Model memperlihatan produk ban Michelin. (Beritasatu Photo)
Jakarta - Dibandingkan pengisian angin biasa dalam memberikan tekanan pada ban, penggunaan nitrogen memang lebih banyak dianjurkan.
Direktur PT Trans Oto Internasional (1Station), Andry Ciu mengatakan, molekul di dalam nitrogen lebih kecil dan homogen, sehingga tekstur tekanan menjadi lebih "empuk" ketika dipakai berkendara.
"Penggunaan nitrogen dapat menghasilkan tekanan angin yang lebih stabil pada ban kendaraan," kata Andry Ciu di peluncuran kampanye Keselamatan Berkendara yang digagas PT. Michelin Indonesia bekerjasama dengan 1Station, di Tangerang Selatan, Rabu (23/9). Penggunaan nitrogen, lanjut dia, juga membuat udara di dalam ban tidak cepat memuai.
Sementara itu, salah seorang petugas pengisian nitrogen di kawasan Depok, Heru mengatakan, sebaiknya tidak coba-coba mencampur nitrogen dengan angin biasa.
Menurutnya, jika keduanya dicampurkan dalam satu ban, maka reaksi pemuaian menjadi lebih cepat dalam kondisi panas, sehingga bisa membahayakan keselamatan saat berkendara.
"Kalau baru mengisi nitrogen, ban yang tadinya masih menggunakan angin biasa harus dikuras terlebih dahulu," ujar Heru.
Andry menambahkan, yang juga penting bagi pengendara adalah tekanan angin harus sesuai dengan rekomendasi yang tercantum dalam buku manual kendaraan.
"Bila terlalu rendah, bisa mengakibatkan pemborosan bahan bakar. Sementara, kalau terlalu tinggi dapat membuat kontak ban dengan permukaan jalan menjadi tidak baik," tambahnya.