September lalu, memutuskan rehat demi memulihkan cedera punggungnya.
Sedari babak pertama Australia Terbuka, Serena tak kehilangan satu set pun. Relatif hanya Camila Giorgi (Italia) di babak pertama yang sempat memaksanya melakukan
tie-break, sisanya mampu dilibas dengan mudah oleh Serena termasuk dua petenis lima besar, Maria Sharapova dan Agniezska Radwanska, dalam perjalanan ke final.
Wajar jika Serena diunggulkan bisa memenangi titel Australia Terbuka keenamnya saat menghadapi Kerber di final, Sabtu (30/1/2016) sore WIB tadi. Kerber sendiri baru pertama kalinya masuk final Grand Slam.
Serena sementara juga dihadapkan ada kemungkinan dirinya menyamai perolehan gelar Grand Slam milik Stefi Graff yakni 22. Namun, ketika di atas lapangan, segalanya berjalan 180 derajat dan tak sesuai prediksi di atas kertas.
Acapkali membuat kesalahan-kesalahan dalam pukulan--termasuk sejumlah double fault di set penentu, Serena tak mampu mengimbangi agresivitas Kerber dan harus menyerah dalam pertarungan ketat selama tiga set, 4-6, 6-3, dan 6-4.
Usai laga, tangis Serena pun pecah di Rod Laver Arena, seakan tak percaya impiannya harus pupus begitu saja. Namun, di satu sisi juga, Serena setidaknya bisa melepas beban yang boleh jadi selama ini menggelayuti dirinya untuk mensejajarkan diri dengan Graff sebagai petenis putri terbaik sepanjang era terbuka.
"Setiap aku berjalan ke ruangan ini, semua orang mengharapkanku untuk memenangi setiap pertandingan, setiap saat dalam hidupku. Lama-lama aku terlihat seperti robot, padahal tidak," ujar Serena seperti dikutip
Reuters.
"Aku hanya berusaha sebaik yang kubisa. Aku berusaha memenangi setiap pertandingan, setiap poinnya, tapi kenyataannya aku tidak bisa," sambungnya.
(mrp/mrp)