FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Hobi belanja konon memang kebiasaan perempuan. Boleh-boleh saja asal tidak kebablasan. Sebab kalau kelewat batas bisa berujung pada kisruh rumah tangga. Seperti yang dialami oleh Donlesi, 48 dan Karin, 37, warga Bubutan Surabaya, Jawa Timur. Kebiasaan Karin yang suka “lapar mata” di depan laptop dengan belanja online berlebihan membuat Donlesi kelabakan. Sebab saking gilanya, si istri tak jarang menghabiskan gaji bulanan yang diberikan Donlesi hanya untuk memuaskan nafsu belanja online lewat internet. “Memang bukan permasalahan utama, tapi itu yang sering membuat kami cekcok. Akhirnya sama saja, merembet ke mana mana,” ungkap Donlesi saat mengurus berkas perceraiannya di Pengadilan Agama (PA) Surabaya Jalan Ketintang Madya, Jumat (28/11) lalu. Kalau hanya wajar belanja mungkin Donlesi tidak menganggapnya masalah. Akan tetapi, model belanja yang dilakukan ibu satu anak ini adalah dia suka saingan dengan para tetangga dan teman sosialitanya. Sebab, Karin suka saingan untuk mendapatkan kupon gratisan belanja online. Ia tak sadar jika hal itu yang malah memancing nafsu untuk semakin banyak belanja. Donlesi menyatakan bahwa dirinya sudah kewalahan. Sebab seharusnya sebagai seorang istri, Karin tahu bagaimana kondisi keuangan keluarga. Apalagi Donlesi hanya karyawan di salah satu dealer mobil di kawasan Surabaya Utara. Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, Karin seharusnya lebih memprioritaskan pengelolaan keuangan untuk keluarga. Selanjutnya untuk kebutuhan belanja barang pribadi dirinya. “Belanjanya pun suka aneh-aneh. Seringnya beli peralatan make up dan baju yang belum tentu dipakai karena hanya ditumpuk di lemari,” ungkap Donlesi. Ia mengaku dilema dengan apa yang terjadi dengan keluarganya saat ini. Sebab saat berkonsultasi dengan keluarga mertuanya tentang persoalan keluarga, justru dia yang disalahkan. Donlesi disalahkan karena seharusnya dia menyediakan cukup uang untuk istrinya karena Karin sejak kecil memang selalu dimanja oleh kedua orang tuanya untuk memenuhi semua barang yang ia inginkan meski tidak dibutuhkan. Sebaliknya, Karin justru dianggap salah telah memilih Donlesi sebagai suami karena ternyata tidak punya penghasilan yang besar. Beda dengan k“Lha kalau begitu, tak balikkan lagi saja ke orang tuanya. Tapi saya ingin anak-anak, saya yang urus,” katanya.eluarga Karin yang memang kaya raya. “Lha kalau begitu, tak balikkan lagi saja ke orang tuanya. Tapi saya ingin anak-anak, saya yang urus,” katanya. Terkait:
|
![]() |
|
|